XIV. Undangan Angin [1/2]

15 3 0
                                    

"Nona Ai Qing." Sembari menatapi langit biru yang ramai oleh layangan penuh warna, Rin membuyarkan hening di antara mereka.

Keberuntungan kembali singgah pada kedua wanita tersebut, sebab kala hendak pulang Tuan He sekali lagi memberikan tumpangan di belakang gerobak yang sudah kosong, hingga Rin bisa menikmati pemandangan petang dengan leluasa seperti pagi tadi.

Maka Ai Qing bertemu pandang kepada manik keemasan yang baru mencerminkan biru langit. Tersirat rasa penasaran tipis di dalam sana usai pemanggil bersuara, lantas membuat ia menunggu agar si gadis membuka percakapan, "Kupikir Tiga Kuasa Negara dinamai demikian sebab ada alasannya. Namun, ketika Ritual Musim Semi tadi, saya tidak melihat Kuasa Negara yang satu lagi."

"Ah, Wang Yimei?"

Kedengarannya nama itu tidak begitu sulit untuk diingat dan dilafalkan. Pun, Rin lekas teringat terhadap peristiwa di hutan bambu, di mana Ai Qing menyebutkan namanya. Jelas pula dari setiap si wanita muda berbicara soal Kuasa Negara yang satu itu, bersemayam kekaguman dalam setiap nadanya.

"Beliau akan mengurusi bagian utara, tepatnya di Kuil sang Penjaga Angin. Ritual di sana diadakan satu hari sebelum festival," terang Ai Qing. "Beliau memang kurang senang melaksanakan ritual di depan orang banyak, jadi kini Ritual Musim Semi yang dipegangnya hanya diadakan sehari sebelum festival tiba, tepat hanya orang-orang yang menerima undangan saja yang masuk lingkungan kuil.

"Mungkin menurutnya lebih baik bekerja ketika senyap. Entahlah. Aku pun tidak tahu jelas apa alasannya. Akan tetapi percayalah. Walau begitu, beliau sebenarnya sangat baik. Sama sekali tidak galak seperti Yang Mulia Kuasa Negara Kedua! Ditambah dia cantik sekali. Kau sendiri sudah sempat mendengarku, 'kan? Kau dan beliau memiliki warna mata yang sama, karena itu sebelumnya aku berpikir kau merupakan kerabatnya."

Canggung melantun dalam tawa lawan bicara. Lagi-lagi Ai Qing mengungkit hal itu, teringat berat bersinggah di dalam dada yang membuat Rin agak tak nyaman.

Betapa tidak. Dia sama sekali tidak tahu siapa Wang Yimei itu, tetapi cukuplah Rin menganggap dirinya mengenali sedikit perihal sang Kuasa Negara Pertama. Dilihat dari kekaguman Ai Qing pun sudah dapat dipastikan kalau Wang Yimei merupakan orang yang patut disegani, lantas bagaimana pula Rin mampu memantaskan diri disandingkan dengannya?

"Oh, ya. Berbicara perihal Tiga Kuasa Negara, aku baru teringat satu solusi untuk masalah kalian saat ini." Kini Ai Qing mengalihkan pembicaraan.

Tampaknya tak jauh-jauh soal undangan kuil, pula lekas menarik perhatian Rin yang segera berujar, "Apa itu, Nona Ai Qing?"

"Surat permohonan kepada Kubu Pembantu Negara!"

Cetusan si wanita memercik sedikit harap di dalam benak.

Namun, apakah itu benar-benar dapat membantu mereka yang tengah kesulitan ini?

Sepanjang perjalanan, Ai Qing menerangkan perihal surat permohonan yang disebutkannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepanjang perjalanan, Ai Qing menerangkan perihal surat permohonan yang disebutkannya. Rin merasa beruntung, pula ia mendapatkan sedikit informasi mengenai Kubu-Kubu Pembantu Negara.

SeeressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang