Sweta berdiri mematung menyaksikan orang dengan pakaian tradisional era kerajaan masa lalu, seorang wanita yang Sweta yakini adalah dirinya berpakaian seperti mereka dan bertutur dengan bahasa yang asing namun entah kenapa terasa akrab dan Sweta faham apa yang mereka perbincangkan.
Pandangan Sweta beralih pada pakaian yang dirinya gunakan adalah gaun rumah sakit berwarna biru muda, lalu siapa wanita yang identik dengan dirinya itu? Kenapa tidak satu orang pun yang menyadari kehadiran dirinya.
"Gusti Raden Ayu... Bukan Abdi* ini yang menyakiti bayi panjenengan**, " Ucap perempuan cantik yang entah kenapa Sweta merasakan kemarahan pada perempuan itu.
(* saya untuk orang yang kasta lebih rendah, **kamu )"Rayi Roro Banu, berpikir logis jangan terbawa emosi, " Ucap lelaki yang berpenampilan layaknya raja. Perempuan cantik itu tiba-tiba berlari kepelukan orang yang baru saja membelanya menangis penuh kesedihan seolah teraniaya. Perempuan yang wajahnya mirip Sweta mengernyit ekspresi penuh kesakitan dan Sweta merasakan kesakitan yang sama.
"Pak Aldebaran, "gumam Sweta yang hanya dapat didengar oleh dirinya sendiri.
" Kakang tidak pernah berada di posisi Raga*', bayi yang Raga nantikan lebih dari tujuh tahun. "
(*'saya untuk orang yang berkasta lebih tinggi)Adegan berubah sosok perempuan cantik yang dilihatnya beberapa saat yang lalu menangis di pelukan laki-laki mirip Aldebaran,
memberi beberapa tetes cairan berwarna kekuningan dari botol tanah liat berukuran kecil.Secepat kilat adegan berubah menjadi proses pengabenan bayi cantik dengan kulit pucat yang Sweta tidak tahu jenis kelamin nya. Tangan bergetar wanita yang berwajah mirip dirinya bersama-sama menggenggam obor, api menyala dari obor diarahkan ketumpukan kayu bakar yang telah di taburi minyak sebagai bahan bakar, di atas tumpukan kayu sosok bayi mungil terbaring, tangan lain dengan tegas membantu wanita yang tampak patah hati, menyulut api di bagian bawah ketumpukan kayu, sosok yang bersama-sama menyalakan api itu Sweta yakini dirinya dan Aldebaran.
Sweta tak sanggup menyaksikan adegan adegan itu, ingin menjerit meneriakkan pada mereka untuk berhenti tapi suara tak kunjung keluar, Sweta sadar diri nya berada diruang waktu yang lain hanya air mata yang terus berjatuhan, bukti tidak berdaya dan reaksi alami tubuh nya menandakan penolakan.
~~~~~
Aldebaran berdiri di depan ranjang pasien yang terbaring, entah kenapa dirinya kembali berakhir diruangan ini, hampir setiap hari selama tiga hari ini Aldebaran mendatangi Rumah sakit tempat Sweta dirawat. Informasi dari rumah sakit yang dihubungi Wildan siang tadi menyatakan bila asisten pribadinya itu belum sadarkan diri, analisis dokter yang menangani Sweta alam bawah sadarnya menolak untuk kembali. Tangan Aldebaran terulur mengusap air mata yang mengalir di ujung mata Sweta.
"Alden ada informasi terbaru terkait hasil penyelidikan tim kita, bisa bicara di luar? " tanya Adam menginterupsi. Aldebaran tidak tahu kapan lelaki yang mengajaknya bicara itu datang dan apakah sahabatnya itu memperhatikan apa yang dia lakukan nya pada Sweta, Aldebaran tidak mengerti untuk alasan apa keinginan untuk berada di sekitar Sweta, dirinya juga tidak tahu harus bersikap seperti apa pada wanita yang membuat denyut tidak nyaman di hatinya.
Duduk saling berhadapan di cafetaria rumah sakit tempat Sweta dirawat, Adam sibuk membuka beberapa data pada telepon seluler di tanganya, sedangkan Aldebaran setia menunggu dengan kopi setengah dingin di hadapannya.
"Seseorang telah meminta rumah sakit untuk menghapus beberapa poin penting rekam medis Sweta di rumah sakit yang terakhir tim datangi di kota B. " Aldebaran nampak fokus pada penuturan sahabat nya itu.
"Intinya tim sudah berhasil mendapatkan poin yang mencoba mereka tutupi," ucap Adam. Lelaki itu sangat tahu bagaimana Aldebaran.
