- HAPPY READING -
Kini adalah siang menuju sore hari dimana pengajian akbar pesantren Al-Baihaqi dilaksanakan, dari pagi hari semua anggota pesantren, santriwan, santriwati dan dewan pesantren termasuk keluarga Kyai Yusron sibuk dengan persiapan acara tersebut, karena acara tersebut merupakan acara penting.
"Umi, ini mau dicampur sama yang mana?" Tanya Humaira kepada Aminah yang turut serta membantu persiapan makanan di dapur.
"Dicampur sama yang di sebelah sana aja Mai." Jawab Aminah lembut.
Saat ini suasana di dapur pesantren sangatlah ramai dengan para anggota pesantren wanita dan juga santriwati.
"Sini biar saya bantu ustadzah." Ucap Humaira ramah kepada salah satu ustadzah yang terlihat kerepotan mengangkat panci besar berisi sayur.
"Eh gapapa Ning biar saya aja." Balas ustadzah tersebut sambil tersenyum.
"Ini berat ustadzah, ga mungkin ustadzah angkat sendirian." Sahut Humaira sambil mulai membantu mengangkat panci tersebut.
"Terima kasih banyak ya Ning." Ucap ustadzah tersebut setelah panci besar sudah selesai dipindahkan.
"Sama-sama ustadzah. Saya bantu Umi dulu ya, permisi." Pamit Humaira menuju ibu mertuanya.
"Umi, Humaira bisa bantu apa lagi?" Tanya Humaira pada Aminah.
"Udah Nak, ini udah mau selesai semua kok. Terima kasih ya," Balas Aminah sambil tersenyum. "Lebih baik kamu kembali ke rumah dan istirahat, supaya nanti malam ga kelelahan." Lanjutnya.
"Tapi Humaira ga enak Umi, nanti orang-orang kira Humaira ga bantu." Ucap Humaira dengan nada ragu.
"Gapapa sayang, kamu udah dari pagi lho bantu-bantu. Yuk, Umi juga mau ke rumah dulu aja, biar gantian sama yang lain disini." Ajak Aminah pada Humaira lalu merangkul lengannya.
Humaira tersenyum dan membalas rangkulan ibu mertuanya itu.
"Mba-mba, saya sama Humaira kembali ke rumah dulu ya, gantian sama yang lain dulu. Assalamualaikum." Pamit Aminah tersenyum ramah, juga mewakili Humaira.
"Iya Bu Nyai, Ning. Waalaikumussalam." Balas orang-orang di dapur.
Di perjalanan menuju rumah Aminah, mereka bertemu dengan Ali.
"Eh Ali, dari mana?" Tanya Aminah menyapa.
"Ini dari lapangan Mi, mau pulang dulu istirahat." Jawab Ali.
Mereka pun berjalan bersama-sama menuju rumah Aminah.
"Udah kalian istirahat sana di kamar, jangan capek-capek lho!" Aminah mengingatkan Ali dan Humaira saat sudah sampai dirumah.
"Iya Mi, Umi juga jangan capek-capek." Balas Ali.
Ali pun menggandeng tangan Humaira menuju kamarnya.
"Sayang kamu udah sholat?" Tanya Ali.
"Sholat apa Bi? Dzuhur?" Balas Humaira, kebingungan. Pasalnya ia merasa sudah melaksanakan sholat dzuhur siang tadi bersama Ali.
"Sholat ashar lah sayang, ini kan udah ashar." Jawab Ali.
"Astaghfirullah, kok aku ngga denger ya Bi udah ashar?" Humaira keheranan dan mencoba mengingat-ingat.
"Kamu terlalu sibuk kali di dapur, jadi ngga denger adzan. Sekarang kamu mandi dulu terus sholat ya!" Balas Ali, mengingatkan.
"Istirahat sebentar boleh ga Bi? Aku masih keringetan banget kalo mau mandi." Ujar Humaira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Harapanku
Fiksi RemajaSeorang wanita yang terlahir dari keluarga yang memiliki pemahaman agama sekadarnya, sama sekali tidak pernah belajar di sekolah berbasis agama, dan belum pernah memperdalam ilmu agama begitu dalam karena terhambat keluarga, dia adalah Humaira Kamil...