Chapter 13

569 86 19
                                    

Entah niat apa yang merasuki Wijaya, lelaki itu jadi rajin datang ke rumah akhir-akhir ini. Itu saat rumah sepi dan hanya ada (Name) serta Mia. Kalau saat ada Supra dan orang tua, mana mungkin Wijaya datang.

Di rumah itu, yang kenal Wijaya cuma (Name) dan Mia. Setiap kali Wijaya datang, alasannya mencari Mia tetapi ia menahan (Name) untuk duduk bersama mereka berdua.

Aneh.

Ini bocah abis nelen apa sampai jadi gini? Dulu perasaan kagak begini deh.

Saat ini, (Name) sedang tertekan karena harus cosplay jadi nyamuk. Mau kabur, tiap kali (Name) berdiri ada saja yang menahannya.

(Name) capek jadinya. Pada akhirnya, ia diam saja di situ, sambil pura-pura gak lihat karena dirinya mulai sibuk main game. Daripada bengong kayak orang dongo.

Ditengah keasikan masing-masing, Mia tiba-tiba izin sebentar dari ruang tamu. Jadilah hanya Wijaya dan (Name) di ruang tamu. (Name) tak begitu peduli sih, dirinya lagi sibuk main.

Namun, beberapa menit kemudian ia terpikirkan ... kenapa Mia dibiarin pergi gitu aja, gak kayak dirinya dari tadi?

"Lagi ngapain tuh, (Name)?" tanya Wijaya

"Nonton bok*p."

/plak!/ salah dialog!!! Ulang!

"Lagi main game." jawab (Name) seadanya.

"Ohh main," Wijaya mengintip layar handphone (Name). "Bisa dong main bareng, kebetulan aku juga ada game-nya."

"Gak ah, udah gak niat main lagi. Ini aja last match."

"Umm, oke lah."

Selesai main, mereka berdua cuma diam. Sampai beberapa menit kemudian, (Name) membuka suara, menanyakan pertanyaan yang sedari tadi ia ganjal di benaknya. Baru sekarang dia berani ngomong.

"Kenapa akhir-akhir ini kamu rajin datang ke sini? Mmm ... maksudku, kamu gak punya kepentingan dengan pihak di rumah ini, apalagi kamu cowok. Sengaja banget gitu main ke sini cuma buat Mia? Setiap lagi senggang pula?"

'Adoh, belibet amat udah kayak lagi presentasi.'

Ditanya begitu, Wijaya tersenyum manis. "Kata siapa aku ke sini buat Mia?"

"Ohh, terus?--Eh??" (Name) seketika terdiam.

Senyuman Wijaya melebar, ia lebih mendekatkan jarak dengan (Name). (Name) pula langsung berdiri tapi malah ditarik lagi dan membuatnya kembali duduk. Wijaya pula menatap (Name) dari arah bawah, biar kesannya Wijaya lebih pendek dari (Name).

'Perasaan gua gak enak, sumpah.'

Lalu, Wijaya berkata, "Pesona istri orang."

"Apa maksudmu?"

"Gak ngerti juga?" Wijaya terkekeh pelan. "Aku ke sini buat (Name). Biar bisa lihat (Name). Biar bisa dekat sama (Name) terus."

(Name) menatapnya dengan heran, lalu menoyor kepalanya. "Gila lo, bocah. Apa-apaan coba ... apa kabar Mia?"

"Emang Mia siapa? Dia cuma temanku yang aku kenal lewat sosmed. Kamu pikir selama ini aku ke sini buat Mia? Karena aku suka sama Mia?" Wijaya menggeleng. "Enggak. Aku gak suka sama bocah itu. Aku sukanya kamu, (Name)."

Kaget? Ya, kagetlah!

"Jadi, selama ini lo cuma ngebaperin anak orang? Lo ngotak gak sih, dia itu cewek yang baru gedee, lagian mau-maunya juga kalian interaksi sampai gini ... gila, ah."

"Kalau dia baper, salah dia dong? Aku gak berniat ngebaperin Mia, kok. Cuma niat nyari temen." Wijaya pun menegakkan posisi duduknya.

"Kalau emang nyari temen, ngapain sama yang umurnya jauh di bawahmu?"

Perforce [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang