33. Sesal yang terlambat

5.2K 483 45
                                    

...Happy Reading...

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gelap itu yang pertama kali Neo lihat, ruang gelap tanpa ujung membuat pemuda 17 tahun itu ketakutan layaknya anak kecil. Terakhir yang Neo ingat hanya rasa sakit saat tubuhnya dihantam oleh benda tumpul berkali-kali sampai pada akhirnya kesadarannya menghilang dan ia terbangun di tempat ini.

Entah apa yang terjadi dengan dirinya. Namun, Neo merasa semua lepas begitu saja, bahkan tekanan di hatinya menghilang begitu saja. Sampai seorang wanita muncul dan berjalan ke arahnya.

Raina, wanita yang sangat Neo sayangi walau wanita itulah pemberi luka untuk dirinya.

Neo menunduk, dulu ia selalu bertanya dimana bundanya, dimana Raina namun bukannya menjawab semua orang hanya menyalahkan dan menyudutkannya sampai sang oma tiba-tba menjawab tanpa berpikir siapa yang ia ajak bicara.

"Kau pembunuh."

Bayangkan saja, seorang anak kecil yang bahkan belum lancar membaca harus dicap pembunuh. Neo bahkan waktu itu sama sekali tidak tahu apa arti dari kata pembunuh.

Sampai pada akhirnya Neo tahu sebagian makna kata itu. Baginya 'pembunuh' adalah anak nakal, bahkan definisi pembunuh bagi Neo hanya sebatas delusi anak kecil yang mengakar hingga sekarang.

Itulah mengapa Neo selalu bertanya pada semua, apakah dia anak baik atau anak nakal. Namun tidak ada yang benar-benar menjawabnya, mereka menganggapnya omong kosong.

"Neo anak baik, Neo anak baik. Neo ndak nakal. Neo baik hiks.. Neo bukan anak hiks.. Neo bukan hiks.. hiks.."

"Nda." Neo mendongak saat suara anak kecil terdengar olehnya walau dengan sesenggukan. Di depannya, tepat di depan matanya ia melihat punggung seorang anak kecil yang saat ini tengah merentangkan kedua tangannya ke arah Raina.

"Luk O nda." (Peluk Neo bunda)

Neo berdiri sembari menghapus air matanya yang mulai turun. Di depannya ia melihat Raina yang secara perlahan mendekati anak kecil di depannya, entah sadar atau tidak anak kecil itu mirip dengannya.

Neo nampak terpaku saat wanita itu tersenyum ke arah anak kecil itu. Senyum yang sama yang tak pernah ditunjukan kepadanya, ia sungguh iri dengan anak didepannya itu yang dengan mudah mendapatkannya.

"PEMBUNUH!" Entah darimana asal suara teriakan menggema itu yang bahkan menghasilkan gaung yang panjang dan dapat menarik perhatian Neo.

"NDAA! AAAA.." Neo refleks menoleh saat anak kecil di depannya tiba-tiba menjerit keras dengan sosok Raina yang perlahan memudar dengan raut wajah datar yang menatap dirinya dengan tatapan sama yang pernah ia dapatkan.

Bruk.. Neo berjongkok seraya menutup kedua indra pendengarnya.

"PEMBUNUH!"

"NDAAAA.. O KUTTT.. NDAA HUAAA.." (BUNDAAA.. NEO IKUTTT.. BUNDA.. HUAA..)

Kenapa Harus Neo?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang