13

384 53 12
                                    

What's Wrong?

"Kak."

"Hm?"

"Kak Biru."

"Iya."

"Ruru!!!" teriak Rita sambil menepuk bahu Lentera.

"Aduh, kenapa aku dipukul sih, Ri?" protes Lentera.

Rita menatap dalam mata Lentera, mencoba mencari tahu apa yang terjadi hingga membuatnya melamun. "Kenapa?" tanyanya.

"Kok malah tanya aku? Kan kamu yang pukul aku, Ri," balas Lentera bingung.

"Ada yang kakak pikirin?" tanya Rita lagi, kali ini dengan nada yang lebih serius.

Lentera terdiam. Pertanyaan itu menohoknya. Bahkan dirinya sendiri tak tahu apa yang membuat pikirannya kacau akhir-akhir ini. "Aku baik-baik aja, nggak ada yang dipikirin," jawabnya, berusaha meyakinkan Rita.

"Coba tatap mata aku kalau memang kakak baik-baik aja," tantang Rita. Dia tahu kapan Lentera berbohong dan kapan tidak.

Lentera biasanya tidak berani menatap mata seseorang yang diajaknya mengobrol jika dia segan, merasa salah tingkah, atau menyembunyikan sesuatu.

"Apa sih, Ri. Aku lagi nggak mau diajak bercanda," elak Lentera.

"Aku nggak ngajak bercanda. Sini tatap mata aku, Kak."

"Kamu mau kita saling tatapan mata terus kebawa suasana dan berujung ciuman kayak di drakor?" tanya Lentera menyelidik.

"Eh mulutnya nggak dikasih rem ya? Lancar banget ngomong gitu!" Kaget Rita. Baru kali ini dia mendengar Lentera berbicara seperti itu. Biasanya Lentera hanya menggoda dengan rayuan receh.

"Lagian kamu maksa banget mau kita tatapan mata. Aku kan jadi curiga."

"Itu pikiran kakak yang kotor! Belajar dari mana hayo..."

"Dari Ahy—eh... Nggak, maksud aku dari Asa," jawab Lentera mencoba memperbaiki jawabannya. Namun terlambat, Rita sudah tahu apa yang akan Lentera ucapkan sebelumnya.

Raut wajah Rita tidak bisa berbohong. Lentera tahu saat ini Rita kesal karena Lentera hampir menyebut nama Ahyun. Apalagi Lentera menyebut Ahyun yang mengajarkan dia seperti itu.

"Kalian ngapain sampai kakak bisa mikir gitu?" selidik Rita mencoba menahan rasa kesalnya.

"Kita nggak ngapa-ngapain, beneran, Ri," jawab Lentera panik.

"Hm, bohong."

"Sumpah, aku sama Ahyun nggak aneh-aneh kok. Dia aja itu yang punya pikiran aneh, jadi aku ikutan tertular."

"Kenapa malah salahin Ahyun?"

Deg.

Ah, sepertinya ini adalah hari sial bagi Lentera. Belum selesai satu masalah, malah datang masalah lainnya. Lentera menengok ke arah belakang dan mendapati Ahyun menatapnya tajam.

"Memangnya tadi kakak bilang apa ya?"

Ahyun menatap Lentera tajam dan berjalan menghampiri meja mereka. Kemudian dia menatap Rita sekilas lalu kembali menatap Lentera dengan tajam.

"Jangan pura-pura lupa. Nanti kalau lupa ingatan beneran, mau?" ujar Ahyun.

Rita yang berada di samping Lentera merasa tidak suka dengan perkataan Ahyun barusan. Dia ingin membalas, tapi dia tidak mau membuat pertemanan mereka rusak. Sekarang saja pertemanan mereka seperti ada dinding tipis yang menghalangi, Rita tidak mau membuat dinding tipis itu menjadi tebal.

PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang