Chapter 6

375 29 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



>>>>>>>>

Setelah semua bahan untuk acara makan malam lengkap, Ernes dan Garvile memutuskan untuk bertolak kembali ke apartemen mereka yang berada di lantai lima.

Setelah lift mengantarkan mereka ke tujuan, kedua pemuda itu langsung berjalan menelusuri koridor lantai lima menuju kamar apartemen senior mereka. Ernes sebelumnya sudah mengirimkan sebuah pesan kepada Saga bahwa ia dan Garvile dalam perjalanan menuju apartemen, namun tak ada balasan apapun dari sang senior.

"Senior! Kami datang!" Panggil mereka sambil menggedor pintu kamar apartemen Saga.

Terdengar suara berisik dari dalam apartemen, namun kedua junior itu tak mau ambil pusing. Mereka menunggu pintu kamar itu terbuka. Sesaat pintu kamar terbuka, mereka mendapati Juan dengan kondisi muka bersemburat kemerahan. Terlihat juga jika dahinya sempat terbentur oleh sesuatu yang menyebabkan munculnya sebuah benjolan kecil.

"M-masuklah..." Setelah dipersilahkan masuk, Ernes dan Garvile melepas sepatu mereka lalu membuntuti Juan dari belakang.

Memasuki ruang tamu, Garvile dan Ernes saling pandang satu sama lain. Keadaan ruangan itu sedikit berantakan, apakah kakak beradik itu bertengkar?

"Um... Senior Saga kira-kira dimana letak dapurnya?" Tanya Ernes dengan sopan. Saga lalu memberikan arahan kepada juniornya, saat Ernes hendak bertolak ke dapur Juan menahan pundaknya. Ernes menoleh kebelakang, "Kak Juan?"

"Biarkan aku membantumu, aku cukup mahir dalam memasak.." Pinta Juan yang langsung disetujui oleh Ernes.

Ketika para uke tengah memasak di dapur, Saga mengajak Garvile untuk bermain Play Station sembari menunggu hidangan matang.

"Permainan apa yang menurutmu cocok?" Tanya Saga sembari memilih permainan yang tersimpan di dalam flashdisknya.

"Bagaimana jika bermain permainan FPS, seperti Black?" Saga tersenyum, tak disangka Garvile menotice salah satu permainan favoritnya dari sekian banyak permainan yang pernah ia mainkan di Play Station.

"Oke, tapi dengan tantangan." Seringaian muncul diwajah Saga, menambah kadar ketampanan pemuda itu.

"Jika aku menang, aku tantang kau untuk mencium Ernes."

Mendengar tantangan itu, Garvile ikut menyeringai. Kedua alpha itu tampaknya memperebutkan gelar sang Juara untuk menonjolkan diri mereka. "Kalau begitu, jika aku menang maka senior harus mencium Senior Juan didepan kami." Ucap Garvile menantang balik.

"Baiklah kita lihat saja, aku atau kau yang menang.."

******

Canggung, itulah hal yang dirasakan Ernes ketika hanya berdua di dapur bersama dengan Juan. Bukan suatu hal yang asing lagi, jika seorang omega tertarik dengan aroma seorang Alpha. Ernes larut dalam lamunannya hingga tak sadar pisau tajam itu mengiris jari telunjuknya.

Ernes berdesis lirih sambil mengibas-kibaskan tangannya yang tergores pisau untuk meredakan rasa perih dan nyeri.

Kecerobohan Ernes tentu tak luput dari pandangan Juan, ia langsung menghampiri juniornya itu setelah melihat tingkah tak biasanya.

"Apa yang terjadi?" Belum sempat Ernes menjawab, Juan melirik ke arah pisau yang tergeletak diatas talenan dengan sedikit bercak noda darah menghiasi pinggir mata pisau.

"Tunggu sebentar, akan kuambilkan plester obat. Kau cuci saja jarimu itu dengan air mengalir untuk menghentikan pendarahannya."

Juan kemudian bergegas menghampiri Saga untuk menanyakan dimana letak kotak P3K, sesampainya di ruang tamu Juan mendapati adiknya tampan serius bermain Play Station dengan Garvile.

"Ada apa kak?" Tanya Saga tanpa mengalihkan pandangannya dari layar televisi. Pemuda itu masih asyik menekan tombol dan menggerakkan kursor stik Play Station miliknya.

"Umhn... Dimana kau meletakkan kotak P3K?" Mendengarkan pertanyaan Juan, Saga langsung terdiam dan tak melanjutkan permainannya. Bahkan ia tidak peduli jika ia akhirnya kalah dengan Garvile.

"Yeay! Aku menang, Senior kau harus menepati janjimu." Ucap Garvile sambil memandang Saga yang perlahan mendekat ke arah Juan.

Juan pun terkesiap dengan tindakan Saga yang tiba-tiba mendekat ke arahnya. "Lukanya.." Desis Saga lirih.

Juan memandang Saga dengan heran, "Apa maksudmu?" Tanya Juan melihat Saga perlahan menggenggam kedua tangannya erat. Ia juga melihat adanya sirat kekhawatiran dari kornea mata Saga.

"Di bagian mana kau terluka, Kak?"

"Tidak, bukan aku yang terluka tetapi Ernes.." Mendengar penuturan kakaknya, Saga merasa lega, syukurlah kakaknya baik-baik saja. Giliran Garvile yang cemas dengan luka Ernes.

Seolah tahu, Saga akhirnya menyuruh Garvile untuk mengambil kotak P3K miliknya di atas lemari es. Garvile buru-buru berjalan ke arah dapur untuk menangani luka Ernes.

Setelah menunggu beberapa waktu akhirnya hidangan makan malam pun tersaji, belum sempat Juan menyuruh Ernes untuk memanggil Garvile dan Saga. Rupanya dua cecunguk itu datang dengan sendirinya seolah besi logam yang tertarik oleh magnet. Aroma lezat dari sajian masakan Juan mampu membuat perut mereka keroncongan.

Saat itu Juan hendak duduk di samping Ernes namun Saga langsung menariknya untuk duduk bersebelahan dengannya, "Kak, suapi aku.." pintanya dengan suara manja.

"Kau, bukankah dua tanganmu masih berfungsi dengan benar? Selagi masih berfungsi harap digunakan dengan baik , jangan sampai aku mendoakan kedua tanganmu lumpuh!" Cerca Juan sambil menodongkan garpu didepan mata Saga persis.

Tentu saja ancaman itu tak mempan untuk Saga, ia justru menarik tangan Juan membuat sang kakak sedikit khawatir jika garpu itu benar-benar mengenai matanya.

"Hey lepas! Bagaimana jika matamu terluka akibat garpu ini?!"

"Tidak akan, aku tidak seceroboh itu kak." Memanfaatkan kelengahan Juan, Saga langsung menyambar bibir Juan tanpa peduli reaksi kedua juniornya memperhatikan mereka.

"Mnhn~"

#Bersambung

My Beloved Step Brother by @SagitaRea1234 × @ReyKlvn_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang