29. Neo sayang bunda

4.4K 447 41
                                    

...Happy Reading...

Arga mondar-mandir di dalam ruangannya, berita di televisi menjadi penyebab atas kegelisahannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arga mondar-mandir di dalam ruangannya, berita di televisi menjadi penyebab atas kegelisahannya.

"Ternyata ini yang wanita itu maksud, sialan!" Arga mengacak-acak rambutnya sendiri, perusahaannya bisa hancur kalau sampai orang-orang terhasut berita. Perusahaan yang ia bangun bersama sang istri dari nol, Arga tak mungkin bisa melihatnya hancur oleh orang yang sama, yang membuat keluargannya hancur.

"Bagaimana ini-"

Brak..

'Ayah."

Arga menoleh mendapati Ares yang terlihat terengeh-engeh di ambang pintu.

"Duduk." Ares mematuhi berjalan menuju sofa setelah menutup pintu ruangan.

"Ayah, berita-"

"Ayah tahu." Ares menatap layar televisi yang menayangkan acara berita pagi, tentang seorang pengusaha yang melakukan tidak kekerasan terhadap-

Tok.. tok.. tok..

Arga bangkit untuk melihat siapa yang mengetuk, entah siapa karna biasanya para karyawan di kantor akan menghubunginya terlebih dahulu sedangkan sendari tadi tak ada seorang pun yang menghubungi.

Ceklek..

"Ada perlu ap-"

...

Neo sendari tadi diam memainkan boneka yang selalu ia mainkan, sedangkan Juan dan Jian bingung harus berbuat apa, sudah banyak upaya yang mereka gunakan untuk membuat bibir manis itu kembali tersenyum tapi tak satupun usaha mereka sukses.

"Cil."

Neo menatap Juan yang memanggilnya, matanya enggan berkedip melihat remaja yang sekarang menjadi temannya.

"Suka," Juan mengelus rambut Neo yang masih menatap lekat dirinya.

"Senyum Juju, Neo suka." Juan mengaruk kepala belakangnya sedangkan Jian melongok dari depan dengan wajah cengo.

"Nggak ada manis-manisnya tu senyum." Mata kanan Juan berkedut, melirik tajam Jian yang kembali ke tempat semula, di sampingnya.

Plak..

"Heh.. ringan tangan lo, kdrt."

Plak.. Juan memukul jidat Jian untuk kedua kalinya dan di tempat yang sama.

"Heh.. sakit, kalo gw amnesia lo mau tanggung jawab?"

"Gw geplak seratus kali pun kagak mungkin, gw jedotin seratus kali ke tembok baru-"

"Apa? Amnesia?" Jian menunggu jawabannya, bahkan Neo ikut penasaran.

"Baru koid lah, yakali amnesia doang, satu kali pingsan seratus kali dijemput lo ama yang diatas."

Kenapa Harus Neo?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang