18

414 46 13
                                    

Decision

Setelah mereka selesai di wahana istana boneka, Rita dan Lentera duduk di bangku dekat pintu keluar. Suasana malam di pasar malam terasa semakin tenang.

"Ruru, kita perlu bicara," kata Rita dengan nada tegas.

Lentera mengangkat alisnya, "Apa yang ingin kita bicarakan, Ri?"

Rita menatapnya dengan serius, "... Tentang ciuman tadi."  

"Ke-kenapa?" tanya Lentera mempunyai firasat buruk. 

"Aku merasa ada sesuatu yang lebih di antara kita."

"Maaksud kamu?"

Rita menatap dalam mata Lentera, mencoba mencari sebuah jawaban dari mata yang terlihat gugup itu.

"Aku merasa hubungan kita lebih dari seorang teman ataupun adik-kakak. Apa kakak juga merasakan itu?"

Lentera tampak cemas, dia sudah menduga Rita akan membahas ini sejak dirinya membalas ciuman mereka tadi, "... Aku juga merasakan hal yang sama, tapi saat ini aku benar-benar sulit untuk memutuskan," balas Lentera akhirnya.

"Sulit?" tanya Rita bingung.

"Maaf, Ri. Aku bukannya tidak memiliki rasa yang lebih dari seorang teman, aku hanya bingung harus bagaimana saat ini."

"Apa karena kita sama-sama perempuan?" tanya Rita kembali.

"... Mungkin itu salah satunya, tapi aku tidak terlalu mempedulikan hal itu. Ada sesuatu yang lain."

"Jadi, kakak mau membiarkanku bingung tanpa jawaban yang jelas lagi?" Rita menjawab dengan nada frustrasi. "Apa kakak benar-benar nggak tahu apa yang kakak rasakan?"

"Ruru, kita sudah melalui banyak hal bersama. Aku nggak mau hanya menjadi permainan atau sesuatu yang kamu pertimbangkan hanya untuk kesenanganmu. Kalau kamu nggak bisa memberikan kepastian, lebih baik aku menjauh."

Ucapan Rita membuat Lentera terkejut bukan main. Sesuatu yang dia takutkan akan terjadi. Dia tidak mau hubungan mereka menjauh, bahkan jika dia sudah berada di luar negeri nanti, Lentera ingin hubungannya dengan Rita tidak renggang.

"Kak, semua yang kamu lakukan kepadaku itu buat aku berpikir kamu punya perasaan tidak biasa kepadaku. Kamu kasih aku harapan dengan semua gombalan manismu itu, tapi kamu juga buat aku seperti orang bodoh yang terus menunggu kejelasanmu."

Lentera berdiri dan mencoba mendekati Rita, "Rita, bukan begitu. Aku hanya butuh waktu untuk memastikan semuanya."

"Berapa lama lagi kamu butuh waktu? Aku sudah memberikan banyak waktu untuk kita berdua dari jauh-jauh hari bukan? Mulai saat kita di pantai itu, tapi sekarang kamu masih ragu. Itu nggak adil untukku!" Rita membalas dengan nada tinggi. "Apakah ini tentang Ahyun? Aku melihat kalian bersama, dan itu membuatku ragu."

"Ini tidak ada hubungannya dengan Ahyun!" Lentera menjawab dengan cepat, mencoba mengendalikan suaranya. "Ahyun hanya seorang teman. Kenapa kamu terus menghubungkan masalah kita dengan dia?"

"Kalau begitu, kenapa kamu selalu bersama dia? Kemarin aku melihat kalian pergi bersama, dan itu membuatku merasa terabaikan. Aku merasa seperti aku hanya ada di sana ketika kamu butuh," kata Rita, suaranya hampir bergetar karena emosi.

"Rita, kamu salah paham. Ahyun sudah aku anggap sebagai adik," Lentera menjelaskan dengan tegas. "Aku tidak bisa memberi jawaban sekarang karena aku benar-benar tidak yakin dengan situa---"

"Jadi, apa yang harus aku pikirkan sekarang?" Rita bertanya dengan nada penuh frustrasi.

"Apakah aku harus menunggu tanpa kepastian atau pergi dan meninggalkan semua ini?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang