25. Luka yang tak berbekas

6.4K 529 63
                                    

...Happy Reading...

Ray menatap Neo yang tertidur di pelukannya, dua jam telah berlalu setelah ia mengusir wanita yang berusia sepantaran sang ayah, ia bersikeras ingin menemui Neo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ray menatap Neo yang tertidur di pelukannya, dua jam telah berlalu setelah ia mengusir wanita yang berusia sepantaran sang ayah, ia bersikeras ingin menemui Neo.

"Dia nggak boleh bawa Neo, gw nggak peduli apapun alesannya."

Ray menunduk menatap wajah Neo yang nampak tenang.

"Mungkin," Ray mengalihkan pandangannya ke depan dimana terdapat jendela kaca yang menampakan pemandangan taman depan rumah sakit yang berisi, entah itu pasien maupun keluarga pasien.

"Kalo dulu, gw bakal nyerahin Neo sukarela, tapi sekarang berbeda." Ray menunduk lagi, tangannya mengusap pipi yang kini sedikit lebih terisi, hanya 1%.

"Dan gw hampir terlambat, gw- gw minta maaf."
Tok.. tok.. tok..

Ray mengusap matanya guna menghapus air mata yang sudah menganak sungai.

"Siapa?"

"Ayah, Ray." Arga datang dengan Ares di belakangnya, walau pemuda itu hanya diam dan bermuka datar, tetapi mata tajamnya itu menatap lekat remaja di dekapan Ray.

"Masih ingat anaknya tiga?"

"RAY!" Arga menenangkan putra sulungnya dengan menepuk punggungnya pelan.

"Ares!" Arga menggeleng pelan, dan itu membuat Ares kembali diam.

"Ray, pulang sama Ares, besok sekolah! Teman-teman kamu udah ayah suruh pulang." Ray menggeleng, matanya melirik Ares.

"Ray nggak mau yah!"

Arga menghela napas menghadapi keras kepalanya Ray, "Ray!" Ares menatap tajam Ray.

"Anak itu memberi pengaruh buruk, buang aja ke panti, yah."

Ray membaringkan Neo senyaman mungkin, lalu menutup tubuh kurus itu dengan selimut putih khas rumah sakit. Sampai akhirnya Ray bangkit dan,

Bugh..

Pukulan keras mengenai wajah tampan Ares, sedangkan Arga menahan tubuh Ray yang akan kembali melayangkan pukulan.

"Berhenti Ray!" Tangan Ray yang mengepal berhenti di udara, sebelum kembali ke tempat semula.

"Ares, Ray, sekarang kalian berdua pulang! Dan jangan membantah Ray!" Ray yang ingin menjawab terhenti, matanya enggan menatap netra hitam yang melihatnya dengan tajam, oke ia kalah telak.

"Oke, Ray kalah." Ray mengecup sekilas pucuk kepala Neo yang tertidur pulas.

"Nanti gw kesini lagi." Ray berbisik di telinga Neo sebelum akhirnya keluar diikuti Ares.

Sekarang hanya ada Arga yang tengah berdiri memandangi seonggok daging bernyawa yang menutup mata.

"Kamu terlalu mirip dia."

Kenapa Harus Neo?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang