Happy Reading
-----------------------------------------------------------
Marcell dan Xenon melihat Dika menangis histeris sambil memeluk pemuda itu, Xenon tidak bisa bereaksi terhadap hal itu, lebih tepatnya dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa, Marcel terlihat sangat terkejut oleh reaksi Dika yang begitu besar, dia tidak mengira Dika akan mampu menangisi seseorang seperti itu, karena dia tahu Dika adalah anak yang sangat tidak berperasaan, jadi reaksi ini adalah pertama kalinya Marcel melihatnya, dia tidak terbiasa dengan itu, karena itu dia linglung, dan melupakan orang yang sekarat dipelukan Dika.
Dika melihat kedua orang tuanya mendekat, dia merasa bersemangat, dia tidak masalah siapapun mereka, asalkan mereka bisa membantu Raja, masalah apapun bisa diselesaikan nanti, tapi Raja harus segera ditangani.
Dia menggenggam tangan Marcel, wajahnya penuh air mata, maskernya juga basah oleh air mata, dia terlihat sangat menyedihkan, "Pa! Tolong Raja! Bantu aku memindahkannya!"
Marcel terlihat ragu, "Sebentar, papa akan memanggil anak buah papa ..."
Dika menggeleng, terlalu lambat, dia takut Raja akan semakin kehilangan banyak darah, Bahkan darahnya masih belum berhenti mengalir dari lukanya, kemudian dia mengalihkan pandangannya pada Xenon.
Dika masih marah padanya, tapi persetan! Dia harus mengesampingkan hal itu, jika dia bersedia menolong Raja, dia bersedia memaafkannya.
Dika melepaskan masker yang menutupi wajahnya, dia memandang Xenon dengan air mata mengalir diwajahnya, "Dad! Kamu Daddy Dika kan?! Jika Daddy bantu Dika, Dika bakal maafin Daddy!"
Xenon membeku, dia tercengang dengan wajah Dika yang terlihat begitu mirip dengannya, dia sedikit linglung, kemudian dia mendengar Dika memanggilnya lagi, "Dad! Daddy tolong Dika!"
Dika merasa marah, panik, dan tidak sabar.
Xenon kemudian tersadar dia mengangguk dengan tegas, Dika menghela nafas lega, dia tersenyum karena dia setuju membantu Raja.
Xenon mengangkat tubuh Raja kepunggungnya, meskipun berat, tetapi dia tidak kesulitan sama sekali, dia memandang Dika, dia bertanya, "Kemana?"
Dika "Bawa saja ke mobil yang terparkir dibawah."
Mereka turun dari lantai 20 lewat lift, dia dalam lift Dika terus menggertakkan giginya, dan merasa jengkel, ketika mereka berada di lobi, mayat-mayat itu sudah menghilang, karena Near memerintah seseorang untuk membersihkan mereka semua.
Dika berlari kencang, diikuti Xenon dan Marcel, tetapi ketika mereka akan sampai pintu, Dika merasa sakit diperutnya, tidak hanya itu pinggang dan pinggulnya juga masih terasa sakit, lalu bagian bawahnya masih terasa sangat perih, itu terasa sangat menyakitkan, dia berhenti dijalan, memegangi perutnya sambil mengerang, "Akhh ...."
Marcel yang berhasil menyusulnya mengerutkan kening, melihat Dika kesakitan, dia terlihat khawatir padanya, "Kenapa?"
Dika tetap mengerang, "Ahh ... Sakit pa."
Marcel memeluk tubuh Dika, wajahnya sudah memucat, dia begitu takut terjadi sesuatu pada Dika, "Sakit? Kamu tadi terkena tembak?"
Marcel memelototi Xenon, jika itu karena dia, lihat apa yang akan dia lakukan, Xenon melihat itu meneguk ludahnya, sial dia benar-benar telah melakukan kesalahan besar, dia telah menyodok sarang lebah kali ini, dan ini lebih menakutkan dari apapun.
Dika menggeleng, "Tidak ... Hanya terasa keram."
Marcell menghela nafas, dia mengira Dika terluka, anak ini semenjak dia naik kelas, dia jarang sekali berolahraga, "Apakah lambungmu kambuh lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[Bxb]Kingdao🔞[END]
General FictionJafiz tiba-tiba dilecehkan oleh Enigma gila yang bahkan tidak akrab dengannya. Mengapa Alexander yang selalu tidak perduli dengan segala hal begitu perhatian terhadap dirinya? [Tidak banyak konflik] . . . Dari judul udah ada BXB jangan salah lapak! ...