Pada jam tujuh, makan malam baru bisa dilangsungkan. Sehabis makan malam, sebagian besar pergi ke kamar masing-masing untuk beristirahat, kecuali (Name) yang memang sadar akan tugasnya untuk mencuci perabot. Awalnya, Mia sudah menawarkan diri untuk membantu, tapi (Name) menolaknya.
Setelah cuci-cuci, (Name) pun naik ke kamarnya yang sama dengan Supra. Dari baru masuk, pemandangan tak terduga tertangkap matanya. Daripada malu, ia memilih untuk pura-pura tak lihat sambil berjalan ke arah kasur lipatnya. Supra justru memandangi (Name) yang menurutnya tak tau malu.
"Enak aja lo masuk pas gua lagi begini,"
"Salah siapa gak ngunci pintu?"
"Salah siapa asal masuk?"
(Name) mendengus. Ia memutuskan untuk main handphone. "Gua gak lihat. Gak usah merasa dinodai."
Supra menatapnya dengan ekspresi tak enak memandang. Ia yang tadinya bertelanjang dada karena sedang ganti baju pun kini mengambil baju ganti dan segera memakaikannya pada tubuhnya. Kemudian, duduk di kasur dan membuka laptop.
Diam-diam, (Name) mulai memperhatikan Supra yang sedang sibuk mengetik pada keyboard laptop. Ia pun mulai mendekat. Supra sedang tak ingin mempermasalahkannya karena sekarang mulai sibuk.
"Gua pengen tau kerjaan anak kuliahan tuh ngapain," ucap (Name)
"Orang yang gak kuliah kayak lo mana tau." sahut Supra, tanpa mengalihkan pandangan.
"Gua 'kan emang gak kuliah."
"Siapa suruh gak kuliah?"
"Gak punya duit buat bayar ini-itunya, gua juga gak pinter-pinter amat buat ambil beasiswa,"
"Lahh, siapa suruh gak punya uang?"
(Name) cemberut. "Bau-bau mau ngatain ekonomi orang, nih. Lo gak usah gitu, lah. Gua juga lagi berusaha."
"Iya, iya. Gak usah curhat. Gua lagi nugas."
Seterusnya, (Name) hanya menyimak pekerjaan Supra. Walau sebenarnya ia tak mengerti sedang mengerjakan apa suaminya ini.
Tak terasa jarum jam terus berputar sampai sekarang ia menunjuk angka setengah sebelas. Supra tampaknya sudah berat mata, terlihat dari matanya yang hampir terpejam saat sedang mengetik.
"Udahin dulu, Sup." ucap (Name)
Supra seketika menegakkan kepala dan berusaha melek, tapi tak lama kemudian matanya kembali layu. (Name) dibuat geleng-geleng kepala. Sebenarnya, ia juga sudah mengantuk. Ia pun menjauhkan laptop dari depan wajah Supra.
"Eh, woi," tegur Supra
"Shuut. Diam. Mending lo tidur, tuh mata kelihatannya udah berat. Ini bisa dikerjain besok lagi. Biar gua simpan, lo tidur aja sana."
Supra tak bicara lagi. Ia melepas kacamatanya dan meletakkannya di atas meja, kemudian berbaring. (Name) pun menyimpan file yang tengah dikerjakan oleh lelaki itu, kemudian segera mematikan laptop agar bisa disimpan di tempatnya. (Name) sempat menoleh ke arah Supra yang tampaknya sudah tidur, ia pun hanya tersenyum.
Setelah meletakkan laptop di tempat yang seharusnya, (Name) mematikan lampu di dalam ruangan, lalu beralih ke lantai, tidur beralaskan kasur lipat dan bantal kepala.
=====
Keesokan harinya, (Name) masih cuti. Berhubung hari ini hari Sabtu, semua orang berada di rumah.
(Name) hanya sibuk sendiri dengan tugas rumahnya, yang lainnya ada yang bekerja ataupun belajar, ada juga yang bersantai.
Setelah menyapu lantai ruang tamu, tempat terakhir yang ia sapu, (Name) meletakkan sapu di tempat semula. Kemudian pergi ke kamar. Sudah dari tadi ia merasakan nyeri di bagian rahimnya, karena apa lagi kalau bukan karena akan haid. Minggu ini sudah memasuki waktunya, mungkin saja jatuh pada tanggal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perforce [✓]
Romansa୨⎯ BoBoiBoy Supra w/ Female!Readers ⎯୧ Siapa yang habis nikah, malam pertamanya adu urat leher? Siapa lagi kalau bukan pasangan yang dinikahkan secara paksa. Pokoknya, tiada hari tanpa ribut! "Idih? Gua tidur di lantai?" "Iya, kenapa? Mau protes? Ga...