11

377 60 6
                                    

Full Day

"Kak, mampir ke pasar malam lagi mau nggak?"

"Pasar malam? Hm, kayaknya besok malam aja, gimana?" jawab Lentera sambil menatap langit yang sudah gelap.

"Kenapa nggak sekarang? Mumpung kita masih di luar." Rita menggoyangkan lengan Lentera, memohon dengan wajah yang lucu.

"Jangan, Ri. Sekarang udah mau jam sepuluh," balas Lentera dengan tegas, meskipun sebenarnya dia juga ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Rita.

"Kenapa kalau udah jam sepuluh? Sebentar aja, Kakkk...." Rita terus memohon. Dia sangat ingin menghabiskan waktu bersama Lentera seharian. Mereka sudah sangat dekat belakangan ini, dan kedekatan mereka membuat Rita tidak malu menunjukkan sikap manjanya.

Lentera sering mengantarkan Rita pulang pada malam hari. Awalnya itu bukan atas permintaan Rita, namun Lentera berinisiatif mengajak Rita pergi nonton bioskop bersama. Lentera sedikit ragu apakah Rita ingin menonton bioskop bersamanya hanya berdua, tapi setelah memberanikan diri mengajak Rita, dia merasa lega karena Rita menerima ajakannya dengan syarat dia akan memilih filmnya.

Mungkin itu menjadi hal yang tak terlupakan bagi Lentera. Dia bingung harus senang atau menyesal sudah mengajak Rita menonton bioskop bersamanya. Lentera tidak menduga Rita akan menjebaknya dengan memesan film horor. Genre film yang sangat dia hindari dan benci.

Sejak saat itu, Rita menganggap Lentera adalah seorang anak kecil yang lucu karena Lentera terus saja menempel dengan Rita. Dari film mulai, Lentera tidak bisa melepaskan genggaman tangan Rita dan terus menutup mata ke arah Rita berada. Lentera sangat menggemaskan di mata Rita malam itu.

Kembali ke masa sekarang, mereka baru saja pulang dari bioskop lagi. Namun, kali ini Lentera lah yang memilih film apa yang mereka tonton. Film yang dipilih Lentera sungguh tidak diduga oleh Rita. Rita pikir Lentera akan memilih film genre aksi atau sejenisnya. Tapi, pilihan film Lentera adalah film Disney atau biasa dikenal dengan film kartun bagi anak-anak.

Tentu saja hal itu menjadi fakta baru bagi Rita. Seorang Lentera yang memiliki aura cool ternyata menyukai film kartun. Ekspresi Lentera ketika menonton juga menjadi hal menggemaskan bagi Rita. Entahlah, mungkin semua tindakan Lentera di mata Rita itu menggemaskan. Namanya juga bucin.

"Nggak boleh, Ri. Aku nggak enak sama Papa kamu karena udah janji nggak akan lewat dari jam sepuluh malam," tegas Lentera karena Rita terus memohon.

"Tapi, aku mau ke pasar malam..." rengek Rita dengan wajah cemberut.

Sungguh Lentera tidak tahan dengan wajah Rita saat ini. Dia ingin sekali mengabadikan wajah cemberut Rita dan menjadikannya wallpaper. "Besok aja gimana?" Tanya Lentera tak tega.

"Aku maunya sekarang."

Lentera memegang tangan Rita dan menatap matanya. Hanya ini satu-satunya cara agar Rita mau menurutinya jika sudah keras kepala seperti ini. "Riri, ke pasar malamnya besok aja ya? Besok aku bakal ikutin kamu mau main wahana apa aja deh," jelas Lentera dengan sangat lembut.

Ah, Rita tidak bisa seperti ini. Dia tidak bisa diperlakukan seperti ini oleh Lentera. Jantungnya tidak baik-baik saja dan mungkin pipinya saat ini merona. Dia bersyukur karena cahaya di parkiran mall itu sedikit pencahayaan sehingga Lentera tidak akan menyadari rona merah di pipinya.

"I-iya Kak, gapapa besok aja. A-aku juga udah capek."

"Nah gitu dong cantik, anak gadis nggak boleh keluar lebih dari jam sepuluh."

"Mana ada peraturan kayak gitu," balas Rita dengan nada ketus karena menutupi rasa saltingnya dikatakan cantik oleh Lentera.

"Ada. Aku yang buat untuk kamu."

PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang