5

70 15 1
                                        

"An, kau melamun!" Nena menepuk bahu Anala lembut.

"Oh, maaf Kak" Anala tersenyum.

"Masih memikirkan, Ken?" Tanya Nena yang sebenernya sudah tau pasti apa jawabannya.

"Sedikit" Ucap Anala.

"Percayalah An, dia pasti kembali" Nena mengelus bahu Anala lembut.

"Aku harap begitu, Kak" Anala memaksakan senyumnya.

"Tapi An. Aku penasaran. Apakah kalian pernah bertemu sebelumnya? Dia selalu menyebut nama "Anala" Setiap kali dia memintamu."

Anala tertegun mendengar pertanyaan Nena. Berpikir sejenak.

"Aku pikir ibu yang memberitahu namaku pada Ken" Lirih Anala bingung.

"Kau tau ibu, An. Dia tak pernah lagi menyebut nama itu sejak kau memintanya"

Ucapan Nena benar. Ibu bahka selalu memanggilnya An. Pada semua orang pun ibu selalu memberitahu nama "An" Daripada Anala.

Siapa Ken sebenarnya? Apakah ia lelaki yang pernah ia temui? Atau siapa sebenernya? Apakah lelaki tersebut juga tau bahwa ia seorang Sandhya?

Sebuah mobil Rolls-Royce berwarna hitam terparkir. Membuat Nena dan Anala bingung. Saling menatap satu sama lain. Pasalnya baru jam 10 siang. Diskotik pun bahkan belum buka. Tapi sudah ada seseorang yang datang.

Seorang lelaki muda tampak turun terlebih dahulu. Membukakan pintu belakang. Nampak seorang lelaki berumur 48 tahuan. Dengan stelan jas berwarna navy. Nampak sangat gagah.

Retno terlihat menghampiri lelaki tersebut. Keduanya nampak berbincang hingga Lena menghampiri Anala dan Nena.

"An, ibu memanggilmu" Ucap Nena.

"Aku? Apakah orang tersebut ingin menemuiku?" Tanya Anala bersiap.

"Sepertinya begitu, An. Ayo. Jangan buat dia menunggu. Dia nampak galak" Ucap Lena bergidig.

Anala mengekori Lena dari belakang. Jantungnya berdegup kencang. Siapa lelaki paruh baya yang ingin menemuinya. Sungguh, Anala benar-benar tak bisa tenang.

"Masuklah, An. Maaf ibu tak bisa menemanimu" Retno menatap Anala sedih. Jantung Anala semakin tak karuan setelah menatap Retno.

"Tarika nafas, An. All is well. All is well" Batin Anala seolah sedang merapalkan sebuah mantra perlindungan diri.

Anala pun masuk. Ia mencoba memberikan senyum terbaiknya.

"Tuan mencari saya?" Tanya Anala. Lelaki tersebut justru melemparkan sebuah koper kehadapan Anala.

"Bukalah!" Ucap Lelaki tersebut nampak tak ramah. Anala pun menurut. Perlahan ia buka koper tersebut. Kedua matanya membulat sempurna.

"Tu— Tuan, apa maksudnya—" Tanya Anala terbata-bata. Terlalu kaget melihat uang dengan jumlah yang tak sedikit.

"Ambil uang tersebut. Tapi jauhi anak saya! Dia tak pantas dengan gadis sepertimu!" Hardik Bima lagi.

"Maksud tuan??" Anala menatap Bima bingung, sedih tak percaya.

"Kenan Akash Danadyaksa. Jauhi dia. Jangan coreng nama keluarga saya dengan kisah cinta kalian macam roman picisan itu!"

Anala seperti tertusuk panah. Roman picisan? Apakah bahkan Lelaki paruh baya ini tau apa yang dijalani oleh sang anak? Apakah ia tau bahkan sang anak harus mengkonsumsi obat tidur?

"Terimakasih, Tuan. Silahkan ambil kembali uang anda. Saya tidak memerlukannya" Ucap Anala menutup koper. Memundurkan sedikit koper tersebut.

"Sombong sekali! Kau hanya gadis bayaran. Berani-beraninya kau menolak uang dariku? Sudah merasa kaya kau?" Ujar Bima murka.

"Maaf, Tuan. Maaf. Saya tak bermaksud seperti itu hanya saja—" Belum sempat Anala melanjutkan ucapannya. Bima sudah memotong.

"Apa? Apa yang sudah kau lakukan dengan Akash? Apa kau berniat mengandung anak Akash? Jangan mimpi! Kau bahkan tak sama dengan Akash!" Lagi. Ucapan Bima benar-benar menusuknya.

"Apa saya serendah itu dimata Tuan? Anak tuan bahkan tak pernah menyentuh saya lebih. Anak Tuan bahkan dengan tegas berkata tak ingin merusak saya. Maafkan saya jika tidak tau diri mencintai anak Tuan. Saya akan menjauh. Tapi tolong beri saya waktu untuk berbicara dengan Ken" Anala menatap sendu Bima. Ada air mata yang ia tahan sejak tadi. Suara yang mulai bergetar. Ia tahan sebisanya.

"Saya beri kamu waktu. Jauhi Akash secepatnya. Jangan lagi muncul di hadapan Akash" Bima menurunkan nada bicaranya. Masih tertegun tentang bagaimana Anala memanggil Kenan dengan sebutan "Ken".

Anala terduduk lemas sepeninggal Bima. Kakinya tak lagi kuat menopang tubuhnya hingga ia terduduk dilantai. Retno yang melihat segera menghampiri Anala. Memeluk gadis tersebut erat.

Anala menangis. Gadis tersebut menangis sejadi-jadinya. Ia tak bisa bohong bahwa ia memang mencintai Kenan di pertemua kedua mereka. Lelaki tersebut selalu selembut itu kepadanya. Tentu saja ia dibuat jatuh cinta oleh lelaki tersebut.

Namun, kadang kenyataan tak sesuai harapan. Harusnya Anala sadar siapa dirinya. Tak mungkin ia akan bisa bersama dengan Kenan. Ia harusnya tak jatuh cinta pada lelaki tersebut. Karena nyatanya seseorang sudah mendorongnya menjauh dari Kenan bahkan sebelum ia berjuang untuk rasanya.

"Sakit" Hanya itu yang bisa Anala katakan saat Retno memeluknya dengan erat. Sungguh sakit sekali rasanya. Tapi ia pun tak bisa mrmbuang jauh semua perasaannya pada Kenan. 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hello guysssss!!Ini ceritanya ngebosenin banget gak sih??? Kaya pengen aku unpublished tapi sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hello guysssss!!
Ini ceritanya ngebosenin banget gak sih??? Kaya pengen aku unpublished tapi sayang. Hehe.

Tapi makasih banget ya sampe sekarang masih baca. Love!!

XOXO 💋

Until I Found You [ Chenle x Chaeryeong ] ✓ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang