viii.

27 6 6
                                    

; sebuah keinginan

*   *   *

° Buku - 2

Hari ini benar-benar indah buatku. Aku bahkan masih bisa ingat dengan jelas apa yang aku bicarakan dengan Kapten Levi tadi sore. Aku nggak tahu apakah dia memang sering memperhatikan penduduk kota atau bagaimana, tapi dia berkata padaku bahwa dia belum pernah melihatku sebelumnya.

Dan berhubung aku nggak tahu dengan jelas bagaimana diriku disini (alias pemilik tubuh ini sebelum aku) bersifat, aku hanya mengarang cerita dan mengatakan bahwa aku perempuan yang jarang keluar dari rumah.

*   *   *

Reader's POV

SEHARUSNYA, sekarang aku sudah tidur. Namun, ada satu dua hal yang membuatku nggak bisa tidur di jam yang biasanya malam ini. Yang pertama, nggak lain adalah pertemuanku dengan Kapten Levi tadi sore. Rasa-rasanya itu benar-benar seperti mimpi.

Seharusnya aku juga nggak kaget dengan fakta ini, tapi tinggiku dan tingginya hanya selisih 5cm. Hehe. Dan bagiku itu sangat lucu!

Danau dan jembatan sore itu tampak seperti biasanya. Masih sama seperti kemarin ketika aku melalui tempat ini untuk mengantarkan koran ke tempat-tempat sekitar situ. Namun sore itu, aku memutuskan untuk menyapa seseorang yang sedang duduk di tepi danau. Tepatnya, setelah semua pekerjaanku selesai.

"Aku nggak pernah lihat kamu sebelumnya."

Itu katanya, tepat beberapa saat setelah hening berada di antara kita. Walau sebenarnya aku agak kelabakan, akhirnya hal yang dapat kulakukan tentu saja hanya berbohong. Semoga nggak ketahuan, karena dengar-dengar, kapten ini sangat cerdik dan pintar mengintimidasi.

"Hmm.... Sepertinya aku hanya terlalu sering berada di rumah. Karena menurutku itu jauh lebih seru. Mempelajari banyak buku tentang pengobatan manusia nggak pernah membosankan buat aku."

Kemudian, akibat bicaraku yang terlalu banyak, sepertinya dia malah tertarik dengan hal yang aku ucapkan tadi. Pembicaraan kami pun berlanjut dan mengalir dengan sendirinya.

Dari cara Kapten mengajakku berbicara, aku harap dia nggak akan ngelupain pertemuan singkatnya dengan gadis yang tiba-tiba muncul di pinggir sungai ini.

Ya, semoga.

Dalam hati, aku merapalkan doa; semoga aku diberi kesempatan untuk bertemu dengannya dan melanjutkan pembicaraan kami.

Rasa-rasanya ceroboh juga aku main berbohong bahwa aku tertarik dengan ilmu kedokteran. Iya, kan? Pengobatan manusia disebut ilmu kedokteran? Padahal aku sendiri nggak tahu sampai mana ilmu kedokteran berkembang disini.

Oh, kalau disini belum berkembang, bukannya keren kalau aku menjadi dokter pertama disini? Ah, gila. Tentu aja itu nggak mudah, apalagi bagi anak yang baru berumur 17 tahun sepertiku.

Eh, enggak sih. Kalau nggak salah ayahnya Eren seorang dokter, kan?

Masa bodoh... Memangnya kapten akan mengingatku? Yah walau sebenarnya aku sedikit berharap sih. Kayaknya nggak salah kalau aku sedikit belajar mengenai hal itu...

"Ibu, apakah ibu mempunyai buku tentang ilmu kedokteran?"

"Hmm? Kamu lupa nenekmu seorang dokter? Kalau kamu tertarik membacanya, kamu bisa berkunjung ke rumahnya."

"Benarkah? Apakah besok ibu sudah sembuh dan bisa mengantarkanku?"

"Sudah, sayang."

*   *   *

Author's POV

Langit sudah gelap sekarang. Ini adalah pertanda bahwa malam telah tiba. Kira-kira sekarang adalah pukul tujuh malam. Dan meskipun sudah memasuki pukul tujuh, suasana di sekitar pasukan pengintai masih ramai.

Levi melewati tempat makan itu dengan tatapan sebal—seperti biasanya. Mengingat, bahwa keributan di rumah makan tidak hanya terjadi di malam ini.

Hange yang berada di ujung koridor dan melihat Levi berjalan tentu saja tidak akan membiarkan Levi berjalan dengan tenang, dia berlari dari ujung koridor dan mendekati Levi, nggak lupa sambil meneriakkan nama Levi.

"Berisik, mata empat!"

Lalu, yang terjadi selanjutnya adalah mereka berdua berjalan menyusuri koridor bersama. Dan entah karena apa, Levi tiba-tiba ingin memberitahu Hange bahwa tadi dia bertemu dengan seorang perempuan yang tertarik dengan ilmu itu.

Yah, meskipun dia bukan satu-satunya dokter di dalam dinding. Namun menurut Levi, umurnya sesuai jika dia diajak untuk bergabung ke pasukan pengintai.

"Tadi aku bertemu seseorang."

"Huh, siapa?"

"Aku tidak tau namanya, tapi dia sepertinya tertarik dengan pengobatan. Kurasa cocok jika dia bisa bergabung ke pasukan pengintai."

"Hah? Kalau kau tidak mengenalnya bagaimana kita bisa mengajaknya bergabung?"

Dan selanjutnya, Levi hanya terdiam mendengar jawaban Hange.





































°




























































































09 Juni 2024
pesan :: hii semoga gak OOC ya jadinya, maaf kalo keliatannya ooc dan gaakk jelas. semoga gak kependekan. dan makasihh yang udah mampir, ketemu lagi besok <3

escape | levi ackerman.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang