27. Pergi yang menyakitkan

5.6K 599 50
                                    

...Happy Reading...

"Ayah berangkat, nanti kalo ada suser kesini kasih makan, Neo harus makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Ayah berangkat, nanti kalo ada suser kesini kasih makan, Neo harus makan. Paham Neo?" Neo mengangguk tanpa menatap Arga, membuat pria itu menghela napas sebentar lalu melenggang pergi meninggalkan Neo dalam keheningan.

"Yayah pergi."

"Hiks.. hiks.. Neo- Neo sendiri." Kepalanya menoleh menatap sendu pintu yang baru saja tertutup.

"Yayah, Neo sayang yayah, ta- tapi yayah nakal hiks.. yayah nakal hiks.. Neo sendiri."

Neo berbaring sembari terisak berusaha meredam tangisannya, tangannya terkepal erat menyalurkan rasa sakit dan sesak di dalam dadanya, rasa yang tidak pernah Neo sukai, rasa yang selalu ingin Neo buang jauh-jauh.

Saat ini menunjukan pukul 8 pagi, sebenarnya tadi pagi-pagi buta saat Neo masih terlelap Ray datang lengkap dengan seragam dan tas hitamnya, entah apa yang dipikirkan anak itu padahal arah sekolah dan rumah sakit tempat Neo dirawat berlawanan arah.

"Hiks.."

Tok.. tok.. tok..

Neo segera menutup dirinya dengan selimut walau beberapa helai rambutnya terlihat. Neo takut, tapi tidak tau apa yang ia takutkan.

Ceklek..

"Permisi." Neo diam menutup rapat mulutnya, ia tak ingin menjawab.

"Adek buka selimutnya dulu, ya?"

"Neo lagi bobo, no ganggu-ganggu. Hus.. hus.." Wanita muda itu tersenyum geli sembari meletakkan nampan berisi makanan pasien.

"Adek lagi apa, nanti sesak loh nggak ada oksigen." Neo tidak menjawab tetapi selimut bagian atas terlihat bergerak kekanan ke kiri.

"Neo- bobo ndak mau bangun." Suster itu menghela napas, suara serak Neo membuatnya tersenyum iba, pasti karna menangis.

"Ya udah, tapi makanannya dimakan ya, nanti sembuhnya lama loh." Tidak mendapat jawaban suster itu berbalik pergi dengan tenang.

"Sudah pergi?"

Tidak ada jawaban hanya kesunyian yang menemani, Neo perlahan menurunkan selimutnya dan hanya menampilkan kepala.

"Makan."

Mendudukan diri perlahan mencoba mengintip isi nampan, hanya ada satu mangkuk bubur dan segelas air putih. Matanya mengerjap lalu menatap depan ke arah tembok putih ruangan.

"Neo ndak suka sendiri.. jangan sendiri. Neo ndak suka bubur hijau."

Neo mencoba menutup mata saat matanya terasa ingin mengeluarkan sesuatu, dadanya sesak tapi ia tak mengeluarkan suaranya tenggorokannya tercekat.

"Neo- Neo mau yayah- Ne-"

Perlahan cairan bening keluar dari sudut mata sembab itu, matanya terus terbuka menatap ke arah depan yang menampilkan tembok polos.

Kenapa Harus Neo?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang