Chapter 5

410 31 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


>>>>>>>

Keringat dingin mulai bercucuran pada bagian punggung Juan, aura Saga yang mendominasi berhasil membuatnya takluk. Juan terus berusaha untuk melepaskan diri dari cengkeraman Saga, namun kekuatannya tak cukup untuk melawan. Ia terheran, mengapa dirinya bisa menjadi selemah ini jika berhadapan dengan Saga.

Bukankah adiknya itu sama sepertinya? Seorang dominan alpha, Juan tak habis pikir cara apalagi supaya Saga tak mengulangi kejadian kemarin malam.

"S-Saga, bisakah kau melepaskan cengkeramanmu pada pergelangan tanganku?" Bujuk Juan dengan sedikit melembutkan suaranya.

"Mengapa aku harus melepaskan mu? Bukankah kau akan lari setelah aku melepaskanmu, kak." Mendengar jawaban Saga, Juan memejamkan matanya dan menghela nafas pelan.

Ia kehabisan akal menangani Saga saat adiknya berada di situasi saat ini, haruskah ia mengulangi kejadian kemarin malam?

Juan menggelengkan kepalanya pelan, ia mengambil keputusan memberikan supressant miliknya untuk menekan rut Saga yang tidak wajar.

"Aku tidak akan kemana-mana, jadi tolong lepaskan cengkeramanmu. Aku akan mengambilkan supressant untuk menekan rut mu," Ucap Juan.

Mendengar kata supressant, Saga langsung menarik pinggang Juan dan memeluknya dengan posesif. "Aku tidak menginginkan supressant, yang aku inginkan adalah dirimu kak." Racau Saga setengah sadar.

"Apa kau gila? Aku ini alpha! Jika kau ingin seperti itu maka lakukan saja dengan omega." Kini Juan benar-benar diambang batas kesabarannya, ia bisa saja memukul Saga dan menendang aset berharga milik adiknya itu. Namun, ia tahu bagaimana sulitnya seorang Alpha melewati masa rutnya karena ia sudah mengalaminya.

Saga terdiam lalu menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Juan, "Biarkan aku memelukmu sebentar, Kak.." Pintanya memelas. Juan menghela nafasnya, pasrah dengan tingkah laku Saga. Ia hanya bisa mengusap surai rambut Saga dengan lembut.

'Tingkahnya cukup membuatku terkejut..' batin Juan.

********

Garvile dan Ester sudah tiba di sebuah toserba yang tidak jauh dari apartemen mereka, dengan sigap Garvile mengambil keranjang belanjaan dan membiarkan Ester mengambil barang-barang yang diinginkannya.

Namun saat dirinya berbalik badan, Garvile mendapati Ester tampak melamun memikirkan sesuatu. Pemuda cantik itu tidak sadar jika dirinya tengah ditatap oleh sahabatnya, hingga Garvile menepuk pundaknya.

"Uh? Ada apa?" Tanya Ester setelah kembali sadar.

"Kau sedari tadi tampak melamun, apa yang kau pikirkan?" Jawab Garvile diakhiri dengan sebuah pertanyaan.

"Eum.. itu, Kakaknya senior Saga tampak tidak asing dalam pandanganku..." Desis Ester sambil memegangi dagunya sendiri.

"Kau terlalu banyak berpikir, tentu saja itu tampak tidak asing bagimu karena kalian baru saja saling mengenal." Ester menggelengkan kepalanya pelan, memang yang dikatakan Garvile ada benarnya namun bukan itu maksudnya.

'Kira-kira dimana aku pernah melihatnya ya?...'

********

Hari mulai gelap, Saga perlahan membuka kedua matanya. Hal pertama yang ia lihat ada langit-langit kamarnya, "Kau sudah bangun?" Suara lembut menenangkan itu berhasil menarik perhatiannya.

Ia menoleh ke arah samping kanannya, Juan duduk ditepi ranjang dengan ekspresi khawatir yang berusaha ditutupinya. Pasalnya, sedari Saga dalam siklus Rutnya, suhu tubuh Saga tak kunjung menurun. Hal itu membuat Juan terus menerus mengompres dahinya menggunakan air hangat, tak lupa meminumkan obat penurun panas dengan sebuah ciuman disaat Saga dalam keadaan tidur.

"Kakak?"

Juan tak menjawab, ia hanya terfokus untuk mengecek kondisi Saga sudah membaik atau belum. Ia mengangkat sapu tangan basah yang ia gunakan untuk mengompres Saga, sebagai gantinya Juan menempelkan punggung tangannya guna mengecek suhu sang adik.

Rasa dingin dan nyaman menjalar ke seluruh tubuh Saga kala punggung tangan sang kakak menyentuh dahinya, benar-benar menenangkan.

"Akhirnya turun juga.." desis Juan lirih lalu kembali mencelupkan saputangan kedalam baskom berisi air hangat dan memerasnya hingga tidak ada air yang menetes. Juan melipat sapu tangan itu menyerupai persegi panjang lalu meletakkan kembali ke dahi Saga.

"Istirahatlah.. Jika Ernes dengan kawannya kemari, aku akan membatalkan jamuan makan malam.. Kau perlu banyak istirahat."

"Aku akan membuatkan bubur untukmu.." Juan kemudian bangkit dari duduknya hendak melangkah kedapur, namun Saga merengkuh pinggang Juan membuat sang kakak jatuh diatas tubuhnya.

"Apa-apaan kau ini!" Marah Juan karena Saga masih saja berbuat ulah meski dalam keadaan sakit.

"Sttss.. diam dan tetaplah didekatku kak.. Aku akan merasa tenang jika aku menghirup aromamu.."

"Tapi kau lapar, akupun juga begitu!" Juan berusaha bangkit dari atas tubuh Saga namun malah ditarik kembali oleh sang empu.

"Tunggu Ernes dan Garvile saja, lalu kita akan makan malam bersama-sama.."

"Dasar modus!"

"Aku memang modus, wlee!"

#Bersambung

My Beloved Step Brother by @SagitaRea1234 × @ReyKlvn_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang