XV. Rintangan Topan Dalam Penghakiman [1/2]

14 2 0
                                    

Temuilah sang Hakim Ketulusan, maka akan dilimpahkan kepadamu kebebasan di dalam angin yang ia jaga.

Sejak menginjakkan kaki kemari, bait pertama dalam pembukaan Kumpulan Kisah Para Penjaga Elemen senantiasa terngiang di dalam hati. Kali terakhir bait itu bertalu ialah masa di mana segel jeruji terbakar, melenyap tak berbekas.

Sepatutnya Rin paham ini akan terjadi, hanya saja amat banyak pertanyaan yang terbesit di batinnya; yang seribu sayang harus ia kurung sebab angin kencang telanjur bertiup menyibak apa-apa yang ada di hadapan jeruji, melonjak adrenalin, memaksa siapa pun di sana untuk menangguhkan diri.

Betapa menakjubkan! Tidak sedikit pun tiupan angin berniat memadamkan api, lantas segala pandang terus jelas.

Dengkur merdu membahana mencipta gema. Dengus hangat meletus dari sana seiring sepasang mata besar senada bongkahan ambar perlahan terbuka. Entah apa yang tersirat dalam nyala matanya. Namun, berkat nyala mata besar itu, Rin bisa melihat paruh besar—yang barangkali ia rasa terlalu besar dan kuat untuk seekor foniks—dari balik jeruji, berikut warna kuning keemasan pada bulu-bulu di bagian kepala.

Gradrua ... debar hati Rin melantunkan namanya penuh takjub, perlahan sirna dilahap ngeri akan tanya yang menimpa perasaan itu, Seperti apa Penghakiman yang hendak kau embus?

Kepakan sepasang sayap mendominasi saat patah tanya bersenandung di dalam hati Rin. Kekuatannya kian bertambah bagai kecamuk badai. Semua orang berusaha bertahan di tempat, ada pula yang mulai mengambil langkah dengan meraih bagian terkuat untuk dijadikan tumpuan agar mampu terus tegak.

"Pemeluk ketulusan yang murni ... sekaligus pemegang petaka bagi bumi."

Demikian di atas siulan angin, terbesit bisikan yang mencelos hati empunya netra keemasan. Namun, setidaknya ia tahu, kalau ucapan yang disampaikan angin tersebut diperuntukkan kepadanya.

"Harapan yang terbelenggu oleh penghancur ...," lanjut suara berat tersebut di antara kepakan sayap yang memperkuat embusan angin; mendatangkan kemilau-kemilau hangat dalam semilirnya. "Manakah yang sesungguhnya mengendalikan dikau?"

Kemilau tersebut bergabung membentuk tali. Sama sekali gerak-geriknya tak terlihat mengancam lagi hendak mengikat. Hanya saja tampaknya tiada seorang pun yang berhasil menarik atensi helai demi helai kemilau tersebut ....

Kecuali Rin seorang.

Spontan geraknya begitu cepat mengepung Rin. Secepatnya mereka membumbung bagai topan, hingga si gadis diliputi pening yang terkira. Sesak berkuasa selagi ia memaksakan diri untuk tetap bertahan.

Seribu malang, pertahanan makhluk fana acap tunduk terhadap sihir yang dibangkitkan makhluk legenda. Saat menyadari itu, satu-satunya hal yang dapat Rin rasakan ialah embusan angin sirna seketika.

Lantas ia tumbang, menyelam ke dunia bawah sadar sebelum indra pendengarannya menangkap suara Ravn yang menyerukan namanya.

Lantas ia tumbang, menyelam ke dunia bawah sadar sebelum indra pendengarannya menangkap suara Ravn yang menyerukan namanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SeeressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang