Wooyoung mengerjap pelan lalu menggeleng kikuk. Entahlah, sedetik yang lalu ia masih berada di perpustakaan. Namun, sedetik kemudian ia telah berada di tribun lapangan sepak bola sekolahnya. Dengan San yang masih senantiasa mencengkram pergelangan tangannya. Takut bila Wooyoung tiba – tiba berlari kabur.
"Bohong! Chatku aja nggak dibalas,"
Wooyoung terdiam, "Iya kah?"
"IYA! NIH LIHAT! DI READ AJA ENGGAK!"
Wooyoung meringis pelan mendengar teriakan San. Untuk yang satu ini Wooyoung benar – benar tak mengetahuinya.
"Maaf deh, ponselku kemarin rusak,"
"Masa sih?"
Wooyoung mendengus, "Beneran! Baru tadi pagi di servis."
"Terus kalo yang menghindar itu... bener kan?"
Wooyoung meneguk ludah, lalu menggeleng. "Enggak kok..."
"Kenapa menghindar?"
"Dibilangin enggak!"
"Kenapa!"
Wooyoung menghela nafasnya lalu menunduk. Untuk sekarang malas melihat wajah San.
"Aku... malu,"
San mengerjapkan matanya pelan, "Hah? Malu? Kenapa?"
"Y-ya kan kemarin, tanpa permisi, langsung..."
San terdiam, masih tak paham dengan kondisi saat ini. "Langsung apa?"
"Ya langsung itu!"
"Iya itu apa?!"
Wooyoung berdecak dan menarik paksa tangannya. "Udah lah, kamu ngeselin."
Lah, gimana sih? Sekarang giliran San yang bingung. "Yang harusnya ngambek kan aku!"
"Lagian kamu daritadi nggak paham – paham!"
"Emang salah ya aku nggak paham? Minta dijelasin aja harus berantem dulu!"
"Siapa juga yang mulai?!"
San menatap tak percaya Wooyoung. Namun saat hendak berbicara, Wooyoung menyelanya.
"Nih, dengerin ya! Aku tuh ngehindar soalnya malu habis cium pipi kamu! Malam Minggu! Masa disini cuman aku yang inget?!"
San mengerjapkan matanya pelan. Antara bingung dan gemas, bingung karena hanya sebuah ciuman pipi Wooyoung bisa malu, dan gemas karena wajah Wooyoung sudah seperti kepiting rebus.
Namun, San malah terkekeh pelan. Membuat Wooyoung mengerutkan dahi kesal. "Kenapa ketawa?!"
San menyusul berdiri, lalu mendudukkan Wooyoung di tribun lapangan. Sedikit menunduk agar sejajar dengan wajah Wooyoung.
"Kenapa sih-"
Perkataan Wooyoung terhenti akibat bibir dibungkam. San memberikan sebuah lumatan lembut. Membuat Wooyoung membelalak.
Selama 37 detik, mereka seperti itu. Setelahnya San melepas ciuman itu dan menatap wajah Wooyoung yang bingung dan lebih merah dari sebelumnya.
"Cuma cium pipi aja ngehindar," San tertawa pelan. "Harusnya kamu menghindar kalo itu ciuman bibir."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.