19

1.9K 270 100
                                    

Happy reading


Malam itu bulan bersinar cukup cerah, bintang-bintang bertaburan di sekelilingnya. Membuat orang-orang yang berada di bawahnya selalu ingin mendongak, untuk melihat keelokan langit malam walau hanya sejenak. Namun, bagi Jaki sendiri malam itu terasa begitu menyesakkan. Apalagi melihat keadaan teman baiknya yang tertidur karena bius yang dokter suntikan, itu benar-benar membuat dadanya terasa sakit.

Selama mengenal Hasan, baru kali ini Jaki melihat sisi lain dari anak itu. Mata yang biasanya memancarkan kehangatan itu terlihat kelelahan. Bahu yang biasanya tegap itu tampak rapuh dengan beban berat yang begitu kentara. Entah apa yang terjadi padanya, tetapi Jaki yakin sekali jika ini ada hubungannya dengan papa Hasan.

Bukan tanpa alasan. Sebab tepat ketika dia baru saja mengganti seragam sekolahnya, Hasan tiba-tiba saja menelepon dan tidak mengatakan apa-apa. Sebenarnya, Jaki hampir saja mengumpati anak itu kalau tak mendengar suara rintih kesakitan darinya. Sehingga tanpa membuang waktu lagi, dia segera keluar dari unit apartemen dan mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Dan tepat ketika sampai, dia justru dibuat tergemap melihat kondisi Hasan yang sudah tak sadarkan diri dengan darah yang di dahinya.

"Gue nggak tahu apa yang terjadi, gue bingung, San. Tapi gue harap keputusan gue buat panggil Mama lo kali ini udah bener." Jaki kembali terdiam, menatap wajah Hasan yang penuh lebam. "Bisa-bisanya lo dipukulin kaya gini. Lo nggak bisa lawan atau sengaja nggak lawan, sih?" Jaki tahu Hasan tidak akan menjawab, hanya saja dia ingin mengutarakan isi hatinya. Entah kenapa, dia yakin sekali kalau Hasan hanya pasrah saat dipukuli oleh papanya.

Padahal setahu Jaki, walaupun Hasan tidak terlalu pandai bela diri, tetapi anak itu juga tak terlalu payah dalam melindungi diri dan menghindar. Dia yakin sekali, karena ketika kelas sebelas dulu dia pernah mengikuti tawuran antar pelajar. Dan Hasan datang untuk membawanya pulang dengan mengatakan bahwa apa yang dia lakukan itu salah dan tawuran bukanlah satu-satunya cara untuk melepaskan kekesalan yang dia pendam.

Mengingat itu, tanpa sadar Jaki tertawa pelan. Lucu sekali pikirnya. Orang yang selama ini selalu memendam perasaan justru mengatakan hal demikian. Hingga tak lama kemudian, tawa itu harus berhenti sebab pintu ruang rawat tiba-tiba saja dibuka. Menampilkan Sekar dengan raut wajah paniknya. Jaki yang melihatnya terkejut dan segera berdiri. Dia tidak pernah menyangka jika mama dari teman baiknya itu benar-benar akan datang. Dia pikir perempuan itu tidak akan repot-repot menemui Hasan seperti sebelum-sebelumnya. Sebab tepat ketika   dia mengatakan kondisi Hasan, sambungan diputus begitu saja.

Namun, melihat bagaimana paniknya perempuan itu malam ini, membuat Jaki menarik sudut bibirnya tanpa sadar. Lantas memberikan jarak agar perempuan itu bisa mendekat dan melihat lebih jelas bahwa selama ini, Hasan tidak baik-baik saja. Anak itu terluka. Bukan hanya fisik, tetapi hatinya. Bahkan Jaki sendiri tidak yakin apakah luka yang Hasan punya bisa disembuhkan atau tidak.

"Hasan ...." Sekar memanggil dengan suara yang bergetar. Tangannya terulur untuk mengelus pipi sang anak yang tampak lebam dengan penuh kehati-hatian. Takut-takut jika dia terlalu cepat mengelusnya, Hasan akan menangis kesakitan seperti 10 tahun lalu, ketika anak itu bermain layangan di taman dan mengadu padanya seharian. Kalau lututnya perih, Hasan takut tidak bisa berlari lagi.

Mengingat kepingan-kepingan masa lalu itu, berhasil membuat dada Sekar terasa sesak bukan main. Air matanya bahkan sudah tumpah ruah, seraya dengan isakannya yang terdengar pilu.

"Maafkan Mama. Hasan maafkan, Mama, Nak ...." Untuk beberapa saat, Sekar terdiam mengamati wajah damai Hasan. Sampai akhirnya ia mendekat dan mencium kening Hasan yang terbalut perban itu cukup lama. Ciuman yang kembali ia hadiahkan pada Hasan setelah sepuluh tahun lamanya. Ciuman yang selalu Hasan inginkan dan ciuman yang ternyata Hasan lupakan.

Dermaga Hasan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang