Jangan lupa tinggalkan jejak ya, guys.Biar semangat buat ceritanya.
Jangan lupa komen, vote, dan follow.🫶
....
Sekarang sudah satu minggu Ana dan Vira di desa entah berantah ini.
"Nak, mau temenin ibu ke pasar?" ujar ibu Ratih.
"Boleh, buk," ujar Ana kesenangan.
"Ini adalah kesempatan buat cari Vira, semoga Vira ada disana," pikir Ana sembari berdoa.
Keduanya lalu bergegas ke pasar dengan jalan kaki karena pasar tidak terlalu jauh dari rumah ibu Ratih.
....
Vira menghampiri sepasang suami istri tersebut yang sedang bersiap-siap ke pasar.
"Saya boleh bantu-bantu gak buk, jualan di pasar?" ujar Vira menatap suami dan istri tersebut penuh harap.
"Emang kondisi kamu sudah baikan?" tanya istri tersebut (bernama Saroh, suaminya Muhtar).
"Allhamdulilah, sudah lebih baik," ujar Vira sambil tersenyum lembut.
"Oo, boleh-boleh, tapi jangan terlalu berat-berat ya," ujar Saroh tersebut kawatir
Vira mengangguk membenarkan
Setelah penuh pertimbangan ibu Saroh pun mengizinkan
"Semoga ketemu Ana deh di pasar," pikir Vira penuh harapan.
Lalu ketiganya bergegas ke pasar untuk menjual sayur-sayuran yang ditanam keduanya.
Sesampainya di pasar, ketiganya menata sayur-sayuran yang akan dijual nantinya.
Kurang lebih 20 menit, semua sayur sudah tertata rapi, tinggal menunggu pembeli.
...
Satu pembeli datang,
tiga pembeli,
lima pembeli,
delapan pembeli.
Pembeli ke-10,
"Mbak, saya mau sayur ini, mbak," ujar seseorang.
"Kyk kenal," pikir Vira.
"Oke, mbak, mau berapa kilo?" ujarnya sambil berbalik badan.
Betapa terkejutnya, ternyata itu Ana.
"Cok, ini lo kan?" tanya Vira.
Sangking kagetnya, kini matanya sudah berkaca-kaca karena senang melihat Ana
Ana mengangguk sambil menatap sendu Vira
Keduanya berpelukan, melepas rindu.
Ana menangis terlalu senang.
"Lu jangan nangis, kyk monyet," ujar Vira dengan nada jahil.
"Lu mah merusak momen, gue lagi terharu juga," ujar Ana sambil menghapus air matanya.
"Terharu bego," ujar Vira spontan.
"Toxic lu," ujar Ana sambil memutar bola matanya.
"Ya maaf, keceplosan gue," ujar Vira sambil cengengesan.
"Oh ya, lu gak pa2 kan?, selama ini lu tinggal dimana?" sambung Vira.
"Gue tinggal di rumah seorang ibu-ibu dia.
Baik banget mau ngerawat gue. Kalau gue sih baik, cuman otak sedikit geser hehehe," ujar Ana santai."Oo, alhamdulillah la, gue juga hehehe," ujar Vira juga santai.
"Lu tinggal sama siapa?" tanya Ana sambil melirik kanan kiri.
"Gue tinggal sama nih pemilik dagangan sayur, mereka suami istri, baik banget mau kasih gue makan dan ngerawat gue, cok.
Besok kalau gue udah ingat dimana ortu kita tinggal, gue akan balas jasa mereka," ujar Vira panjang lebar.
"Gue juga, cok, kasihan Ibu Ratih tinggal sendiri di rumah, makanya dia senang banget waktu gue tinggal disitu," ujar Ana sedih.
"Jadi, apa nih rencana lo selanjutnya?" ujar Vira sambil melayani pembeli yang datang.
"Gak tau, paling disini aja dulu sampai ingatan kita pulih," ujar Ana berfikir.
"Sepertinya begitu," ujar Vira menyetujui usulan Ana.
Ana lalu membantu Vira jualan supaya mereka bisa mengobrol nantinya.
Setelah 20 menit kemudian, barulah keduanya selesai.
Mereka menuju sawah warga, kebetulan disitu ada pondok.
Keduanya lalu segera bergegas ke...
....
"Kok, kegiatanmu apa sekarang?" tanya Ana setelah keduanya sampai.
"Gue bantu-bantu ibu Saroh dan pak Muhtar aja jualan sayur," ujar Vira.
Ana mengangguk, "Kalau kamu?"
Vira balik bertanya, "Gue juga bantu-bantu ibu Ratih."
Ana menjawab jujur, "Bantu apa-an tuh?"
"Pekerjaan rumah doang sih," ujar Vira.
"Oo," kata Ana sambil mengangguk.
"Yaudah ya, gue pamit dulu, takut bu Ratih cariin. Assalammualaikum," ujar Ana sambil bergegas pergi.
"Waalaikumsalam," jawab Vira sambil beranjak pergi juga.
...
Jangan lupa vote dan komen ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
dua wanita dan suami gusnya
Novela Juvenilkarena akun ku yang satu lagi ilang,@rorocantik hilang jadi kita pindah akun ini dulu ya Guys, terimakasih 😘🥰🥰🥰🥰