Warning Typo Bertebaran
🥀"Terluka"🥀
_________________________________________
Chenle kini telah tiba di mansion, pukul empat sore. Tepat seperti apa yang dia pesan kan kepada bibi Cuya.
Chenle masuk dengan bayi Jochen yang tertidur di gendongannya.
Saat masuk ke dalam mansion, Chenle dibingungkan dengan suasana mansion, yang bisa dibilang cukup sepi.
"Huu, ada apa ini. Kenapa sangat sepi sekali. Padahal waktunya masih sore"batin Chenle.
Chenle berjalan melewati ruang tamu. Tujuan saat ini adalah kamarnya. Dia ingin menidurkan anaknya pada box bayi yang ada di kamarnya.
"Dari mana?" Suara bariton didengar Chenle, ketika dia akan menaiki anak tangga. Langkah kaki Chenle terhenti. Dia kemudian berbalik ke arah suara itu berasal.
"Jisung, kau pulang tidak biasanya" Ucap Chenle acuh tak acuh. Jisung geram, namun dia mencoba bertanya lagi kepada Chenle.
"Kau dari mana?"
"Untuk apa bertanya. Kau kan sudah tau, dari bibi Cuya"bukan jawaban yang didapatnya, melainkan suara ketus yang diberikan Chenle kepadanya.
Jisung naik pitam dia pun meninggikan suaranya. "Beraninya kau!! Kemana rasa hormat mu kepada ku! Kau pikir kau bisa bertindak seenaknya disini!" Teriakan amarah Jisung. Hingga membuat bayi Jochen yang berada dalam gendongan Chenle, menangis karena terkejut.
"Sttt tenanglah"ucap Chenle menenangkan bayinya. Chenle tidak peduli. Dia ingin segera berlalu dari sana. Dia tidak ingin peduli akan amarah yang Jisung keluar, marah-marah tidak jelas.
Ketika dia akan menaiki tangga, Jisung dengan sigap merebut bayi Jochen dari pelukan Chenle.
"Kau mau kemana aku belum selesai"
"Apa yang kau inginkan. Kembalikan anakku" Chenle marah, dia berusaha merebut bayi Jochen dari tangan Jisung.
Tetapi usahanya sia-sia. Perbedaan yang ditunjukan dari segi tinggi dan kekuatan, Jisung lebih unggul dari dirinya.
"Anakmu? Kau pikir ini anakmu. Kau tidak akan melahirkannya jika bukan tanpa bantuan ku! " Ucap Jisung.
Bantuan? Benar. Saat akan melahirkan, Chenle harus mengambil pilihan yang sulit. Awalnya dia tidak akan melahirkan dengan operasi sesar. Chenle ingin melahirkan normal. Dia tidak ingin berhutang apa-apa kepada Jisung.
Tetapi selama masa kehamilannya, dia sering mengalami stres. Sehingga akan berdampak buruk bagi dirinya dan anaknya, jika dia memilih untuk melahirkan normal.
Sejak awal masa kehamilannya, Jisung tidak pernah mau mengakui bahwa itu adalah anaknya.
Saat Chenle memilih untuk mengambil tindakan operasi sesar, Chenle mau tidak mau harus memohon kepada Jisung.
Karena biaya operasi yang tidak main-main harganya. Chenle harus memohon, bahkan sampai menangis, agar Jisung mengasihani nya dan mau untuk membiayai operasi nya.
"Baik! Sekarang kau mau apa?"ucap Chenle dengan marah. Chenle tersulut emosi. Dia jadi marah lagi, karena mengingat masa-masa dimana dia akan melahirkan.
"Aku? Aku ingin kau untuk mematuhi setiap aturan ku. Ini rumahku, anak ini milikku. Maka kau harus mematuhiku. Mematuhi semua yang aku ucapkan"
"Apa? anakmu? Milikmu?" Ucap Chenle.
"Ya" Ucap Jisung.
"Hah...Sejak awal aku hamil hingga bayi itu berumur 8 bulan, kau tidak pernah mau mengakui bahwa itu anakmu. Kau membuangnya. Lalu kau dengan seenak jidatnya mengatakan itu adalah anakmu! Bermimpilah!!"Chenle berusaha mengambil bayi Jochen lagi dari tangan Jisung.
KAMU SEDANG MEMBACA
"The End Our Story" Teos [JICHEN]
Teen FictionChenle merupakan seorang yang ceria, dahulu, sebelum Park Jisung masuk ke dalam ke hidupannya. Chenle dibekali dengan hati yang tulus, dan penuh cinta. Namun sayang seribu sayang, semuanya rusak dalam genggaman seorang Park. Warning18+ cerita bl (C...