18. Jepang

359 33 2
                                    

Ruangan bernuansa abu-abu milik Darron itu dipenuhi dengan diskusi panas dari ketiga orang di dalamnya, Pram, Iqbaal, dan Darron. Di tengah perbincangan mereka yang mulai santai, mata Darron tak henti-hentinya terpaku pada layar ponselnya, senyum lebar menghiasi wajahnya.

"Woi, Ron! Dari tadi senyum-senyum mulu, kenapa sih?" tanya Pram penasaran. Iqbaal yang baru saja menyadari perubahan raut wajah Darron pun menimpali, "Iya, kenapa sih? Ada apa sama lo Ron?" Darron mengangkat kepalanya, masih dengan senyum yang tak pudar.

"Ini nih, Alma. Dia panik karena gue silent handphone-nya tadi. Kirain gue marah," jawabnya gemas. Bayangan Alma yang panik membuatnya semakin gemas dan tak bisa berhenti tersenyum.

"Bucin lo, Ron!" celetuk Pram, disusul tawa Iqbaal.

"Alma? Alma yang anak kantor kita?" tanya Iqbaal, masih belum paham situasinya.

"Iya, Alma mana lagi?" jawab Pram heran. Darron yang mendengar pertanyaan Iqbaal, mengernyitkan dahi, menunggu kalimat lanjutan yang akan keluar dari mulut anak buahnya itu.

"Lo lagi deket sama Alma, Ron? Sejak kapan?" tanya Iqbaal, raut wajahnya penuh rasa penasaran.

"Dari awal masuk kantor juga udah deket kali si Darron," jawab Pram, seolah ingin membantu Darron menjelaskan.

"Anjir, sorry ya Ron! Gue nggak tau. Pantesan pas gue mau PDKT sama dia, sikap lo aneh banget. Hahaha!" Iqbaal tertawa lepas, merasa bersalah karena telah salah paham. Darron hanya membalasnya dengan anggukan dan senyuman tipis di ujung bibirnya.

"Tapi gue akuin sih, Alma cantik banget. Udah pinter, cantik, tinggi terus lucu lagi. Paket lengkap banget. Gila. Siapa yang ga suka sama dia." Iqbaal memuji Alma dengan intonasi suara yang semangat dan mata yang berbinar.

Darron memicingkan matanya ke arah Iqbaal. Menahan emosinya dengan mengepalkan satu tangan. Darron cemburu dan merasa tidak nyaman ada orang yang memuja-muja wanitanya. Pram yang menyadari hal itu memecah emosi Darron.

"Santai Ron. Itu pujian biasa. Bukan apa-apa. Lo harusnya bersyukur, calon istri lo ternyata paket lengkap," ujar Pram.

"Hah? Calon istri? Gercep banget Ron.!Selamat ya Ron. Turut bahagia gue, hebat lo bikin Alma mau nikah sama lo." Lagi-lagi Iqbaal berbicara tidak sesuai dengan porsinya. Rasanya kalimat yang keluar dari mulut Iqbaal hanya berisikan ejekan.

"Kapan Ron nikahnya?" lanjut Iqbaal.

"September," jawab Darron ketus. Kini bukan hanya Iqbaal yang terkejut. Pram pun amat terkejut dengan jawaban Darron.

"2 bulan lagi? Wah cepet banget. Congrats deh Ron," ucap Iqbaal

Pram mulai heran dengan sikap Darron. Apakah ini hanya jawaban asal atau Darron sudah benar benar mempertimbangkan semua hal itu dengan baik? Hanya Darron yang dapat menjawabnya.

Ketiga pria itu mengembalikan fokusnya pada berkas berkas di depan mereka. Dengan tujuan agar pekerjaan tersebut segera selesai dan tidak mengganggu waktu istirahat.

***

Alma masih terlelap dalam tidurnya, di dalam kamar dengan ukuran 37m persegi yang memiliki dinding berwarna putih, dengan lis hitam pada atap dindingnya.

Terdapat 2 single bed di kamar ini, karena Alma akan berbagi ruangan dengan Nadila. Sofa panjang berwarna abu-abu terletak tepat di depan tempat tidur mereka. Jendela besar yang memperlihatkan pemandangan jalanan kota, membuat cahaya alami bisa masuk ke dalam ruangan tersebut.

Alma yang masih tidur tidak menyadari bahwa sudah banyak pesan dan telepon masuk yang tak terjawab olehnya. Semua keluarga sudah mencarinya. Seharusnya sore ini mereka semua berkumpul untuk menonton pertandingan Jayendra. Namun kabar dari Alma tak kunjung mereka dapatkan.

TERSIPU | Why do I still have feelings for you?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang