Chapter 4

495 31 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


>>>>>>>

Matahari tepat di atas ubun ubun kepala. saat ini Juan dan Saga sedang dalam perjalanan menuju apartemen yang akan mereka tinggali, sementara itu Almatheo tengah mendaftarkan Juan di University of Valencia. Keheningan menyelimuti mereka, Saga memfokus pandangannya kedepan sembari menyetir sementara Juan hanya melihat keluar jendela.

Sesekali ia melirik ke arah kakaknya yang diam membisu, cukup! Ia sudah tidak tahan dengan situasi yang canggung seperti ini.

"Kak juan..." ucap Saga memecah keheningan, Juan hanya melirik kearah Saga dan kembali melihat keluar jendela, Saga menghela nafasnya.

"Apa kau masih marah padaku?" tanya Saga. Juan terdiam beberapa saat "Menurut mu?" bukannya menjawab Juan malah membalikkan pertanyaan Saga.

"Bukankah aku sudah meminta maaf, apa itu masih kurang untukmu memaafkanku?" Tanya Saga.

Juan hanya diam dan tidak membalas perkataan Saga yang membuat Saga kembali menghela nafasnya, "Baiklah-baiklah, aku minta maaf... jika terjadi sesuatu padamu aku akan tanggung jawab" ucap Saga.

Juan kembali melirik Saga, "Terserah..."

Tak berapa lama kemudian mereka sampai di apartemen yang akan mereka tinggali, Juan langsung turun dan berjalan ke bagasi mobil untuk mengambil barang-barangnya.

Ketika Juan ingin membuka bagasi mobil Saga menahannya, hal itu membuat Juan menatapnya.

"Biar aku saja yang membawa barang-barang berat, kau bawa ransel kecil saja." ujar Saga.

Bukannya merasa tertolong Juan justru tersinggung dengan perkataan Saga, "Apa maksudmu? Kau pikir aku lemah?" Protes Juan sambil menatap tajam ke arah Saga.

"Bukan begitu, hanya saja kau kan..." ucap Saga sedikit terjeda, Juan seakan mengerti apa yang dikatakan oleh Saga.

Rona tipis mulai terlihat di pipi Juan, "Diam! Jangan membahas hal itu!" Kesal Juan sembari mengambil ransel kecil dan berjalan cepat memasuki lobby apartemen.

Saga hanya tertawa kecil melihat tingkah laku kakaknya, ia kemudian bergegas mengambil barang-barang miliknya dan Juan.

*********

Suara dentang pada lift menandakan mereka telah sampai di lantai yang mereka tuju, Juan dan Saga lantas keluar dari dalam lift menuju pintu apartemen Saga.

"Kartu id?" Tanya Juan sembari menadahkan tangannya didepan Saga. Saga bergegas menaruh barang yang ia bawa ke atas lantai, ia merogoh saku celananya untuk mengambil kartu id-nya dan menyerahkannya kepada Juan.

Tit! Cklak!

Pintu terbuka, Juan masuk mendahului sang pemilik kamar. Ia terpaku pada ruang tamu apartemen Saga yang tertata dengan rapi, meski sedang tak ditempati.

"Apartemenmu, rapi juga ternyata?" Gumam Juan membuat Saga membelalakkan matanya mendengar pujian lirih sang kakak.

"Apa kau bilang? Katakan lebih keras kak!" Girang Saga sambil berjalan ke arah Juan.

"Berisik! Lagipula aku tidak mengatakan apapun!" Elak Juan dengan rona merah tipis menghiasi wajahnya.

Saga begitu gemas dengan tingkah laku kakaknya yang tsundere itu, ia lantas memeluk Juan erat. Sang kakak berusaha memberontak, namun kekuatan tubuhnya tak sebanding dengan kekuatannya.

Disaat mereka berdua tengah bercanda, terlihat dua orang berjalan melewati pintu kamar mereka lalu berhenti didepannya. Mereka tampak seumuran dengan Saga atau mungkin lebih muda?

"Senior Saga! Kapan kau kembali?" Sapa seorang pemuda dengan rambut berwarna merah maroon, tinggi pemuda itu sebatas dada Saga jika diukur lebih teliti. Saga dan Juan menoleh berbarengan ketika mendengar sapaan pemuda itu.

"Ernes? Sejak kapan kau disitu?" Ucap Saga balik bertanya tanpa membalas pertanyaan yang diajukan Ernes kepadanya.

"Baru saja, senior. Niatku ingin pergi ke toserba, namun langkahku terhenti saat melihat dirimu..." Ada sedikit jeda di kalimat Ernes, pemuda omega itu tampak mengintip pria dibelakang seniornya.

"Uhmn.. senior, siapa dia? Apa dia teman sekamar mu?" Tanya Ernes setengah berbisik karena penasaran dengan keberadaan Juan dibelakang Saga.

Dengan semangat, Saga menggaet leher kakaknya menggunakan lengan kekarnya ke hadapan Ernes dan temannya.

"Brengsek! Apa-apaan kau?!" Protes Juan yang merasa setengah tercekik akibat gaetan lengan Saga.

"Kenalkan dia adalah kakakku, Juan Roosevelt." Ucap Saga semangat memperkenalkan Juan kepada juniornya itu.

Ernes saling bertatapan dengan temannya.

'bukankah senior tidak memiliki kakak? Apa jangan-jangan..' batin mereka berdua.

"Ah salam kenal, aku Ernes Zevila sedangkan dia bernama Garvile Hudson. " Ernes mengulurkan tangannya mengajak Juan untuk berjabat tangan.

Juan tersenyum simpul lalu menjabat tangan Ernes hangat, "Um! Senang bertemu denganmu, semoga kita bisa akrab.." balas Juan.

"Baiklah kalau begitu aku akan membeli beberapa kaleng bir dan makanan untuk merayakan kedatangan Kak Juan!" Seru Ernes sambil memeluk lengan Garvile.

"Ikuzo!! Garvile kita ke toserba!"

"Baiklah-baiklah.."

"Tunggu-" Kalimat Juan terjeda ketika kedua juniornya itu telah lenyap dibalik tembok. Juan menghela nafasnya, semangat anak muda memanglah luar biasa.

Juan lalu bertolak kembali ke tas bawaannya untuk ia rapikan, namun pergelangan tangannya tercekal oleh Saga.

"Apalagi? Mengapa kau tidak membiarkanku untuk bebas darimu sehari saja?" Kesal Juan sembari menoleh ke arah Saga.

Juan membelalak ketika melihat mata Saga kembali berubah berwarna kuning keemasan.

'Oh shit! Tamatlah riwayatku hari ini..'

********

My Beloved Step Brother by @SagitaRea1234 × @ReyKlvn_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang