Entah mengapa aku tidak setuju dengan ungkapan "Waktu akan menyembuhkan luka". Pada kenyataanya waktu membuatku semakin berlarut akan kesedihan. Tidak ada luka yang terobati. Tidak ada yang membaik seiring bertambahnya hari.
Waktu semakin berlalu ditambah dengan nasehat-nasehat yang ku terima, aku mulai sadar bahwa luka bisa sembuh dengan penerimaan dan keinginan untuk sembuh.
Persetan dengan waktu. Bahkan dengan 1000 tahun berlalu pun, jika tidak ada penerimaan dan keinginan untuk sembuh waktu hanya akan berjalan seperti semestinya. Hari ini akan menjadi masa lalu di esok hari dan itu akan terus berulang. Seperti siklus yang tiada hentinya.
Kelegaan sementara
Patah hati
Keraguan apakah ini keputusan yang benar atau tidak
Rasa kosong dan kesepian
Entah berpisah dengan baik atau berpisah dengan drama yang dramatis kalian akan menghadapi fase kesepian. Entah kalian sadar atau tidak. Mungkin fase tersebut tidak dirasakan oleh sebagian orang, tapi memang itu yang kurasakan.
"Kira-kira kapan rasa kosong ini akan hilang?"
Tanyaku
"Tergantung"
"Tergantung apa?"
"Tergantung seberapa keras usahamu untuk menerima status jomblo mu"
"Tapi ini sudah berlalu sangat lama"
"Penerimaan. Dirimu belum sepenuhnya menerima semuanya"
Aku menghela nafas dalam
Sungguh susah untuk menerima semuanya. Aku sudah terlalu larut dalam kesedihan di waktu yang lama. Kata 'penerimaan' menjadi sangat sulit dilakukan
"apa karena dia cinta pertamamu?"
Andy bertanya dengan tatapan yang mendalam kearah ku. Melepas pemandangan senja di pantai ujung timur Indonesia ini.
"Bukan"
Jawabku sendu
"Lalu?"
"Aku tidak pernah mendapatkan perhatian yang seperti dia berikan kepadaku sebelumnya. Semua itu hal yang baru. Kau tahu bagaimana aku tumbuh. Tidak ada perhatian yang ku terima, hanya sekedar menerima keluhan ku yang remeh, memberikan ku hadiah kecil, atau hanya sekedar memujiku cantik. Dia orang pertama yang melakukan itu semua"
"Jadi bagaimana aku mudah untuk menerima, jika di keesokan harinya atau bahkan selamanya aku tidak bisa mendapatkan perhatian seperti itu lagi"
"Tapi, dia tidak bisa mengontrol emosinya dengan baik. Karena hal itu pula teraumamu di masa lalu datang lagi"
"Aku tahu. Itulah mengapa sekarang aku mulai untuk menerima, sesuai dengan omonganmu. Nasehatmu selalu sangat bijak, meskipun sedikit menusuk"
Saat aku mengurung diri di kamar seharian dan menangis tanpa henti, Andy tiba-tiba datang dengan muka kesal. Membuka kamarku tanpa permisi. Tangisku semakin pecah saat dia datang dan menceritakan rasa patah hatiku dengan suara yang tidak jelas karena menangis.
"Sudah selesai? masih ada yang ingin diceritakan?"
Aku tahu dia bertanya dengan menahan emosi. Aku hanya mampu mengangguk untuk menjawab pertanyaan satu-satunya temanku ini
"Ini sudah berlalu lama, sampai kapan dirimu akan berlarut akan kesedihan?"
"Memangnya mami cuma ngasih makan kamu buat ngadepin manusia dengan control emotion yang jongkok!!"
Aku dan Andy kembali mengenang masa-masa itu. Sungguh bodoh tindakanku waktu itu, meskipun saat ini masih belum menerima sepenuhnya setidaknya sudah tidak ada air mata dan mogok makan. Aku masih bisa menjalani keseharianku seperti biasanya, hanya saja masih ada rasa kosong yang ku rasaka.
"Kau tahu, saat itu aku langsung memesan penerbangan yang ada di sore itu juga. Padahal aku sudah memesan tiket pesawat untuk pulang lusa"
"Benarkah? wahh aku merasa terharu, kau jauh-jauh langsung ke rumahku setelah dari Bangkok"
"Itulah mengapa kau harus memberikanku apresiasi?"
"Okeyy. Apa yang kau inginkan?"
Andy sempat diam sejenak mungkin menimbang-nimbang apa yang dia inginkan. Tapi, jawabannya cukup membuatku kaget. aku kira dia akan menguras limit karu kreditku hingga habis
"Tidak perlu, tidak ada yang ku inginkan. Lagipula hal ini tidak bisa didapatkan dengan uang"
"Mungkin aku bisa membantu, memang apa yang ingin kau mau?"
"Aku pun tidak tahu bagaimana mendapatkannya"
Kami kembali menatap senja yang mungkin sebentar lagi akan berganti malam. Menikmati ketenangan dari suara deburan ombak dan semilir angin yang membuat rambut panjangku berayun. Tidak lama setelahnnya aku mengajak Andy untuk pulang, sungguh tidak lucu jika kita masih di tengah pantai saat malam telah tiba.
Disepanjang jalan Andy mengajakku mengobrol
"Apa yang membuatmu tetap pada pendirianmu?
"Untuk tetap berpisah dengan dia?"
"Yup, padahal jika mau dirimu bisa kembali kepadanya"
Jawab Andy sambil membungkuk mengambil kerang yang mungkin menurutnya menarik
"Jika aku kembali dengan dia berarti aku mentoleransi apa yang sudah dia lakukan. Dengan begitu dia tidak akan bisa belajar untuk mengkontrol emosi, karena dia akan berfikir aku akan mentoleransi kesalahannya lagi di kemudian hari. Toh jika kami tetap bersama, aku berkemungkinan besar mendapat perlakuan yang sama lagi kan"
"Lagi pula, jodoh itu bisa berupa manusia atau maut. Sekarang aku mulai belajar untuk menyadari itu. Jadi, kalau dia melakukan sesuatu yang membuatku merasa tidak nyaman itu berarti pertanda dari alam semesta kalau dia bukan jodoh untukku."
KAMU SEDANG MEMBACA
RANDOM STORY
FanfictionSesuai dengan judulnya RANDOM STORY Cerita pendek dan random yang terinspirasi dari nonton drakor, denger musik, dan nonton sinetron. Beberapa ada dari pengalaman asli juga Cast tentu juga random Happy reading