Chapter 3 🔞

762 35 0
                                    

Disclaimer: chapter ini mengandung adegan 🔞 bagi yg masih dibawah umur harap skip dan lanjut ke chapter berikutnya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Disclaimer: chapter ini mengandung adegan 🔞 bagi yg masih dibawah umur harap skip dan lanjut ke chapter berikutnya!



>>>>>>>>

"Ada yang ingin kubicarakan denganmu, Kak.. Bisakah kau datang ke kamarku?"

Juan memejamkan kedua matanya, ia dengan santai mengunyah suapan terakhirnya dan menelannya.

"Kau bisa membicarakannya esok hari, sebaiknya kau beristirahat.." balas Juan yang kemudian beranjak dari kursinya. Namun saat akan melangkahkan kakinya, ia merasakan cekalan Saga pada pergelangan tangannya.

"Lepaskan tanganku!" Tegas Juan namun dibalas gelengan oleh Saga. Saat Juan hendak menarik pergelangan tangannya, Saga semakin erat mencengkeramnya membuat Juan meringis kesakitan.

"Apa kau ingin mematahkan pergelangan tanganku? Jika kau tidak membiarkanku untuk lepas, setidaknya longgarkan sedikit cengkeramanmu.." Protes Juan kepada Saga.

Spontan, Saga menurut dan mulai berdiri dari kursinya. "Sepertinya aku tidak memiliki pilihan lain.."

"Apa maks— Saga! Apa yang kau lakukan! Turunkan aku!" Juan merasakan jantungnya hampir lompat dari tempatnya karena secara tiba-tiba Saga menggendongnya ala karung beras.

Saga tak menjawab apapun, ia terus melangkah kakinya menuju kamarnya yang berada dilantai dua.

"Brengsek! Aku bisa jalan sendiri, turunkan aku!" Juan masih terus bersikeras agar Saga mau menurunkannya.

Saga membuka pintu kamarnya, lalu masuk kedalam dan membanting tubuh Juan ke atas kasur.

"Brengsek! Apa mau mu sebe—umph!" Belum sempat Juan menyelesaikan argumennya, Saga langsung membungkamnya dengan sebuah ciuman. Ciuman itu amat kasar dan intense.

Saga terus mengacak isi dalam mulut Juan, mengabsen setiap gigi disana menggunakan lidahnya. Juan tak kuasa dengan ciuman panas itu yang membuatnya kehabisan nafas.

"Mmpnh~!" Juan mendorong tubuh Saga menjauh sekuat tenaga, lalu terbatuk setelah ciuman mereka terlepas. Saat itu Juan dapat mencium aroma feromon Saga yang menusuk indera penciumannya. Perlahan aroma itu semakin pekat, membuat nafas Juan terasa tercekat.

Ia membelalakkan matanya melihat warna mata Saga yang berubah menjadi kuning keemasan. Pertanda bahwa adiknya telah mengalami siklus Rut nya.

"K-kau?.." Juan terbata dengan kalimatnya, merasa merinding dengan aura disekitar Saga.

Saga tanpa aba-aba langsung menyelipkan tangannya kedalam baju kaos milik Juan, memilin benjolan berwarna merah muda milik sang kakak.

Juan seketika melenguh saat Saga menyentuh salah satu titik sensitifnya, "Ahn!~ A-apa yang kau lakukan? Hngh~ H-hentikan..."

Bukannya berhenti, Saga semakin bernafsu untuk menggagahi kakaknya. Juan dapat merasakan feromon Saga lebih pekat dibandingkan alpha lainnya, atau jangan-jangan Saga bukanlah seorang Alpha.

Setelah puas bermain dengan benjolan pada dada Juan, Saga langsung beralih ke bagian bawah sang kakak. Mata Juan membelalak tatkala Saga meraba ke arah lobang yang selama ini tak pernah ia sentuh.

"Saga! Hentikan!" Bentak Juan berusaha menyadarkan adiknya yang sudah dikendalikan hawa nafsu. Namun, pendengaran Saga seolah tuli. Ia mengeluarkan kejantanan Juan dan mengulumnya perlahan. Juan tentu tak kuasa dengan kenikmatan yang diberikan oleh adiknya. Ia terus-menerus mendesah dalam kenikmatan, perlahan feromonnya mulai menyebar.

Saga berhenti sejenak, "Ai.. closed the door.." ucapnya.

Lalu terdengar suara sedingin mesin menjawab, "Understood!"

Perlahan pintu kamar yang terbuka, tertutup dengan sendirinya. Saga menyeringai ke arah Juan, membuat kadar ketampanannya meningkat beberapa persen.

Ia kembali meraup bibir Juan dengan tangannya bekerja melonggarkan tempat dimana ia akan meletakkan kejantanannya di dalam kakaknya.

"Mpmnh~ umnh~ ugh~ ah~"

Setelah dirasa cukup, Saga mulai menurunkan celananya. Alangkah terkejutnya Juan, melihat ukuran kejantanan milik Saga. Ia berusaha payah meneguk salivanya, Juan terus memperhatikan kemana Saga mengarahkan kejantanan miliknya.

Dengan sekali hentakan, penis Saga mampu menerobos masuk membuat Juan melengkungkan badannya.

"Ah!!" Erang Juan kesakitan, terlihat sedikit darah bercampur dengan cairan kental keluar dari lubang milik Juan. Tanpa rasa berdosa, Saga mendorong kejantanannya semakin dalam dengan tempo yang cepat.

"Ah~ hngh~ ha~ S-saga!~ Cukup!~ Hn-hentikan!~ Ahn!~"

Saga tak menggubris apapun, ia terus-menerus menghantam lubang yang membuat kejantanannya merasa hangat.

'Dimana? Dimana itu?' batin Saga mencari sesuatu.

Ia mencari dimana letak kelenjar prostat milik Juan, sampai akhirnya dengan penuh percaya diri ia menghentakkannya.  Mata Juan membelalak saat titik kenikmatan didalam dirinya berhasil ditemukan oleh Saga. Bersama dengan itu, cairan sperma telah keluar dari kejantanannya.

Saga menyeringai puas setelah menemukan titik nikmat milik sang kakak, "Ah~ Disitu rupanya.."

Juan tampak terengah-engah, menatap Saga dengan sayu. Netra adiknya masih memiliki warna yang sama, artinya satu ronde saja tidak cukup untuk meredamnya.

"Kak.. Aku harap kau tidak pingsan setelah ini, masih banyak ronde yang belum kita lalui.." Lirih Saga dengan menyeringai membuat bulu kuduk Juan berdiri.

"Dasar gila..."

********

Suara alarm digital berhasil mengusik tidur lelapnya Juan, pemuda itu mengernyitkan dahinya sebelum membuka kedua matanya. Tangannya ia arahkan kemana jam weker itu berada untuk mencari sebuah tombol dan mematikannya.

Juan lantas bangun dan meringis kesakitan, ketika merasakan nyeri di sekujur tubuhnya. Tubuhnya pun terasa berat saat ia berusaha bangun. Perlahan ia bangkit dari ranjangnya, belum ada semenit ia berdiri. Kedua kakinya terasa lunglai, seolah tulang-tulang persendiannya melebur menjadi bubur.

Ia duduk terjatuh dalam keadaan bersimpuh, bagian bawahnya terasa berkedut nyeri. Juan menatap ke arah sekelilingnya dan baru menyadari bahwa ia bukan berada dikamarnya.

"Loh! Ini bukan kamarku, tunggu semalam..." Juan menjeda kalimatnya dan berusaha mengingat kejadian semalam. Scene dimana ia berhubungan intim dengan Saga sangat kontras terlihat didalam penglihatan otaknya. Juan lantas mencengkeram kedua tangannya erat, membuat sebuah kepalan.

'Agh!!!! Anak setan!' batinnya menjerit

#bersambung

My Beloved Step Brother by @SagitaRea1234 × @ReyKlvn_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang