BAB 1

78 59 19
                                    

VOTE GUYS, NNTI AKU NGEREOG 👹👹

ALESSIA MAVIE, wajahnya lesu ketika ia membiarkan dirinya ambruk ke kasur yang empuk dan nyaman itu. Mavie baru saja kembali dari pelatihan pencak silat yang sudah ia tekuni selama dua tahun.

Sedari kecil, Mavie memang sangat menyukai beladiri, tetapi, mendiang ayahnya sempat tidak mengijinkan Mavie menekuni cabang olahraga itu. Banyak alasan yang Mavie lontarkan, dan banyak pula jawaban dari sang ayah yang membuat Mavie tak berkutik.

Tapi pada akhirnya, di tahun terakhir sebelum ayah Mavie wafat, pria paruh baya itu akhirnya mengijinkan putri sulungnya untuk menekuni bela diri. Dan pencak silat adalah pilihan yang menarik perhatian Mavie paling dalam.

****

Mavie menghela nafas panjang, ia bangkit dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

"Hahh- segarnya...," Ucap Mavie ketika air mengalir di sekujur tubuhnya. Mavie memutar shower nya hingga berhenti. Ia berbalik, mengeringkan tubuh basahnya yang kini berbau wangi dengan handuk yang ia bawa. Terakhir, Mavie mengenakan pakaian bersih sebelum ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi.

Mavie terus melangkahkan kakinya, dan sekali lagi membaringkan tubuh nya diatas kasur. Mavie meraih ponsel nya dan menyetel lagu. Pikirannya terbang kemana-mana, tapi, itu terpusat pada Sean.

SEAN KARTAWIJAYA, seorang pria berusia 22 tahun yang telah menjadi kekasih Mavie semenjak pertengahan tahun terakhir masa SMA mereka. Mavie dan Sean saling mengenal ketika dilaksanakannya class meeting tengah semester di SMA mereka.

Berawal dari saling memuji, lanjut ke percakapan seru dan dalam. Sean akhirnya meminta Mavie untuk menjadi pacarnya. Banyak hal yang mereka lakukan bersama.

Mavie sangat suka menggambar Sean di selembar kertas dengan pensil nya. Sean juga selalu mengirim foto-foto random pada Mavie, dan hal sesederhana itu membuat perempuan bertangan seni itu kegirangan bukan main.

Pernah ketika Mavie berlatih baris-berbaris untuk pelaksanaan upacara kemerdekaan, Sean mengirim sebuah foto pada Mavie. Rambut lelaki itu terurai ke depan lantaran ia sudah cukup lama tidak memotongnya. Dengan riang, Mavie meloncat-loncat dan menunjukkan foto itu kepada teman dekatnya.

"Lihat ini! Sean lucu banget sih! Rambutnya bisa ponian gituu," ujar Mavie.

"Ih, apaan coba, Sean, Sean gitu doang," balas sang teman sambil menyenggol lengan Mavie.

Tapi, semua itu telah berlalu. Semuanya berubah ketika Mavie dan Sean lulus dari SMA dan menempuh pendidikan yang berbeda. Mavie menetap di Yogyakarta, sedangkan Sean mendaftar kuliah di salah satu universitas di Jakarta.

Sejak saat itu, Sean mulai mengabaikan Mavie. Ia kerap mengabaikan pesan-pesan yang Mavie kirim, mengabaikan panggilan video yang Mavie coba lakukan. Bahkan di malam itu, Mavie ingat betul bagaimana ia menyapa Sean di sebuah pesan suara.

"Hai Ataa, by the way, kata bunda kamu lagi sakit? Get well soon yaa"

Sean bahkan tidak langsung membalas pesan suara Mavie, ia membalas pesan suara itu keesokannya pukul 02:31 dini hari.

"Hai juga, Mavie," ucap Sean dengan suaranya yang sedikit serak. "Makasi perhatiannya, tapi kamu ga perlu terus terusan kirim pesan ke aku. Aku udah dewasa, Mav, aku bisa jaga diri..."

Hati Mavie terasa kosong ketika ia mendengar apa yang Sean ucapkan. Bagaimana bisa ia begitu berubah? Dimana Sean Kartawijaya yang selalu perhatian dan manja pada Mavie?

"Tapi, Ataa, kamu tu berharga loh buat aku. Kamu kenapa sih tiba tiba kaya gini? Kalau lagi ada masalah, cerita aja ke Mavie," ucap Mavie dengan sendu.

"Ga ada masalah, Mav, aku cuma sibuk kuliah, itu aja."

"Tapi kan..."

"Shh, udahlah, Mav.. Dengerin yaa, ini udah mau jam 3 pagi lo. Emang kamu ga istirahat? Lagian, nanti jadwal kelas pagi kan? Udahlah, sana tidur. Ata mau tidur juga, good night, Mavie...," Balas Sean sesaat sebelum panggilan suara itu mati.

****

Mata Mavie yang hampir saja terpejam terbuka lebar kembali ketika ia mendengar sebuah tanda notifikasi. Tangan Mavie dengan pesat meraih ponsel yang tergeletak tak jauh dari tempat ia membaringkan diri.

Mata Mavie melebar ketika ia melihat notifikasi dari akun media sosialnya itu.

BERSAMBUNG...
















JANGAN LUPA VOTEEEE!!!

JANGAN LUPA COMMENT JUGAAA!!

Terimakasiiih 🥰

My Italian DaylightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang