"Sandra, listen."
"Hm?"
Daniel memperhatikan wajah cantik di hadapannya. "Bohong kalau gue bilang gue nggak mau cium lo sekarang juga. Di mobil ini. Detik ini."
Tubuh Sandra membeku ketika mata elang Daniel mengunci pandangannya. Senyum Sandra perlahan memudar seiring dengan tatapan herannya yang muncul.
Hela napas kecil dia embuskan. "Cium? Kalau di pipi atau kening bol–"
"Bibir. Aku mau di bibir," potong Daniel.
Lelaki itu mengatakan keinginannya dengan sangat jujur sampai-sampai Sandra bingung harus merespons seperti apa dan bereaksi bagaimana.
Sandra bukan perempuan yang "mudah" dalam konteks disentuh atau menyentuh lawan jenis. Dia paling anti dengan symptoms pergaulan bebas, termasuk ciuman bibir. Physical touch yang dia izinkan bagi dirinya dan bagi orang lain terhadap dirinya hanya sebatas, pelukan, pegangan tangan, dan cium pipi kening. Terdengar cukup konservatif di zaman sekarang, but there she is.
Raut wajah Sandra kembali biasa. "Kenapa harus di bibir?" tanyanya.
Daniel terkekeh. Tidak dia sangka pertanyaan itu akan keluar dari mulut kekasih pertamanya. Namun, Daniel menjawabnya santai. "Ini agak garing, tapi bagi aku terasa lebih ... tulus, firm, dan intimate. It'll also give us more affection, Sandra."
"Not us, but you."
"Oke, aku. Jadi?"
Shit. Daniel sangat menginginkannya sekarang. Entah mengapa, dia rasa momentum ini adalah saat yang pas bagi mereka untuk mengungkapkan perasaan cinta satu sama lain lewat ciuman itu.
Tentang respons di luar prediksi yang Sandra berikan barusan, akan dia tanyakan lebih lanjut nanti. Dia kira permintaannya akan diterima dengan mudah, rupanya tidak. Mana mungkin Daniel tidak kaget.
Sandra masih diam, sebelum meraih ponsel dari dalam tasnya. Dia mengetikkan sesuatu di sana seraya menatap Daniel yang terlihat masih menunggu jawaban darinya.
"Sejujurnya aku tergoda untuk bilang mau, but I have to ask my mom first just to make sure she will not get mad at me after this," jawab Sandra jujur lalu kembali menatap room chat-nya.
Whaaaatttt???!!
Seorang Sandra Alexa perlu izin ke Maminya dulu hanya untuk mengiakan ajakan ciuman Daniel?
Benar-benar gadis yang tidak bisa tebak, pikir Daniel. Akan tetapi, dia membiarkannya. Bagaimanapun juga, Daniel tidak ingin sampai mengubah pribadi Sandra hanya untuk memuaskan keinginannya sendiri.
Sandra
Mami, barusan aku jadian sama crush aku. Dia tembak aku di atas panggung.He is the type of a kind-hearted, talented, and cool boy at school.
And he politely asks me for a kiss on the lips. Mami izinin gak? 😯
Mamimumm 💗💅
Awww my little girl finally found her loved one at highschool 😍😍😍Mami sangat appreciate kejujuran kamu sayang. Kalau kamu nggak merasa akan dirugikan setelah itu, Mami izinin.
Mami juga pernah melakukan itu juga waktu pacaran sama papa kamu dulu, jadi yaa Mami mengerti 😇
Tapi cukup sekali ya. Seterusnya nggak boleh ada lagi, kecuali sdh menikah.
Sandra
Alright, Momm. Aku ikutin Mami. Mami bisa pegang janji aku <3Makasih ya, Mami, udah diizinin 💗
"Diizinin, Niel."
Berbeda dengan raut Sandra yang excited, Daniel malah sudah bersandar di tempat duduknya dan tengah bersiap mengenakan sabuk pengamannya. Senyumnya kecut.
"Telat, San. Besok-besok ajalah. Udah nggak semangat lagi aku," ujarnya jujur, membuat Sandra terkekeh.
Gadis itu merasa bersalah. Sedikit. Memangnya selama itu ya dia chat bersama maminya?
"Masa, sih, udah nggak semangat? Coba kita tes."
Dalam waktu sepersekian detik, pipi Daniel sudah ditangkup oleh telapak mungil Sandra dan menempel sempurna pada wajah cantiknya. Eyes closed. Their lips officially met. Kepala mereka dimiringkan ke sisi yang berlawanan agar ciuman pertama mereka terjadi sesuai bayangan.
She's right. Daniel bukannya tidak semangat, dia hanya kesal karena pertemuan bibir itu tidak terjadi secepat yang dia harapkan.
Lihatlah siapa yang memimpin sekarang.
Dengan lihai telapaknya merangkum sisi wajah Sandra dan sesekali menekan tengkuknya agar maju. Daniel berniat menghapus se-inci pun jarak di antara mereka saat ini.
Bunyi kecupan-kecupan memenuhi mobil. Suhu AC mobil yang menyala kontras dengan suhu di dalam diri Daniel. He needs ... more than this.
"Just a kiss, Daniel. Jangan melakukan hal lain atau aku akan marah besar." Refleks, kesadaran Sandra terpanggil saat tangan Daniel perlahan-lahan turun mengusap pinggangnya.
Daniel menurut. Namun dia sempat berbisik, "Open your mouth."
"Is this ... part of the kiss, Niel?" lirih Sandra polos.
"Yes."
Walau bingung, mulut Sandra tetap terbuka dan membiarkan lidah Daniel beradu dengan miliknya.
Sandra tidak ingin membayangkan apa yang sedang terjadi pada interior mulutnya saat ini. Dia jijik, tetapi ini sungguh menyenangkan.
Merasa lawannya mulai tidak bisa mengontrol napas dengan benar, Daniel pun melepaskan ciuman mereka setelah membubuhkan satu kecupan terakhir di sana. Kening menempel, saling melempar senyum penuh arti kepada satu sama lain dengan napas yang saling beradu.
"For your information, ini ciuman pertamaku. I love you, Sandra."
"Really?! Thid was also my first kiss, Daniel," Sandra terkekeh, "I love you too, my first ever boyfriend."
Daniel terkejut. "Sejujurnya, kamu juga pacar pertamaku, San. Damn, I love you even more baby."
Sepanjang perjalanan pulang menuju rumah sang Princess Sushi, mereka tidak banyak bicara. Hanya saling melempar senyum lelah, bertatapan, lalu sibuk dengan isi pikiran masing-masing. Hening di dalam mobil seolah terkikis oleh ramainya isi hati mereka yang diam-diam tengah berbahagia.
19 Juni 2024.
Hari jadi pertama dan hari ciuman pertama bagi Sandra & Daniel.[ ••• ]
Guiss, semua ini hanyalah fiktif belaka ya. Mohon jangan jadi nge-war dan kalau mau koreksi statement atau narasi yang salah, boleh langsung komentar di paragrafnya dengan cara baik-baik.
Terima kasih 💖
KAMU SEDANG MEMBACA
Dependent Love || Jenselle
Hayran KurguKetika semua orang beristirahat dan pergi, hanya dia yang tertinggal. Ya, gadis itu, Sandra namanya. - Daniel. Di saat aku pergi dan berkelana tanpa arah, hanya kamu yang menungguku. Ya, kamu, Daniel. - Sandra. [DEPENDENT LOVE] Kisah ini ditulis...