vi.

37 7 0
                                    

: (harus) beradaptasi

* * *

Reader's POV

INI baru hari kedua aku berada di sini, tapi rasanya, aku sudah mau mati kebosanan. Bagaimana lagi? Sejak kemarin, tidak ada yang kulakukan selain bangun, mandi, tidur, makan, menulis.

Mungkin, aku bisa terus hidup dengan menulis. Tapi kalau hanya menulis, aku yakin aku juga akan mati kebosanan.

Ini sangat gila. Masuk ke dunia fiksi yang tahunnya bahkan hampir dua ribu tahun sebelum aku lahir. Aku yakin, disini belum ada handphone.

Kira-kira, bagaimana kabar diriku disana, ya? Apakah aku menghilang atau aku tetap ada? Mengingat hal itu, lagi-lagi membuatku merasa sakit hati. Dari sekian banyaknya orang, kenapa harus aku yang berada disini?

Namun akhirnya tetap saja, tidak ada hal yang bisa kulakukan. Setelah sarapan, aku memutuskan untuk keluar dari rumah. Menuju halaman belakang dari rumah ini.

Ternyata, walau ukuran rumahnya cukup kecil, rumah ini memiliki taman yang banyak tanaman-tanamannya yang cukup besar. Ukurannya kira-kira setengah dari luas rumah ini.

Aku berjongkok. Perlahan mengamati beberapa tanaman yang ada disana. Terdapat beberapa bunga. Kemudian, ada juga bunga-bunga kecil yang tertanam di sekitarnya.

Perhatianku teralihkan oleh bunga kecil berwarna ungu yang sangat cantik. Wanginya juga sangat harum. Akhirnya, aku memutuskan mengambil beberapa, kemudian kembali masuk ke dalam rumah.

"Bu, apakah kita memiliki teh?" Tanyaku pada wanita yang sedang membersihkan rumah. Eh, apa orang-orang zaman dahulu itu selalu mengerjakan pekerjaan, ya? Habisnya dari kemarin, aku tidak pernah melihat ibuku ini beristirahat. Ada sih, cuman hanya sebentar.

Anehnya lagi, bagaimana orang-orang di zaman ini bisa bertahan hidup tanpa handphone? Apakah mereka tidak merasa bosan?

"Ya, ada, kau ingin membuat teh bunga lagi, kah?" Tanyanya padaku, sambil memandangi bunga yang ku pegang dengan tangan kananku. Ketika bertatapan mata dengannya saat itu, aku hanya bisa menganggukkan kepala.

"Buat yang banyak, aku menginginkannya," aku mendengar dia berucap lagi. Tapi yang kali ini, aku tidak tahu harus membalas bagaimana, sehingga hanya mendiamkannya.

Entah kenapa, aku merasa ada sesuatu yang berbeda mengalir dalam diriku.

Mendengar dari responnya tadi, itu menarik. Teh bunga lagi, kah? Apakah ini berati orang yang memiliki tubuh ini sebelumnya tidak jauh berbeda denganku?

Tapi itu bisa saja terjadi, mengingat, sejak hari pertama aku disini, dan aku menggunakan sifatku yang seperti biasa, ibuku ini tidak banyak mempertanyakan kondisiku. Yang artinya, di matanya aku bersikap biasa-biasa saja—seperti anaknya dahulu.

Tanpa memikirkannya lagi, aku segera menuju ke dapur. Ingin melakukan, eksperimen mungkin? Ya, intinya itulah. Hal baru yang ingin aku buat disini.

Hal yang mengejutkan. Kukira, orang-orang disini sangat kuno. Ternyata tidak se-kuno yang aku bayangkan. Peralatan memasak yang ada di dapur ini lumayan lengkap.

* * *

Sore hari itu, teh milikku sudah jadi. Sempurna! Bagiku, komposisinya pas dan cocok untukku. Oh ya, satu hal yang membuatku senang, ibuku yang disini juga menyukainya. Eh, daripada membingungkan—karena aku sama-sama memanggilnya ibu, aku akan memanggil ibuku yang disini dengan Mana.

Aku pikir, hari itu akan jadi hari biasa-biasa saja seperti kemarin. Ternyata, Eren alias si karakter utama kembali datang ke rumahku. Sebenarnya, aku tak tahu apa yang dia inginkan.

Tapi, begitu sampai disini, dia dan kedua temannya itu langsung mencoba teh buatanku. Lebih tepatnya, Mana yang memberikannya kepada mereka. Mereka sih, senang-senang saja. Katanya, mereka datang kesini karena ingin meminjam beberapa buku yang ada di rumah ini.

Memang, sih, koleksi buku di rumah ini banyak. Di dekat kamar Mana, ada sebuah ruangan khusus yang berisikan buku-buku. Hanya buku.

Tapi sebenarnya, ada yang kucemaskan bila aku mengenal mereka bertiga. Bagaimana kalau tiba-tiba aku juga diseret ke pasukan pengintai dan mati? Aku masih berpikiran realis, aku tidak mau mati hanya untuk melawan raksasa. Aku bahkan tidak tau aku memiliki kemampuan atau tidak.

Aku kembali mengistirahatkan badanku di kasur yang kemarin masih asing bagiku. Dan sepertinya hari ini juga, sih. Namun perlahan-lahan, aku harus terbiasa dengan semua hal yang terbatas disini, bukan?

Aku memandangi langit-langit kamarku. Aku mulai terbiasa dengan suasana ini. Kemudian, memejamkan mataku. Sepertinya aku mulai mengantuk.

Namun sebelum benar-benar terlelap, aku menuju meja, menarik kursinya, kemudian duduk dan menyusun kata-kata yang akan kurangkai menjadi cerita untuk hari ini. Ya, aku mencoba untuk menulis cerita harianku dengan rutin.


° Buku - 2

Hari ini adalah hari keduaku bangun disini. Tidak banyak hal spesial yang terjadi. Namun, aku mulai mengenal ketiga tokoh utama. Mereka sepertinya "tertarik" kepadaku. Semoga besok aku tidak tertawa jika ini hanya perasaanku yang terlalu percaya diri.

Aku mulai mengenal lingkungan disini. Sebenarnya baru sedikit. Aku belum berbaur dengan orang-orang disini (kecuali orang yang sudah aku sebutkan tadi). Hari ini (lumayan) menyenangkan.

































°











































21 Mei 2024
pesan :: semoga alurnya gak kelambatan dan terlalu "menye-menye" ya. aku sibuk lagi, hehe, jadi updatenya kalo gak seminggu sekali ya dua minggu sekali. thank you yang udah baca </3


escape | levi ackerman.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang