BAB 4

53 44 4
                                    

Sebelum baca, jangan lupa ;
Follow!

Vote!
Comment!

Terimakasih, happy Reading :D

4 Oktober

Satu bulan telah berlalu semenjak adanya kabar bahwa Michaello mengalami kecelakaan. Hari itu, hati Mavie begitu gundah. Sean tidak lagi menghubunginya, atau bahkan membalas pesannya.

Ingatan Mavie membawanya kembali dimasa SMA. Ia ingat bagaimana awal muka ia menyukai lelaki berkulit sawo matang dan memiliki mata coklat yang lentik itu. Semua hal tentang Sean masih tertata rapi, berbaris di setiap sudut ingatan Mavie.

Kenangan tentang rambut panjang Sean yang sering dicemooh guru, jaket hitam yang sering Sean gunakan, warna dan makanan favorit Sean, dan banyak hal lainnya yang Mavie ragu akan bisa melupakan.

Mavie terduduk di depan mejanya, membaca buku-buku yang telah lama ia abaikan di kamarnya. Bukan karena bosan, tapi karena keterbatasan waktu. Kala itu, Mavie adalah anggota paskibraka. Ia berlatih setiap hari Senin, Rabu, dan Jum'at.

Setelah pulang latihan dihari Jum'at, gadis itu juga hanya punya sedikit waktu untuk beristirahat sebelum kembali menapakkan kakinya ke tanah. Membimbing kepramukaan di SMA nya.

Mavie juga harus mengasah kemampuan bela dirinya, mempersiapkan diri pada lomba-lomba yang akan datang. Begitulah cara Mavie menghabiskan waktu SMA nya.

Klingg, ponsel Mavie berbunyi.

Kenangan tentang Sean dan masa-masa indah keduanya tiba-tiba buyar ketika ponsel itu berbunyi. Mata gadis itu melirik kearah layar. Alisnya terangkat.

---------------------

@michaelllooo_7 memposting cerita 15 detik

---------------------

Sepasang mata sendu itu berbinar. Mavie tidak tahu mengapa ia seketika merasa bahagia saat Michaello mengunggah sesuatu.

Mavie segera meraih ponsel itu, membuka akun instagram miliknya, dan memeriksa akun Michaello. Jarinya dengan cepat menekan cerita yang diunggah lelaki itu.

---------------------

I'm back.

Thankyou so much for everyone. Thankyou for my family, friends, and all of you.

Your support was everything to me now. I'm back now, ready for riding again.

-

--------------------

Serangkaian kata yang tertulis dalam ceritanya. Sebuah klarifikasi bahwa dirinya telah pulih kembali, dan siap membagikan kontennya di media sosial.

Movie tahu, pasti banyak orang tantrum diluar sana saat mengetahui bagaimana idola mereka, sang Michaello telah kembali, dan Mavie pun ikut senang akan hal itu.

Jari-jari lentik sang gadis mulai mengetik sesuatu. Lalu mengirimnya.

@alsiaa_mviee
Mavie : Im glad you're back, hope the bike also good.

Mavie menghela nafas, meletakkan kembali ponselnya. Ia tau bahwa kali ini Michaello tidak akan membalas pesannya. Selebriti mana sih yang akan selalu membalas pesan penggemarnya?

Penggemar?

Mavie bahkan tidak tahu apakah dirinya tertarik pada Michaello. Baginya, Sean sudah cukup. Semua perhatian yang ia curahkan, hanyalah rasa kasihan karena kecelakaan hari itu. Hati Mavie sepenuhnya ada pada Sean.

Sean yang menggenggam hati Mavie dengan erat. Tapi, perlahan terlalu erat, hingga hati itu mulai hancur dalam genggamannya.


****

Hari terus berlalu, dan rasa penasaran kian berdatangan, menggerogoti batin Mavie yang mulai porak-poranda. Keinginan untuk mengobrol lagi dengan Michael lo selalu tumbuh. Pelet apasih yang dipakai pemuda itu?

Mavie menghela nafas, sudah seharian menunggu tapi Sean belum juga membalas pesannya. Mavie tak tahan lagi, waktu sudah menunjukkan pukul 21:09. Ia melakukan panggilan suara, berharap Sean mengangkat nya.

Dering pertama...

Dering kedua...

"Halo?" suara pemuda itu terdengar dari ujung telpon.

"Hai," sapa Mavie dengan canggung.

"Kenapa lagi sih, aku masih garap skripsi ini," gerutu Sean.

"Oh..." Mavie tertegun. "Aku cuma pengen ngobrol, Taa," jawab perempuan itu dengan lesu. Semua semangatnya hilang seketika.

"Nanti aja kenapa sih, deadline nya besok loh. Harus selesai malem ini."

Mavie terdiam. Bukan ini yang ia inginkan. Seharusnya, panggilan suara malam itu berjalan harmonis. Mavie merasa bersalah karena sudah mengganggu Sean. Tapi, jauh didalam, hatinya retak.

"Mavie! Kalau mau ngomong, cepet!," sentak pemuda itu.

"Sean, kamu berubah... Sejak pindah ke Jakarta, kamu bener-bener bukan Sean yang kukenal di Jogja."

"Semua orang juga berubah, kamu aja yang terlalu cengeng, Mav. Kamu immature, tau g sih?"

Mavie kembali terdiam. Ia ingin sekali menangis, merengek kepada Sean untuk memaafkannya. Merengek pada Sean untuk kembali.

"Sean, maaf ya..."

"Mav? Kenapa manggil aku kaya gitu? Mav, dengerin, aku-"

Belum sempat pemuda itu menyelesaikan kalimatnya, Mavie menutup panggilan itu.


How do you feel the same, without me?

-Without me, Dayseeker.









Bersambung...

Readerrrss!!!

Maaf niih, 2 minggu ini belum up😔😭

Ujian dimana-mana, acara kelulusan, sampai ikut nemenin adik piknik. Maaf yaa karena belum sempet up.

Jangan lupa tetep dukung akun ini yaa 🤩

CEPET VOTE & COMMENT!

JANGAN LUPA FOLLOW.

THANKS 💓

My Italian DaylightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang