Sejak kecil, panca indra Rin peka terhadap aura asing di sekitarnya. Dia bisa merasakan kejanggalan dalam satu sentuhan lembut, melihat hal yang tak biasa, mendengarkan apa yang tak bisa didengar orang lain, mencium aroma yang perlu ia terka ... bahkan mencecap penuh curiga hal tersembunyi.
Rin senang menyebutnya sebagai teka-teki.
Terkadang ia menemukan jawaban apa yang berada di balik muslihat itu. Seperti seorang pesulap yang pernah memberikannya sekuntum mawar, Rin kecil berceletuk kalau yang diberikan pesulap tersebut tak lebih dari tangkai dan gumpalan kertas.
Pun, tidak jarang ia menemukan situasi di mana dirinya tak kunjung mendapatkan jawaban dari teka-teki tersebut. Misalnya ketika Gentiana menerima tamu selama dirinya melaksanakan doa pagi. Sepasang tamu misterius yang meninggalkan kemilau di dua bagian tubuh Gentiana, serta menjejakkan aroma laut; dua hal yang ia yakini tidak datang dari belahan Dunyia mana pun.
Seiring waktu berjalan, di mana ia dituntut menjadi dewasa seperti saat ini, Rin merasa kemampuan itu mulai samar. Sulit baginya melihat atau bahkan meraba aura-aura tersebut sekarang, sebagaimana ia sulit menerka apa yang bersemayam di dalam diri Ai Qing.
Tepatnya sosok di hadapan mereka ini.
"Tidak bisa merasakan sosok sejatiku?"
Sejujurnya itu cukup mengganggu, konon pula Ai Qing mempertanyakannya.
"Sepertinya sikapku amatlah tidak sopan. Padahal diriku yang memohon diri untuk perkenalan ulang, tetapi malah mengalihkan pembicaraan," lanjut empunya mata seterang api. "Aku Wang Yimei, Kuasa Negara Pertama Heyuan."
Rin mengerjap, tetapi entah bagaimana Ravn tampaknya tidak terkejut dengan nama itu. Betapa tidak. Sebagaimana bangsawan bisa bertemu dengan rakyat jelata kapan saja, maka Tiga Kuasa Negara pun demikian. Jadi tak heran jika Ravn juga mengenal mereka.
Namun, sulit sekali untuk percaya bahwa kini sang Kuasa Negara Pertama benar-benar berdiri di hadapannya. Sosok yang jarang muncul ke khalayak meski sumbangan bantuannya tak terhitung kepada rakyat; sosok yang benar-benar pemurah sekaligus begitu jelita dalam standar kecantikan Heyuan. Keturunan foniks angin yang agung, Wang Yimei ....
Bahkan berkedip pun bukan hal sederhana untuk dilakukan Ravn sekarang.
"Tidak perlu khawatir. Kami tidak akan menyakiti kalian."
Begitu Wang Yimei merebak hening sekali lagi, ia mendekat. Dia benar-benar berhenti kala melihat Ravn bergidik seolah tersadar ini bukan saat yang tepat untuk mengagumi keindahannya, lantas tampak berusaha memberanikan diri untuk bersuara.
"Jika itu benar, Yang Mulia, mengapa justru kalian memerangkap kami seperti ini?!" Akhirnya ia menyuarakan tanya dengan lantang menyembunyi gentar di setiap katanya.
Kepala bulat Wang Yimei bertoleh menyapu setiap sisi sembari ia menempelkan jemari di sudut bibirnya, berpikir. Senyum merekah sebelum dirinya menjawab, "Benar bahwa tindakan kami berlebihan, tetapi tidakkah ini juga menguntungkan kalian? Maksudku, kalian pula tidak mengharapkan refleks yang seperti Tuan Liu ujarkan menjadi bahan omongan para khalayak di luar sana.
"Ditambah lagi Laskar Angin yang berjaga bisa salah paham, kalau tidak ada yang meluruskan barangkali kalian akan ditangkap. Jadi semuanya menjelma urusan yang saaangat merepotkan, bukan?"
Kata 'sangat'-nya panjang sekali, komentar Rin dalam hati.
Setidaknya dengan begitu ia percaya kalau Wang Yimei masih memiliki jiwa Ai Qing; ramah dan cerewet. Setengah sadar, ia mendorong Ravn kala si pria muda mengendurkan dekapannya, secara tak langsung memintanya agar tetap tenang. Senyum cerah lantas kembali di wajah Wang Yimei atas kepercayaan si gadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seeress
Fantasy16+ for violence [Fantasy, Adventure] Lebih dari puluhan abad lamanya, seisi Dunyia damai sebagaimana semestinya. Hingga suatu kala tertulis sepintas takdir mengerikan di Pohon Kadaroak, bahwa sahabat Sang Pencipta yang pernah Dia cinta dan Dia kasi...