4. Permulaan dari sebuah rasa

490 36 2
                                    


"Al... makanan-nya kenapa? Ga enak ya?"
*

Tujuh hari telah berlalu sejak Alma memulai pekerjaan barunya di kantor. Selama waktu itu, ia telah beradaptasi dengan sangat baik, membangun banyak relasi dan teman. Setiap kali makan siang tiba, Alma tidak pernah makan sendirian. Gisela dan Pram selalu ada di sampingnya, membuat suasana makan siang menjadi semakin hangat dan penuh tawa.

Pada hari itu, mereka duduk di meja makan yang sama, dikelilingi oleh keramaian kantin yang bising. Aroma berbagai hidangan menggantung di udara, bercampur dengan suara tawa dan obrolan karyawan. Alma yang tengah asyik mengaduk saladnya, mendengarkan cerita Gisela dan Pram yang penuh semangat.

Gisela Darma, yang lebih akrab dipanggil Gisel, merupakan sepupu dari Pramudya Fernando, lelaki yang biasa dia panggil dengan sebutan Kak Pram. Gisel tidak hanya memiliki kecantikan luar biasa, tetapi juga pesona dan kepribadian ramah yang membuatnya mudah bergaul. Anak pertama dari dua bersaudara ini menghabiskan masa kecilnya di Bali dan masa remajanya sebagai model.

Tubuhnya yang tinggi dan ramping menjadikannya model ideal untuk berbagai pakaian. Di balik penampilannya yang menawan, Gisel tetap rendah hati dan penuh semangat belajar, ia memiliki sifat lucu dan sedikit manja yang membuat Alma merasa gemas. Gisel bekerja di divisi keuangan, letaknya beda beberapa lantai dari tempat Darron, Pram dan Alma berada.

Alma juga mengetahui bahwa banyak relasi keluarga Darron dan Pram terlibat dalam perusahaan DMI. Kakek Darron adalah pemilik Dunia Musik Indonesia, meskipun Darron adalah penerus perusahaan, dia memulai karirnya dari posisi staff untuk belajar dari dasar. Alma mengagumi dedikasi Darron yang meski tinggi posisinya, tetap ingin belajar dan memahami setiap aspek perusahaan.

Lamunan Alma terhenti saat Pram memecahkan konsentrasinya.
"Ma, kenapa bengong?" tanya Pram dengan nada penasaran, sambil memiringkan kepalanya.

"Iya, ih. Mikirin apa sih lo, Al?" Gisel ikut bertanya, suaranya penuh rasa ingin tahu.

"Ah, nggak," jawab Alma singkat, berusaha menyembunyikan perasaannya.

"Yang bener, Ma. Kenapa sih?" Pram mengangkat alisnya, menunggu penjelasan lebih lanjut.

"Beneran! Gue gapapa," Alma bersikeras dengan nada yang mencoba terdengar meyakinkan.

Tiba-tiba, sosok Darron muncul dari kejauhan, berjalan menuju meja mereka. Tiga pasang mata langsung tertuju padanya.

"Itu Kak Darron mau makan di sini? Tumben banget, kenapa dia?" Gisel bertanya dengan nada tinggi. Ini adalah kali pertama Darron terlihat di kantin perusahaan. Biasanya, dia lebih memilih makan di ruang kerjanya dengan makanan yang diantar oleh supirnya.

"Bos, tumben kesini bos?" Pram menyambut dengan semangat.

"Emang kenapa? Ga boleh?" Darron menjawab dengan nada ketus, tampak sedikit terganggu.

"Ya boleh, Kak Darron... cuma bingung aja. Kan ga pernah makan di sini sama sekali." Gisel menatap Darron dengan heran- terlihat jelas dari matanya.

"Pengen ngecek aja makanan di sini gimana." Darron melirik Alma yang tengah memainkan sedotan di depannya, seolah-olah tidak menyadari kehadiran Darron.

"Al... makanan-nya kenapa? Ga enak ya?" Darron bertanya dengan nada khawatir, matanya memandang Alma dengan tajam.

Gisel dan Pram saling bertukar tatapan, semakin bingung dengan tingkah laku yang Darron tunjukkan. Pertanyaan yang keluar adalah pertanyaan biasa. Namun, si pemberi pertanyaan yang membuat mereka tercengang. Selama Pram dan Gisel mengenal Darron, tidak pernah sekalipun mereka melihat Darron memperhatikan orang lain selain ibunya.
Darron adalah sosok yang terlihat sangat cuek dan tidak acuh pada sekitar. Hal ini terjadi karena semasa sekolah, para perempuan selalu berusaha mendekatinya. Mereka mencoba memberi perhatian yang menurut Darron berlebihan.

TERSIPU | Why do I still have feelings for you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang