Chapter 23

525 74 0
                                    

"Akh!"

Suntuk yang hampir menguasai pun seketika lenyap begitu mendengar (Name) tiba-tiba merasa kesakitan.

"Astaga, mau melahirkan?" tanya Supra spontan. Ngelag karena tadi baru saja mau tidur lelap.

"Belum lah, baru juga delapan bulan." (Name) mengelus perutnya. "Dia tadi nendang."

"Ohh ... kirain dia gak sabar buat lihat dunia."

"Hpl-nya masih jauh kalii, buru-buru amat,"

"Ya, siapa tau? Keponakanku malahan lahir pas kandungan masih tujuh bulan."

"Hush, nanti dia denger dan minta keluar."

Supra pun kembali memeluk (Name), mengeloninya sampai tidur. "Lucu ya, semua baju kamu jadi gak muat dipakai."

"Iya dah, lucu ... lucu istrinya gak ada baju selain daster."

Semakin membesar kandungan (Name), semakin sering ia memakai daster atau kadang baju punya Supra. Baju kaosnya semua tak muat dipakai lagi, walaupun itu bukan baju yang ketat di badan, tapi (Name) merasa sesak memakainya. Kadang ia jadi muak, belum lagi ditambah dengan tawa ledekan dari Supra.

"Iyaa, nanti aku beliin lagi. Ukuran apa? XXL? Atau mungkin yang triple X?"

"Ngeledek lagi lo, gua suapin sisir nih."

Supra terkekeh mendengarnya. "Bumil kan memang perlunya baju gede."

"Iya, iya ... aku kepengen baju kaos deh. Yang seukuran kamu, atau mungkin yang lebih besar."

Supra cuma iya-iya mendengar request dari (Name) terkait baju baru untuk dirinya yang sedang memiliki perut besar, sampai-sampai mereka berdua ketiduran dengan mudah.

Setelah langit berganti warna, kembalilah aktivitas baru dijalani. Meski gak baru-baru amat. Hari ini (Name) bekerja seperti biasa sebelum menikmati cuti melahirkan yang dijatahkan oleh atasannya selama sebulan.

"Wah, (Name), udah mau login aja anaknya. Gak sabar nih bakalan jadi tante-tante." ucap Vanilla

"Yeuh, elu yang malah kagak sabaran. Gua malah mulai ngeri-ngeri sedap ngebayangin lahiran nanti ..."

"Eh? Kok? Karena baru pertama kali ya, jadi ngerasa gimana-gimana?"

"Bukan itu doang sih. Dulu pas emak gua hamil adek gua, ya calon adek gua, pas lahirannya si adek malah kelilit tali dan akhirnya logout lagi, gak jadi login."

Vanilla sudah terlihat kaget dengan mata lebarnya. "Owalah, jadi lo pernah bakalan punya adek ternyata." Gadis yang sudah berumur banyak itu mengelus dadanya. "Gua jadi kasihan."

(Name) mengangguk. "Makanya sampai sekarang gua gak punya adik, gua dijadiin anak tunggal karena emak udah terlanjur takut juga buat melahirkan lagi." ucap (Name) sambil mulai membayangkan adiknya itu. "Kalau dia pas itu selamat, kira-kira sekarang seganteng apa ya? Kalau gua jalan sama dia, apa bakal dikira bawa brondong?"

"Haluannya, (Name) ... kalau gitu mah, gua embat aja dari lo." Vanilla pun nyengir. "Kebetulan sampai sekarang gua belum punya yang serius."

"Dicari lah, banyak kok cuma gak kelihatan aja. Lagian, lo udah kaya, cakep, masa gak ada yang mau?"

"Enggak. Soalnya pada bilang gua petakilan. Belum lagi gua ini ramah sama siapa aja ... bukan mel0nte ya, beda lagi itu, bikin laki yang pernah pacaran sama gua jadi gak betah."

"Ohh ... ternyata ada kekurangannya juga ya."

"Iya lah. Pengennya dijodohin aja sama om-om kaya, tapi emak gua gak mau. Kayak lo apa, gak perlu gerak udah dijodohin, walaupun dijodohinnya bareng teman SMP. Dapet juga namanya. Mana sekarang jadi so shawit bangett lo pada. Gua ajakin jalan aja, malah suami lo yang nyaut kagak boleh."

Perforce [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang