Prolog

956 39 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


>>>>>>>

"Apa?! Menikah?!" Sang Ibu mengangguk cepat mendengar keterkejutan putranya.

"Mengapa ibu tidak memberitahuku tentang masalah ini?" tanya Juan

"Karena ibu tahu jikalau ibu memberitahumu, kamu pasti tidak akan setuju dengan keputusan ini." ujar Clastia

"Tapi Bu, bukankah ibu masih memiliki Juan? Ibu bisa memberikan kepercayaan ibu pada Juan untuk melunasi semua hutang-hutang itu.

Juan bisa kok, kuliah sambil bekerja paruh waktu." Tegas Juan berusaha untuk meyakinkan ibunya.

Clastia menghela nafasnya, sifat keras kepala mendiang suaminya ternyata menurun kepada putra semata wayangnya.

"Akan tetapi ini bukan hanya soal pelunasan hutang, Juan. Kau mungkin tidak tahu dan belum mengerti, bagaimana pedihnya ditinggal pergi oleh seseorang yang amat dicintai.

Hingga bayang-bayang tentang kehadirannya terus menghantui, disaat kita berusaha mengikhlaskan kepergiannya. Lagipula, ibu sangat mencintai Almatheo dan ingin terbebas dari bayangan masa lalu mendiang ayahmu." Jelas sang ibu panjang lebar.

Juan menarik nafasnya, semua ini adalah keputusan yang berat baginya. Disatu sisi, ia bahagia jika ibunya mendapatkan sosok pendamping setia yang rela bertaruh nyawa melindungi jiwa, raga, dan kehormatannya. Namun disisi lain, Juan tidak bisa mempercayakan hidup ibunya kepada pria lain, dengan mengingat bagaimana hancurnya hidup sang ibu ketika mendiang ayahnya dulu masih hidup.

Juan menghela nafasnya dan mengangguk perlahan, "Baiklah, jika itu kemauan ibu.. Juan tidak bisa memaksakan apapun." Pasrah Juan.

Ia hanya bisa berdoa, semoga pria kali ini benar-benar melindungi dan mencintai ibunya dengan sepenuh hati. Jika tidak, maka ia sendiri yang akan menghabisi pria itu. Tak peduli seberapa tinggi jabatan, kehormatan, dan reputasi yang dimiliki pria itu. Keselamatan dan kebahagiaan ibunya lah yang terpenting bagi hidupnya.

Perbincangan antara ibu dan anak ini terhenti ketika terdengar bunyi deru mobil terparkir didepan halaman rumah kontrakan mereka. Juan dan Clastia saling memandang ke arah pintu, senyuman manis terukir diwajah cantik Clastia.

"Mereka datang rupanya.."

"Mereka? Apa maksud ibu?" Heran Juan.

"Ups~ sepertinya ibu belum memberitahumu hal penting ini, karena asiknya kita berdebat." Kekeh Clastia sambil menutupi mulutnya dengan tangannya.

"Hari ini, kita akan mengadakan makan malam di luar. Ya reuni diantara dua keluarga untuk saling mengenal, kamu akan mama kenalkan pada Almatheo. Begitu juga Almatheo akan memperkenalkan putranya kepadamu dan mama."

"Ha? Jadi dia duda?"

"Mengapa memangnya? Bukankah serasi, duda dengan janda menikah?" Ucap Clastia diakhiri dengan tawa anggunnya.

"Astaga ibu~"

******

Setelah dua puluh menit menempuh perjalanan menggunakan mobil sedan berwarna hitam, akhirnya Clastia dan Juan sampai di sebuah restoran bintang lima. Tempat yang telah disiapkan Almatheo untuk pertemuan mereka.

Saat memasuki tempat itu, Juan terpukau dengan isi didalam restoran tersebut. Semua kursi penuh dengan orang-orang berpakaian glamour dan rapi. Dari ambang pintu, Juan dapat mencium aroma manis yang tersebar didalam restoran tersebut.

'Feromon Omega..' batin Juan menduga. Clastia menoleh ke arah putranya dengan heran.

"Ada apa, Juan? Apa kamu sakit?" Tanya Clastia dengan khawatir. Juan seketika menatap ibunya, "Tidak Bu, aku baik-baik saja.." Ucap Juan meyakinkan.

"Baiklah kalau begitu," Clastia kemudian mengedarkan pandangannya mencari sosok tegap yang ia kenal.

"Ah! Itu mereka!" Seru Clastia.

"Hm? Dimana? Wah! Bu pelan-pelan saja." Protes Juan ketika mendapat tarikan dari Clastia. Ia sedikit kesulitan mengatur langkah kakinya yang terseret-seret akibat cepatnya langkah kaki sang ibu membawanya kesebuah meja.

"Almatheo.." sapa Clastia hangat. Pria alpha itu menoleh ke arah sumber suara yang memanggilnya, lalu tersenyum hangat.

Clastia melepaskan cengkeramannya dari pergelangan tangan Juan, kemudian memberikan pelukan hangat kepada Almatheo.

"Aku kira, kamu tidak akan datang Clastia.." Ucap Almatheo dengan helaan nafas.

"Hahaha, mana mungkin aku menolak undanganmu jika itu demi keakraban diantara anak-anak kita." Balas Clastia sambil melepas pelukannya dari Almatheo.

"Baiklah kalian berdua silahkan duduk.." ucap Almatheo mempersilahkan.

Juan duduk disebelah ibunya, ia berhadapan muka dengan seorang pemuda disamping Almatheo.

'Apakah dia yang akan menjadi saudara tiriku? Ugh lihatlah mukanya, tampang preman sekali.' batin Juan muak.

"Almatheo.. Ini adalah putraku, Juan Sinclair. Juan, ibu perkenalkan padamu Tuan Almatheo Roosevelt yang akan menjadi ayahmu dalam beberapa hari ke depan." Ucap Clastia memperkenalkan Juan kepada Almatheo.

"Oh ya.. Ini putraku Saga Roosevelt, dia juga anak semata wayang yang kumiliki." Giliran Almatheo yang memperkenalkan putranya.

Juan mengangguk sopan sebagai tanda perkenalan, namun sesuatu tiba-tiba mengejutkannya. Membuat Clastia menoleh ke arahnya, "Juan, ada apa?"

Juan seketika panik mendapatkan pertanyaan itu, "T-tidak Bu, aku hanya sedikit terkejut karena tiba-tiba angin berhembus membuat bulu kudukku merinding." Sangkal Juan.

Clastia mengangguk paham, lalu kembali berbincang dengan Almatheo.

Disisi lain, tampaknya Saga mulai menggoda saudara barunya. Ia mencari celah memasukkan ujung sepatu miliknya ke lobang celana panjang Juan.

Juan berusaha setenang mungkin menghadapi keanehan saudaranya itu. Ia melipat kedua tangannya didepan dada dan melayangkan tatapan tajam ke arah Saga.

'Apa sebenarnya rencanamu?'

#Bersambung

My Beloved Step Brother by @SagitaRea1234 × @ReyKlvn_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang