Sudah dua hari ini meyra nampak lesu, Lusi merasa meyra seperti kehilangan separuh dari jiwanya.
"Ra, Lo kenapa sih?" Akhirnya Lusi bisa mengutarakan pertanyaan yang berputar putar di kepalanya.
"Gapapa, lagi malas aja. Ngantin yok." Ajaknya lalu beranjak duluan tanpa menunggu Lusi yang masih memandang nya.
"Ck, bocah." Ia pun berlari mengejar meyra.
Keduanya memasuki kantin yang sudah ramai dengan siswa siswi.
Mereka mendengar ada sorakan sorakan dari sebelah kanan kantin, keduanya menoleh dan melihat meyra mogister yang memberikan sesuatu ke Jevan.
Keduanya menjadi pusat perhatian seluruh warga kantin.Lusi menarik meyra mendekat, tanpa melihat ekspresi temannya yang terlihat sangat enggan menyaksikan adegan menggelikan itu
"Ra Ra, berulah lagi si Mogi Mogi, selesai buat si Ken patah hati sekarang kak jevan incarannya. Cih modal gatel aja bangga banget dia." Ledek Lusi berbisik bisik.
"Setidaknya dia ada yang mau." Balasan meyra membuat Lusi melotot ke arahnya
"LO NGATAIN GUE GAK ADA YANG MAU?" Suaranya berhasil menarik semua perhatian siswa siswi bahkan jevan pun menoleh ke arah mereka.Meyra yang menyadari itu langsung membekap mulut Lusi dan menaruhnya di ketiaknya.
"E..ehh sorry sorry, biasa lupa minum obat. Hehe lanjut aja lanjut, maap maap."sesalnya sambil berjalan mundur menarik Lusi. Ia tidak sengaja bertemu tatap dengan jevan namun ia langsung memutuskan pandangan lebih dulu lalu pergi membawa Lusi yang meronta ronta minta di lepaskan.
"Bodoh Lo, tolol, buluk, dongo." Segala umpatan diberikan meyra untuk Lusi yang masih sibuk merapikan rambut nya.
Kini keduanya duduk di belakang taman.
"Mulut Lo sih, pake ngatain teman segala. Lo yang mancing, malah ngomong dusta segala." Lusi mencibir
"Lah gak sadar si goblok, kan emang gak ada yang mau sama Lo. Siapa yang mau sama cewe yang cerewet dan ributnya ber sertifikat."
"Pala lu bersertifikat."
"Gak jadi kantin kan karena ulah Lo. Gak mau tau beli sesuatu sana ke kantin laper gue." Tutur meyra mengusap perutnya.
"Yee semprul, mana sini uangnya?" Tanyanya.
Meyra memberikan 2 lembar uang 50 an."Nyoh, asupan Lo hari ini gue yang bayar." Ucapan meyra berhasil membuat mood Lusi meningkat drastis.
"Uguu thank you baby muachh.." ucapnya sok imut.
"Adik pergi ya mahh, mau lihat papa di tembak sama Tante girang juga sekalian, pasti mereka dah jadian. Secara papa duluan yang deketin Tante girang. Sabar ya maaa, nanti papa balik lagi kok Sama mama kalau dia udah sadar." Ucapnya panjang lebar.
Namun ia segera berlari saat melihat meyra ber ancang ancang melempar sepatunya yang sudah dibukanya ke arahnya.
"Mama papa mama papa Lo."
Kini suasana hening, meyra mengarah ke atas melihat langit yang memberikan kesan gelap, mendung.
"Kayaknya bakal hujan deh." Gumamnya.
Ia membuka buku novel yang memang dibawa dia saat menuju kantin. Buku terbaru dengan judul "please remember me!dear."
"Wahh bukunya kayak kisah gue nih." Gumamnya lagi
Ia merasa ada pergerakan disamping nya, namun ia tetap melanjutkan membaca, mungkin Lusi pikirnya."Lo makan duluan aja lus, gue mau nyiapin satu bab ni. Tanggung."
"Ehh bab ini bikin kesal tau gak, bisa bisanya si cowo lupa sama si cewe. Padahal sebelum amnesia cewenya udah baik banget sama dia, mana effort nya gak main main. Waktu si cowo amnesia malah jadian nya sama cewe lain. Ngeselin." Lanjutnya lagi mengoceh.
Namun tidak ada balasan dari Lusi
Ia menoleh. "Lo denger gak-..." Ia berhenti bicara dan melotot saat melihat bukan Lusi lah yang ada disampingnya. Malahan jevan.
Iya jevan, yang tadi lagi menayangkan adegan romantis di kantin.
Jevan tersenyum tipis melihat keterkejutan meyra.
"Lanjut aja ngocehnya, gue denger." Ucapnya dengan suara rendahnya.
Meyra mengalihkan pandangannya tidak memandang jevan lagi.
"Apaan?" Tanya nya datar
"Mau duduk aja, kan ini punya umum." Balas jevan santai.Meyra mengangguk lalu berdiri hendak beranjak pergi.
Jevan menarik pergelangan tangannya, membuat meyra menoleh ke arahnya.Ia menaikkan alisnya
"Lo mau kemana?" Tanya jevan
"Kelas."
"Kok sekarang?"
"Ya maunya sekarang."
"Lo udah makan?" Pertanyaan jevan kali ini membuat meyra terdiam sejenak."Urusan nya sama Lo apaan? Kita gak se akrab itu buat saling tanya hal itu." Balasan sarkas meyra membuat pegangan di pergelangan tangannya melonggar.
Ia mulai melangkah pergi, tapi kakinya terhenti saat mendengar kalimat selanjutnya dari jevan.
"Ternyata Lo bukan orang yang gue cari. Lo beda sama dia, dia lemah lembut dan Lo kasar. Kayaknya memang meyra mogister yang selama ini gue cari." Ucapnya dingin.
"Ga jelas Lo." Hanya itu balasan dari meyra lalu pergi
Kali ini benar benar pergi tanpa ada halangan lagi.Ia terbaring dikamarnya. Percakapan nya dengan jevan ditaman masih terngiang ngiang di kepalanya.
"Hah jev.. maaf." Lirihnya lalu memandang foto nya dengan jevan yang dibingkai dengan bingkai warna biru. Dan diletakkan di meja belajar nya. Ia mengambilnya diam diam saat mereka berdiam diri ditaman
Tok tok tok....
"Nona, makan malam sudah siap " ucap Marni kepala asisten dirumah meyra.
Sementara di kamar jevan.
Kalimat yang dikeluarkan meyra selama percakapan mereka ditaman sungguh sarkas.
"Tapi gue ngerasa akrab sama dia." Gumamnya.
Tidak ada jejak yang bisa membantu nya menemukan meyranya.
Foto atau barang barang tidak ada."Jevan, meyra datang." Ucapan mamanya membuat jevan berdiri dan keluar kamar.
"Meyra, udah malam kok kesini?" Tanya jevan lalu menghampiri meyra yang duduk sendirian.
"Kamu belum jawab pernyataan aku tadi kak." Balasnya merengek.
Jevan menggaruk lehernya yang tidak gatal.
"Emm raa, aku belum bisa." Tolak nya halus.Senyum di wajah meyra langsung luntur mendengar penolakan dari jevan.
Ia menunduk lesu.
"Gapapa deh, kiat temanan aja." Ucapnya lalu senyum kembali muncul di wajah nya. Walaupun sebenarnya ia ingin menangis. Ini kali pertama ia ditolak oleh cowo.Jevan menatapnya dalam dalam, ia memerhatikan senyum meyra yang terlihat tulus.
"Atau memang ini meyra yang gue cari?" Batinnya.Halooo jangan lupa vote dan comment nya yaaa<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
Teen Fiction"tunggu aku bisa ngelihat lagi, kita tukeran posisi, aku yang bakal ngelindungin kamu dan selalu jadi garda terdepan kamu Ra." "dia lebih pantas buat jevan,bukan gue. tugas gue udah selesai Disini."