Siapa orang yang membantu Sweta menutupi rekam medis nya bisa ditangani setelah nya kawan atau lawan bisa dilihat dari reaksi nya setelah satu tabir terungkap."Sweta mencoba bunuh diri beberapa bulan lalu, dengan memotong urat nadi nya, melompat ke danau membuat kondisi nya sangat buruk, kondisi hamil diluar nikah diperkirakan menjadi pemicunya, belakangan dipercaya ada pemicu lain setelah pemeriksaan terdapat banyak luka fisik ditubuhnya yang hampir terinfeksi karena tidak dirawat dengan baik sebelumnya, sempat koma lebih dari tiga bulan, kembali sadar setelah operasi pengangkatan bayinya, menjalani rehabilitasi medis dan terapi psikologis selama tiga bulan, kehilangan sebagian memori adalah metode pertahanan diri atas luka jiwanya. "
Adam adalah sosok cerdas dan tajam dalam menganalisa sebuah masalah, baik itu membaca situasi atau pun menyimpulkan secara cepat isi suatu dokumen, dokumen hasil penyelidikan tim yang dikirim menjadi empat belas halaman bisa di paparkan dalam beberapa kalimat saja. Aldebaran puas, cukup menghemat tenaga dan waktu bila sahabatnya ini ada di sampingnya.
"Perkiraan usia kehamilan ketika dia mencoba bunuh diri? " Tanya Aldebaran.
"Lebih dari empat bulan, perkiraan ketika operasi pengangkatan bayi, 34-38 minggu, kondisi bayi lemah karena kondisi ibu yang masih koma tapi organ telah lengkap, bayi masih di rawat intensif, kabar baiknya bayi perempuan itu cukup stabil," Jawab Adam cukup panjang menjabarkan kondisi bayi yang dilahirkan Sweta.
Aldebaran berfikir seolah menghitung sesuatu, menarik beberapa lembar rambutnya, membungkus dengan saputangan yang di ambil dari kantong jas hitam yang laki-laki itu gunakan, tanpa ragu menyerahkannya ke tangan orang kepercayaan nya itu, Adam.
"Periksa kecocokan DNA dengan bayi itu, pastikan hasilnya keluar hari ini juga dan pastikan kerahasiaannya. "
~~~~~
Seorang lelaki turun dari ranjang besar dimana seorang wanita terbungkus selimut tebal terbaring menatap penuh damba pada laki-laki yg mengabaikan ketelanjangan nya menuju bilik mandi.
Gemericik air dari kamar mandi menunjukkan aktivitas di dalamnya, bunyi telepon genggam milik si wanita di meja samping ranjang besar itu mengganggu lamunannya. Nama yang tercetak di layar gawai membuat nya menghela nafas kesal.
"Pergilah Sarah, Aku yakin suamimu sudah menanti mu di rumah." Ucap lelaki yang selalu dipuja oleh Sarah itu, hatinya tersentak tidak Terima. Bukan lelaki tua itu yang dirinya ingin kan menjadi pasangan hidupnya, tapi sosok sempurna di hadapan nya, namun untuk saat ini Sarah harus puas menjadi partner berbagi hasrat nya saja, banyak wanita yang dengan suka rela berada di ranjangnya, jadi dirinya harus bersabar sampai sang pujaan hati berlutut pada cintanya.
"Jangan mencari Manda, pelacur itu sudah mulai bertingkah karena kamu membayarnya secara eksklusif, " Keluh Sarah.
"Itu urusan ku Sarah, perempuan itu tidak akan menggunakan hatinya saat aku tiduri, dan kapan saja bisa aku singkirkan, tidak perlu mengeluarkan energi yang tidak perlu untuk membuatnya pergi. " Nada dingin dari suara lelaki pujaan nya membuat mata Sarah berembun, memalingkan mukanya menghilangkan rasa pahit di hatinya.
"Baiklah Alden, aku selalu siap saat kamu membutuhkan ku, hubungi aku, " Ucap Sarah, beranjak menggunakan pakaian nya bersiap meninggalkan sebuah rumah di kawasan perumahan mewah di pinggiran kota itu.
Aldebaran tahu Sarah sudah mengejar nya semenjak kuliah, Sarah adalah adik kembar dari sahabatnya ketika masa kuliah bersama Adam dan Wildan, sayang Sandy kakak laki-laki Sarah meregang nyawa dalam sebuah kecelakaan, itulah alasan dirinya selalu mentolerir sikap menyebalkan Sarah.
Mereka sama-sama tahu kematian Sandy tidak sesederhana itu, itulah alasan Sarah menikahi pria tua yang bisa membantu nya membalas siapapun yang menyakiti keluarga nya serta mengokohkan posisinya di keluarga yang biasanya selalu di pandang sebelah mata karena Sarah dan Sandy lahir dari istri kedua sang Ayah.
Sesungguhnya Aldebaran bisa membantu dalam pembalasan itu, Wildan secara pribadi telah menyampaikan hal itu, Sandy adalah teman mereka, tapi Sarah tidak menginginkan berada di bawah Aldebaran, dia ingin sejajar, maka dari itu dia menikahi pria tua pemilik perusahan periklanan terbesar. Lalu turut berkolaborasi dalam pembangunan Raberu entertainment.
~~~~~
T b c
KAMU SEDANG MEMBACA
Lover From The Fast
RomansaMasa lalu (abad ke-12). "Yang Maha Kuasa, Ya Dapunta, penguasa jagat fana, Aku Nyi Mas Roro Ayu Banu Sweta dengan tubuh ini sebagai tumbal bersumpah untuk kehidupan berikutnya tidak akan bertekuk lutut pada laki-laki atas nama cinta dan pengorbanan...