maaf

54 5 0
                                    

Rumah sakit menjadi trauma terbesar bagi sekelompok pemuda dengan jaket hitam itu lantaran tempat serba putih berbau obat itu adalah tempat di mana lebih banyak kesedihan

Dan tempat di mana doa doa di panjatkan penuh harap dan permohonan.

IGD ruangan paling di hindari oleh semua orang lantaran jika sudah membahas IGD maka artinya kabar buruk bagi yang berada di dalam dan keluarganya.

Hampir 1 jam menunggu akhirnya dokter keluar.

"Jaemin baik baik saja beruntung kalian segera membawanya sebelum paru parunya kemasukan lebih banyak air laut, untuk sekarang Jaemin akan di pindahkan ke ruang rawat dan akan di izinkan pulang jika kondisinya sudah membaik"

"Jaemin belum sadar mungkin tidak akan lama lagi dia hanya butuh istirahat"

Helaan nafas lega terdengar beserta ucapan terimakasih.






Tempat penuh pepohonan lebih tepatnya jalanan yang lengang dengan deretan pohon Sakura di sisi nya tampak tertutupi puti salju.

Grep..

Kaget, hangat dan dejavu terasa saat seseorang memeluk erat tubuhnya dari belakang.

"Abang kangen gak ??"

Jaemin menunduk menatap lengan mungil yang memeluk pingangnya erat.

"Sakuya ?"

"Iya abang ini adek" Sakuya melepas pelukannya lalu berdiri di depan sang abang.

"Kenapa adek ninggalin abang ??, abang sakit abang kangen adek, adek udah janji gak bakal ninggalin abang" mata Jaemin berkaca kaca dan tanpa sadar kristal bening itu menetes

"Hug me abang, maaf membuatmu sedih"

Jaemin memeluk erat Sakuya dengan tanggis yang semakin pecah

"Jangan pergi abang gak bisa tanpa Sakuya"

Sakuya tersenyum hangat.

"Waktu abang tidak banyak, ini bukan tempat abang karena abang masih harus pulang, kita masih bisa bertemu jadi pulanglah kami menunggu" Jaemin menggeleng kuat

"Abang mau sama Sakuya"

"Siapapum yang pergi lebih dulu maka yang di tinggalkan harus tetap melanjutkan hidup dengan baik"
Han sol mucul dan memeluk g adik.

"Takdir kita berbeda, akan ada masanya kita semua berkumpul bersama di tempat yang lebih indah, berbahagialah kamu anggap ini permintaan terakhir dari abang"

"Jaemin percayalah kesatriamu ini akan menunggu, kami sudah menepati janji kami sebagai kesatria yang melindungi pangerannya hingga garis takdir yang di tentukan" Hansol tersenyum hangat

"Abang, mereka masih butuh abang pulanglah sayang bunda harap kamu selalu di beri kebahagiaan dan kemudahan di setiap langkahmu, jaga mereka yang berharga bagimu" bunda mengusap lembut surai caramel Jaemin.

Senyuman hangat keduanya perlahan memudar seiring silau mentarai menerobos.

"Ayo pulang abang"









"Jaemin jangan begini Shaka sedih, maaf Shaka janji bakal kasih tau semuanya saat waktinya datang jadi bertahan abang"

"Abang bangun ya Shaka bakal nurutin apapun kemauan abang, Shaka mohon bangun jangan tinggalin adek."

Dia dapat merasakan gengaman hangat di lengan kanannya dan isak tangis yang memilukan terdengar menyayat hati.

"Sha, abang di sini" suara parau Jaemin refleks membuat Shaka mendongak dengan wajah sembab dan mata bengkak.

Lengannya terangkat mengusap pelan jejak air mata di pipi Shaka.

"Maafin abang, maaf membuat semuanya kacau dan khawatir" serak, parau dan tercekat itu suara yang Jaemin keluarkan karena tangisan yang tertahan dan rasa sesak yang mendera.

"Engak ngak papa asalkan abang sembuh kita mulai dari awal, perbaiki halaman yang robek untuk membentuk kembali hubungan yang baik" kata kata itu lolos begitu saja.

Shakara remaja yang di paksa menjadi dewasa di umur 16 tahun, menggapai apa yang menjadi impiannya selama ini, menjadi idol ternyata tak se indah dalam bayangan dan pandangannya

Menjadi dewasa meski hati dan sifatnya menolak lantaran dirinya masih sangat polos dan butuh lebih banyak arahan.

"Terimakasih sudah memilih untuk tidak pergi"






11 mei 2024

[2] Dear Anggle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang