Bab 1

346 18 0
                                    

Assalamualaikum, selamat datang di novel yang dibuat sama pemula. Harap dimaklumi kalau banyak kesalahan ya!

- HAPPY READING -

"Ya Allah berikanlah jodoh yang mampu membuat hamba untuk terus Istiqomah dijalanMu, aamiin." Kalimat tersebut adalah penutup doa yang selalu Humaira Kamila Azzahra panjatkan kepada Allah sang pencipta. Sampai orang-orang terdekatnya sudah sangat hafal dengan doa Humaira tersebut.

Setelah selesai berdoa, Humaira membereskan alat sholatnya dan turun ke lantai bawah rumahnya untuk makan malam bersama keluarga kecilnya.

"Eh, Kanjeng Ratu keluar juga akhirnya dari singgasana." Canda Nur Ibu Humaira, saat ia melihat anaknya sedang menuruni anak tangga.

"Apa sih mama, aku kan gak tau mau ngapain kalo keluar kamar, jadi mending aku di kamar." ucap Humaira menanggapi candaan ibunya.

"Hih alasan aja! Kan bisa bantu-bantu Mama. Oh iya Kak, kamu jadi mau Mama jodohin ga?" tanya Nur.

"MAU LAH MAH." Jawab Humaira dengan cepat, kemudian ia terdiam sejenak. "Tapi aku maunya sama yang agamanya bagus banget loh mah, walaupun aku sadar diri agamaku masih kurang." Lanjutnya.

"Ya iyalah, Kak, mama juga mau yang terbaik buat anak Mama. Kemarin Papa udah ke pesantren, ketemu sama ayahnya laki-laki yang mau dijodohin sama kamu Kak." Ucap Nur

Humaira sedikit terkejut, "Secepat itu, Mah?"

"Pesantren mana?" Tanya Humaira kemudian.

"Pesantren Al-Baihaqi Kak." Jawab Nur.

"Itu kan pesantren terkenal. Emang iya Gusnya mau sama aku, Mah?" Tanya Humaira.

"Ya Mama juga nggak tau. Tapi kalo dari pihak keluarganya sih mereka udah setuju."

"Ngga ada salahnya juga Kak mencoba. Kalo kamu gak mau, ya udah biar Mama bilang ke Papa." Ucap Nur menasihati dengan sedikit meledek.

"Eh! iya deh mau, hehehe." Jawab Humaira dengan kekehannya.

"Ya udah besok ikut Mama sama Papa ke pesantrennya ya." Nur memberi tahu Humaira.

Humaira hanya mengangguk dan melanjutkan makan malamnya.

***

Esok harinya, Humaira bangun dan melaksanakan sholat subuh seperti biasanya, namun kali ini ia harus mandi lebih pagi karena akan ikut dengan Ayahnya ke pesantren yang telah dibicarakan kemarin.

"MasyaAllah ukhti banget sih anak Papa?" Ucap Ahmad, Ayah Humaira ketika melihat anaknya turun dengan abaya panjang dan jilbabnya yang menutup dada.

Padahal Humaira sudah lumayan sering berpenampilan seperti itu, namun kali ini sangat berbeda menurut Ahmad.

"Namanya juga mau ketemu calon mertua Pah, apa lagi mertuanya agamis. Harus tertutup lah, hahaha." Ledek Nur sambil tertawa.

Humaira cemberut mendengar ucapan Ibunya. Karena menurutnya berpenampilan tertutup bukan hanya akan bertemu orang yang agamis tetapi ketika bertemu semua orang yang bukan mahramnya.

***

"Udah langsung jalan aja kan ini, Mah?" Tanya Ahmad kepada istrinya setelah mereka semua selesai sarapan.

"Iya Pah. Yuk langsung jalan aja biar ga kesiangan sampai sananya." Jawab Nur.

Kemudian mereka berjalan menuju mobil mereka dan langsung menuju ke pesantren Al-Baihaqi.

***

Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu jauh, akhirnya keluarga Humaira telah sampai di pesantren. Mereka disambut hangat oleh keluarga Kyai Yusron pemilik pesantren Al-Baihaqi.

"Assalamualaikum Kyai, Apa kabar. Alhamdulillah ketemu lagi nih kita." Sapa Ahmad kepada Kyai Yusron.

"Waalaikumussalam, Alhamdulillah kabar baik Pak Ahmad. Mari masuk!" Ajak Kyai Yusron dengan ramah.

**"

"Nah jadi bagaimana ini Pak Ahmad?" Tanya Kyai Yusron membuka pembicaraan keluarga mereka.

"Iya Kyai. Jadi anak saya ini sudah setuju dan dia memang ingin dijodohkan." Jawab Ahmad.

***

"Alhamdulillah berarti sudah jelas ya apa saja yang perlu disiapkan, nanti setelah anak Kyai kembali dari Mesir tinggal menentukan tanggalnya saja." Ucap Ahmad.

"Iya Pak. Mohon maaf ya Humaira, Pak, Bu, karena anak saya tidak bisa bantu banyak untuk proses perjodohan ini, harap maklum dia sedang menuntut ilmu." Jawab Kyai Yusron dengan sedikit rasa tidak enak hati pada keluarga Humaira.

"Tentu sangat dimaklumi Kyai. Iyakan Mai?" Tanya Ahmad kepada Humaira.

"Iya Kyai saya begitu memaklumi." Jawab Humaira dengan senyum ramahnya.

"Terima kasih Nak Humaira, saya memang tidak salah memilih calon menantu. Sudah cantik, rendah hati pula, Nak Humaira ini." Kyai Yusron memuji Humaira.

Humaira sangat bahagia karena merasa diterima dengan baik oleh calon mertuanya itu.

"Ya sudah kalau begitu kami pamit dulu Kyai, Bu Nyai. Terima kasih banyak atas jamuannya." Ahmad berpamitan pada Kyai Yusron dan Istrinya dan segera meninggalkan daerah pesantren untuk kembali ke rumah mereka.

***

"Jadi gimana, Kak? baik kan keluarganya?" Tanya Ahmad kepada Humaira saat telah sampai dirumah mereka.

"Iya Pah. Keluarganya aja udah sebaik itu gimana anaknya ya?" Ucap Humaira sambil berandai-andai.

"Tapi aku aja belum tau nama calon suami aku siapa Pah." Tanya Humaira pada Ayahnya

"Namanya Syafiq Ali Abdullah, biasa dipanggil Ali." Jawab Ahmad.

"Wah bagus ya namanya." ucap Humaira kagum.

"Iya. Ya udah kamu istirahat sana! Karena beberapa minggu ke depan kamu harus persiapin ini itu buat hari pernikahan." Nasehat Ahmad kepada putrinya.

"Iya.. Papaku.. Terima kasih ya, Pah, sudah berjuang banyak untuk Aku." Ucap Humaira dengan manja.

"Dengan senang hati, jantung hatiku." Ahmad begitu bahagia melihat putrinya itu.

"Ya udah Aku naik dulu ya, Pah." Pamit Humaira pada Ayahnya.

Ahmad hanya mengangguk, dan ia pun pergi ke kamarnya.

"Ga kerasa ya mah, ternyata anak kita satu-satunya udah mau nikah dan itu memang kemauan dia sendiri." Ucap Ahmad kepada Istrinya saat sudah berada dikamar mereka.

"Iya Pah. Semoga kita ga salah memilih Ali sebagai suami sekaligus imam Humaira sampai akhir hayatnya nanti, semoga Ali benar-benar bisa membimbing Humaira dengan baik. Kita doakan semoga Humaira bahagia dengan laki-laki yang kita pilih dan semoga Ali akan mencintai Humaira." Jawab Nur.

"Aamiin." Ucap Ahmad dan Nur bersamaan.

Mereka membayangkan betapa bahagianya Humaira jika mendapatkan jodoh yang selama ini ia sangat impikan. Semoga itu semua memang sesuai dengan harapan mereka.

Humaira memiliki alasan yang kuat mengapa ia sangat menginginkan laki-laki yang baik agamanya.

Humaira ingin jodoh yang bisa membimbing ia untuk terus berada di jalan Allah dengan sangat bersungguh-sungguh dan tekun.
Karena ia yakin, jika ia dan pasangannya nanti sama-sama mencintai dan tekun di jalan Allah maka mereka akan semakin didekatkan oleh Allah.

Tapi, bukan berarti Ayah dan Ibunya tidak mengajarkan ilmu agama, selama ini Ayah dan Ibunya memang mengajarkan ilmu agama kepada Humaira, tetapi belum bisa semaksimal mungkin untuk membimbing Humaira.

Gimana Bab 1 nya? Semoga kalian suka ya. Jangan Lupa vote dan komennya sebagai support kalian untuk aku, terima kasih.

Edited, 28/06/24

Jodoh HarapankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang