5. Jhonny

17 0 0
                                    

"kau tidak menyesal selalu mencampakkan lelaki tulus seperti diriku ini?"

Aku beralih menatap lelaki di depanku dengan memicingkan mata

"Aku tidak mencampakkan siapapun"

"Tapi kau selalu menolak ku"

"Bukankah itu sudah resiko?"
"Jika kita mengungkapkan perasaan jawabannya 50:50, antara diterima atau ditolak"

"Yhaa yhaa yhaa"

Dia menyeruput es americano yang sudah dia pesan 3 jam yang lalu, entah sudah seperti apa rasanya

Aku kembali fokus ke layar laptop, banyak sekali pekerjaan yang menumpuk dan itu lebih penting daripada ocehan lelaki di depanku ini.




19.25

Menjelang akhir bulan seperti ini tim accounting sering kali lembur pulang tengah malam atau bahkan ada yang menginap di kantor. Tapi kali ini sedikit berbeda. Entah Tuhan memberikan berkat apa kepada kami.

"Mau ikut kami?"

Aku melihat ke sekeliling, sepertinya mereka ingin makan malam bersama. Mungkin ingin merayakan karena tidak ada lembur sampai pagi buta di akhir bulan ini.

"Tidak"

"Sudah ku tebak"
"Aku, Lena, Prim, dan Riza akan makan malam di Grill House. Kali saja dirimu berubah pikiran"

Tinggg
Pintu lift terbuka

Aku dan yang lainnya memasuki lift.
"Tidak, terimakasih"

"Jangan-jangan kamu makan malam dengan pria itu yaaa..."
Sahut Prim

"Si tiang listrik dari divisi marketing itu?"
Tanya Riska yang mengajakku untuk makan malam bersama tadi

"Iya lahh, memang siapa lagi. Coba bayangkan selama 5 tahun, dia mengejar wanita yang sama"

"Tapi, yang dikejar tidak mau"

Hahahahahaha

Mereka semua tertawa karena jawaban Riza tadi.


Aku sudah terbiasa dengan candaan itu dan aku juga tidak tersinggung, karena ya itu benar adanya. Aku memang tidak mau. Semua ungkapan ketertarikan yang sudah Jhonny ungkapkan, berakhir sia-sia.

Bukannya aku sok jual mahal, hanya saja......

Bukankah setiap yang dilakukan itu selalu memiliki alasan?
Entah itu dengan alasan sepele atau bagaimana

Memang salahku yang belum mengatakan apa alasanku itu, sehingga membuat Jhonny selalu bertanya tanpa henti.

Hanya dengan sepersekian detik lift sudah sampai di lobby. Kami berjalan keluar kantor untuk pulang
Sebenarnya hanya aku yang akan pulang, mereka berencana makan malam bersama dan kemungkinan besar berakhir pulang dengan keadaan setengah sadar

"Wowww wow woww, pangeran kita sedang menunggu tuan putri"
Teriak Prim yang membuatku jengah

"Siapa yang pangeran? Dan siapa yang tuan putri?

"Hai Jhonny, ternyata kalian ada janji makan malam bersama ya, pantas saja dia tidak mau makan malam bersama kami"
Ucap Lena sambil menunjuk ku

"Aku tidak ada janji makan malam dengan siapapun, Lena. Aku hanya ingin ke supermarket, belanja, kemudian pulang"

"Aku antar"
Suara bass yang sering menegurku setiap pagi
Seseorang yang digunjingkan sedari tadi akhirnya angkat suara

"Dia sudah menunggumu, terima saja ajakan Jhonny"
"Oke guys, taxi kita udah sampai ayoo kita pergi. Biarkan pasangan ini berdua yhaaa, jangan banyak menganggu mereka"

Dari semua orang hanya Riza yang lumayan kalem. Yhaaa meskipun dia sering menggoda ku dengan Jhonny juga.





19.40

Sekarang aku dan Jhonny berada di supermarket. Seperti yang sudah kalian duga, aku berakhir menerima tawarannya tadi. Jhonny mendorong troli belanjaku dan aku sibuk memilih-milih barang untuk mengisi kulkas.

"Kau sering memasak?"
"Apa yang sering kau masak?"
"Aku boleh mencoba masakan mu?"
"Apakah enak?"

Banyak sekali pertanyaan yang membuatku pening. Untung saja kesabaran ku sangat luas, seluas samudra.

"Aku hanya seminggu sekali untuk memasak. Sisanya hanya membuat salad atau makanan yang ku mau saja. Untuk rasanya aku tidak tahu, karena yang penting bisa dimakan"

"Hooo seperti itu"

"Apa makanan yang kau suka?"
"Lebih suka manis atau gurih?, tapi ku tebak kau suka manis. Karena dimeja mu banyak sekali coklat dan kau juga sering beli es krim"

Banyak sekali yang dia katakan, namu tidak ada satupun yang masuk ke telinga ku. Aku sibuk menimbang-nimbang mengenai alasanku selalu menolak dia. Haruskah ku katakan sekarang atau tidak perlu ku katakan.

Sekarang saja atau nanti?
Sekarang?
Hemmm baiklah, meskipun ku tunda-tunda dia akan mengetahuinya entah dari diriku atau orang lain...

"Jhonny..."
Panggilanku itu mampu menghentikan segala ocehannya sejak tadi

"Ya? Ada apa?"

"Maaf karena selalu menolak mu"

"Aku sudah kebal, tapi aku juga tidak akan menyerah. Tumben sekali kau bilang seperti itu. Kenapa? Kau ingin menerima ku?"

Tanggapan yang sangat menjengkelkan, sialnya jawaban seperti itu sudah bisa ku tebak akan keluar dari mulut Jhonny.

"Kau tahu, sekarang aku mulai menyadari kenapa setiap orang setelah putus dengan pasangannya akan mencari pengganti. Maksud ku, rata-rata setelah mereka putus pasti akan segera mencari penggantinya "

"Karena mereka merasa kosong. Ketika seseorang yang selalu mengucapkan 'selamat pagi', memanggil nama kita sewaktu dia merindukan kita, dan menjadi tempat untuk menceritakan segala hal remeh yang terjadi tiba-tiba tidak ada, kita merasa kehilangan"

"Lucunya manusia memang seperti itu. Menerima dengan sangat mudahnya, tetapi sewaktu dia pergi kita tidak bisa merelakannya. Padahal itu sudah hukum yang pasti dalam hubungan antar manusia "

Setelah mengucapkan kalimat yang panjang tersebut aku menatap Jhonny. Aku tahu dia mengerti apa maksud ku, semoga dia tidak terluka akan hal itu.

"Apa aku tidak bisa mengisi kekosongan itu"

Penawaran yang sangat menggiurkan, tapi aku menggeleng untuk menolak tawaran tersebut

"Jika aku menerima tawaranmu bukankah aku menjadi orang yang jahat?"

"Aku tidak masalah mengisi kekosongan itu dan aku juga tidak masalah menjadi pelampiasan mu untuk melupakan entah siapa dia"

"Tidak"
"Itu sama sekali tidak elegan, jika kau menjadi pelampiasan maka jika dikemudian hari kita berpisah, aku akan mengalami kekosongan yang sama seperti sekarang. Kemudian, lebih parahnya aku tidak bisa mengatasi kekosongan itu"

"Jadi apa yang akan kau lakukan"

"Biarkan aku mengatasi kekosongan ini. Mungkin setelah itu aku bisa membuka hati kembali. Jadi, dengan begitu aku sudah selesai dengan masa lalu ku dan tidak akan ada yang terbebani akan hal tersebut"

Terdapat hening sejenak diantara kita

"Baiklah, tapi jangan larang diriku untuk selalu di sisimu"
"Rasa kosong tersebut bisa hilang sewaktu-waktu dan aku tidak mau didahului oleh siapapun .Jadi biarkan aku tetap di sisimu"
Ucap Jhonny dengan keyakinan penuh dimatanya

Kalimat yang sangat mengejutkan. Aku sungguh tidak menduga Jhonny akan mengatakan hal tersebut. Aku kira dia akan menyerah mengenai apa yang ku katakan, namun ternyata tidak.

Baiklah, sepertinya tidak masalah. Toh selama 5 tahun terakhir ini dia memang selalu menganggu ku.

RANDOM STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang