02

569 51 0
                                    

Punishment



"Bu, Lentera berangkat ya!" Teriak Lentera tidak melihat kehadiran sang ibu.

"Eh tunggu dulu, ini bekalnya belum siap." Balas sang ibu di dapur.

"Hari ini ngga usah bawa bekal ya bu, Lentera harus cepet-cepet udah mau telat."

"Ya sudah ini uang saku buat kamu, siapa tau mau beli jajan di sekolah."

Selepas pamitan dengan sang ibu, Lentera berangkat menggunakan motor maticnya. Jarak antara sekolahnya dengan rumah cukup jauh, bisa memakan waktu 30 menit jika tidak macat.

Lentera saat ini baru memasuki bangku kelas 12, dan sekarang merupakan tahun ajaran baru. Kebetulan dia merupakan salah satu anggota osis bagian kedisiplinan. Jadi, dia harus berangkat lebih awal dari biasanya.

Selama dalam perjalanan, Lentera menggunakan earphone kesayangannya untuk mendengarkan lagu. Dia sangat menyukai mendengarkan lagu dengan berbagai genre. Yah, kebiasaan Lentera jangan sampai ditiru karena itu melanggar aturan lalu lintas.

Sampailah dia di depan gedung sekolah. Sekolah yang menjadi tujuan keluarga kalangan atas itu menjadi sekolah yang ditempati Lentera.

"Pagi pak," Sapa Lentera kepada satpam yang berjaga.

"Eh neng Biru udah datang aja. Masih pagi banget loh ini." Balas satpam.

"Iya pak, soalnya saya jadi bagian kedisiplinan. Ngga baik kalau kedisiplinan malah telat kan."

"Bener sih neng, ya udah semangat ya neng Biru."

Siapa itu Biru?

Biru merupakan nama panggilan Lentera di sekolahnya. Itu semua berawal dari panggilan kakak kelasnya dulu yang selalu memanggilnya Biru dan panggilan itu sampai saat ini digunakan penghuni sekolah kepadanya. Lentera sendiri awalnya tidak mau dipanggil Biru, namun dia terlalu lelah untuk mengoreksi semua orang. Jadi, dia sudah terbiasa dengan panggilan itu.

"Biru, tumben pagi banget."

"Terus gue harus telat gitu?" Jawab Lentera jengkel dengan pertanyaan temannya.

"Biasanya lo dateng 15 menit sebelum gerbang ditutup, jadi heran aja gitu."

"Ya lo mikir dong, gue sekarang jadi kedisiplinan jadi harus pagi."

"Iya-iya, jangan marah dong cantik."

"Lo yang ngeselin, Sa."

Arumi Eisa. Dia merupakan teman dekat Lentera sejak kelas sepuluh. Mungkin karena hobi mereka yang sama membuat pertemanan keduanya cukup awet walau sering adu argumen.

Arumi merupakan panggilannya di sekolah, namun Lentera sering memanggil dia dengan panggilan Eisa atau Asa. Walaupun keduanya memiliki hobi yang sama, sifat mereka sangat berbeda. Jika Arumi merupakan manusia ekstrovert dengan sifatnya yang ceria dan lebih feminim, Lentera adalah manusia introvert dengan tatapan menyeramkan dan memiliki gaya tomboy.

Lentera menyeramkan? Yah itu berlaku bagi mereka yang hanya melihat dari luarnya saja. Jika sudah mengenal Lentera cukup lama, kalian akan kaget dengan dirinya.

"Yang dateng baru segitu?" Tanya Lentera melihat barisan murid baru.

"Iya, masih ada sisa waktu 30 menit sebelum waktu terlambat jadi wajar aja sih menurut gue."

"Hm, oke deh. Terus lo ngapain di sini? Ngga stand by di divisi lo?"

"Males ah, mereka lagi siap-siap. Ngga ada temen ngobrol kalau gue di sana."

"Lah si Yuna mana?"

"Tuh di barisan murid baru, biasa cari perhatian. Btw, lo ngga stand by jaga mereka?" Tanya Arumi heran.

Lentera yang mendengar pertanyaan Arumi lantas melotot, dia baru sadar jika salah satu jobdesknya adalah mendisiplinkan barisan murid baru.

"Lah iya, gue lupa anjir! Ya udah gue ke barisan dulu. Bye, Sa!!!"

"Kebiasaan tololnya masih dibawa. Eh, dia tolol tapi masih masuk 10 besar..."

Arumi menggeleng melihat kelakuan sahabatnya itu. Kebiasaan Lentera selalu seperti itu, lupa akan sesuatu atau lama untuk berpikir.

◦•●◉✿.✿◉●•◦

Apa yang diharapkan dari divisi kedisiplinan? Tentu muka seram dan aura dinginnya. Yah, begitulah pandangan murid baru kepada mereka di divisi kedisiplinan. Terutama Lentera dengan mata kucingnya.

"Ada yang bawa make-up?" Tanya Lentera ke salah satu temannya.

"Iya, ada beberapa murid perempuan bawa make-up. Gue yang tangani atau lo?"

"Hm, gue aja."

"Jangan buat anak orang nangis ya, Biru."

"Ngga janji."

Selepas berbicara dengan teman satu divisinya, Lentera menghampiri barisan murid perempuan yang terpisah dengan barisan lainnya. Di sana terdapat enam murid perempuan dengan penampilan yang terlihat santai?

"Jadi kalian yang bawa make-up di hari pertama ospek?" Tanya Lentera dengan nada intimidasi.

Tidak ada satupun yang berani menjawab Lentera bahkan menatap dirinya pun mereka tidak berani.

"Kalau ditanya itu jawab, bukan diem aja. Kalian bukan murid 'spesial' kan?" Tanya Lentera kembali namun tetap tidak ada yang menjawab.

"Huh, kamu yang paling depan. Siapa namamu?" Tegur Lentera.

"Uuhh saya Rara, Kak."

"Kenapa bawa make-up? Udah ada aturan jangan bawa make-up dan kamu malah langgar. Terus kalau ngomong tu tatap mata lawan bicaranya."

"I-iya kak, saya minta maaf dan ngga akan ulangi."

"Hm, oke. Tapi, saya nanya alasan kamu bawa bukan mau denger permintaan maaf kamu. Udah basi minta maaf terus diulangi lagi."

Mendengar balasan Lentera, keenam murid itu kembali menegang dan tidak ada yang berani berkutik. Lentera pun merasa sudah melewati batas dan hampir membuat mereka menangis. Jadi, dia berpikir untuk mengakhiri teguran itu.

"Untuk sekarang kalian aman, tapi kalau besok terulang lagi dan saya lihat wajah kalian. Siap-siap aja dengan konsekuensinya. Sekarang kalian sit up 10 kali baru balik ke barisan masing-masing."

Rara dan kelima murid baru lainnya segera melakukan sit up sebanyak 10 kali, mereka tidak mau berlama-lama dengan Lentera. Lentera pun meninggalkan mereka setelah mereka sudah menjalani hukuman.

"Huh, tuh kakak kelas galak banget deh," Gumam salah satu siswi yang terkena hukuman Lentera.

"Kita juga yang salah, Ri."

"Tapi, dia seharusnya lebih lembut gitu ke murid baru."

"Namanya divisi kedisiplinan, pasti harus serem."

"Tapi kan—"

"Udah deh, nanti kita kena tegur lagi."

"Huft fine."

















Tbc

PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang