Abin baru saja turun dari motor saat Naya menggodanya dari jendela kamar.
"Kiw kiw, habis kencan nihhh!"
Dia hanya menghela napas. Kesalahannya sendiri yang memberi tahu alasan akan pulang telat kepada Naya. Jadi, adiknya yang menyebalkan itu akan menggodanya sepanjang hari dan melemparkan banyak pertanyaan tidak berarti.
Tidak cukup hanya Naya, kini mamanya yang memegang sapu pun melemparkan senyuman menggoda. Abin bisa memastikan bahwa mamanya akan bertanya banyaaak sekali hal yang harus dia jawab. Jika tidak menjawab, maka kepala atu telinganya harus direlakan untuk kena sentil atau jewer. Beginilah nasibnya di rumah ini sebenarnya.
"Ami itu teman kamu dulu bukan, Mas? Yang suka ikut lomba bareng itu?"
Tentu saja wanita itu mengingat siapa Ami Thalia. Gadis yang paling sering Abin ceritakan meskipun tidak pernah jadi pacarnya. Demi mengurangi harapan di hati mamanya yang sudah pengen menantu, Abin berkata dengan nada memberi pengertian.
"Kita nggak kencan, Ma. Cuma tadi nggak sengaja ketemu, jadi aku ajak jalan sekalian. Rumahnya dekat situ soalnya."
"Dia udah punya pacar?" tanya mamanya.
"Sepertinya sih enggak punya sekarang."
"Kamu nggak suka sama dia?"
"Dianya nggak mau sama aku," kata Abin cengengesan. Dia menyerahkan plastik berisi dua bungkus bubur ayam, lalu pamit untuk segera mandi karena tubuhnya sudah lengket.
Masih di teras itu, mamanya bengong. Tidak dia sangka, ada seorang perempuan yang menolak putranya yang mewarisi kegantengan suaminya. Apakah Abinanda memang tidak setampan yang dia kira, atau gadis itu punya kriteria di luar kemampuan Abinanda? Mungkin keduanya benar. Pikiran itu membuatnya menggeleng-gelengkan kepala untuk mengabaikan urusan anaknya.
Dari dalam, Anindhya muncul dengan senyuman lebar. Sambil mengambil alih plastik berisi bubur ayam, Naya berkta santai.
"Mama tau, Ami satu-satunya perempuan yang nolak Mas Abin di sekolah. Mbak Ami sangattt benci sama Mas."
"Kenapa?"
"Karena Mas playboy." Naya nyengir lebar, lalu melanjutkan. "Padahal rumornya mereka cocok. Couple goals orang se-SMA yang berpotensi bikin para gadis dan para bujang patah hati."
Mendengar itu, mamanya segera menyuruh Naya duduk di kursi, lalu minta penjelasan lebih lengkap.
"Ami itu cantik sekali?"
Naya berpikir sejenak sebelum menjawab. "Dia itu badannya kecil, langsing. Dia saingannya Mas Abin. Mereka belajar bareng dan lomba bareng. Nilainya kejar-kejaran. Mba Ami jago basket tapi nggak ikut tim utama. Wajahnya cantik sih, tapi kayaknya masih lebih cantikan aku."
"Itu mah kamu yang kepedean." Mamanya melirik untuk kalimat terakhirnya. "Biarin lah, jangan ikut campur urusan Mas."
"Mas selalu ikut campur urusanku."
"Karena kamu selalu buat masalah."
Naya mencebik. Dia biarkan mamanya masuk membawa bubur ayam. Dia masih akan menunggu di sini sebentar, karena pacarnya yang lebih tampan daripada Mas Abin akan segera datang. Benar saja, dalam hitungan menit senyumnya telah dibuat merekah melihat lelaki itu turun dari motor. Naya segera keluar, menyambut Dewangga dengan senyuman lebar.
"Sudah sarapan?" tanyanya, dijawab gelengan kepala. "Bagus, mama masak banyak karena kamu mau datang."
"Seharusnya nggak perlu bilang aku mau datang, jadi nggak usah kerepotan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Re-Unite
ChickLitKetika Ami butuh pelarian, Abinanda muncul seperti pangeran. Sekarang, saat Ami butuh rumah baru untuk meninggalkan rumah lama, Abinanda menawarkan pernikahan. Ami Thalia--Amiya--tahu benar bahwa Abinanda adalah rajanya para buaya di masa SMA. Nam...