Setelah mengetahui identitas meyra yang sebenarnya. Kini jevan semakin lengket dengannya.
"Ra, kamu tau ga? Dari awal feeling aku dah bilang kalau yang kemarin bukan meyra yang sebenarnya." Ucap jevan memulai obrolan ketika keduanya akan menuju kelas masing masing
"Heleh heleh, sok feeling." Sarkas meyra
Meyra sebenarnya udah was was takut mommy jevan tau kalau mereka kembali dekat.
Jika nyonya besar tau, nyawa papanya akan terancam.
"Sebenarnya kamu kenapa sih Ra? Waktu aku dah bisa melihat kamu malah ngejauh." Tutur jevan menatap sendu ke arah meyra.
"Gak papa. Ya mau cari suasana baru aja." Jawaban meyra membuat jevan tertegun.
"Kamu bosan temenan sama aku?" Tanyanya menatap nanar ke arah meyra.
"Apasih? Lo aneh." Jawab meyra ketus, bahkan ia mengubah panggilan mereka.
Sungguh ia berharap dengan ini Jeno akan menjauh darinya, agar mommynya tidak melakukan hal aneh ke papanya.
Jeno yang menyadari perubahan meyra merasa kecewa. "Aku ada salah?"
"Kak Jevan, kalau di sekolah kita jangan terlalu dekat ya. Nanti ada rumor yang aneh."
Ucapan meyra semakin membuat jevan geram."kamu kenapa sih Ra? Dari awal kamu ga pernah manggil aku pake embel embel kak, juga biasanya kamu gunain aku kamu. Kamu sekarang berubah. Apa sikap kamu dulu cuma pura pura? Kamu cuma kasihan?"
Akhirnya semua unek unek yang di pendamnya sedari tadi terlontarkan juga.
Meyra tertegun, sungguh bukan ini yang ia inginkan. Tapi nasib papanya bisa bahaya kalau ia mengikuti kata hatinya.
Meyra tidak boleh egois."Aku udah punya pacar kak. Tolong ngertiin." Hanya itu kalimat yang bisa meyra sampaikan. Sebenarnya ia tidak memiliki pacar.
Tapi ya sudahlah, urusan mencari orang yang bisa di ajak kerja sama itu belakangan.Jeno yang mendengarnya menjadi sakit hati. "Kamu punya pacar? Sejak kapan? Kenapa ga bilang sama aku?"
"Emangnya Lo siapa kak? Kita cuma temanan, ga semuanya harus dibagi bagi."
"Kamu berubah Ra. Tapi gapapa aku ga bakal lupain semua kebaikan kamu. Kamu tau Ra, kamu alasan aku ga jadi ngakhirin hidup aku dulu. Sekarang aku udah bisa melihat, itu semua juga karena bantuan kamu juga. Walaupun kebaikan kamu cuma pura pura." Ucapnya dengan senyum sendunya
"Yaudah kamu ke kelas, nanti istirahat aku jemput." Jeno mengusap kepala meyra lalu berlalu pergi menuju kelasnya.
Meyra menatap punggung tegap itu yang sedetik kemudian menghilang tertutupi tembok.
"Maaf jev, papa aku bakalan bahaya kalau aku dekat kamu."
"Bagaimana?"
"Dia ga dekati Jeno Tante, dia berusaha menghindar, cuma anak Tante yang kekeuh mendekati meyra." Lapornya .
"Hmm, awasi semuanya jangan biarin gadis itu mendekati anak saya."titahnya lalu mematikan telponnya lebih dulu tanpa menunggu balasan orang di sebrang sana.
Sepulang sekolah meyra masih berada di kelas nya. Ia tahu Jevan pasti sedang menunggunya di parkiran. Sungguh, ia ingin menghindar dari Jevan.
"Kak van, nunggu siapa?" Tanya meyra mogister menghampiri jevan dengan senyum manis terpatri di wajahnya.
Jevan menoleh dengan dingin. Sepertinya perempuan ini muka tembok itulah yang ada di pikiran Jevan.
"Nunggu meyra." Jawaban jevan membuat tangannya mengepal di bawah.
"Mmm kak, boleh gak aku nebeng? Supir aku gak jemput soalnya." Tanyanya dengan wajah dibuat sesendu mungkin.
Jevan hanya menatap nya sekilas lalu kembali melihat kearah lorong sekolah menunggu kehadiran sahabat nya.
Ia mengingat betapa lembutnya dulu memperlakukan gadis didepannya ini, ia menyesal karena telah mengabaikan meyranya selama beberapa waktu dan mengira inilah sahabat nya itu."Udah pulang kali ya? Duhh mana pak Zen ga jemput lagi. Mesan taksi deh." Tukas meyra sambil berjalan santai dengan mata menatap ke arah ponselnya.
Saat hendak meng ok kan taksi orderannya tiba tiba hp nya ditarik.
"Ehh agar agarrr, balikin hp gue." Teriak meyra kesal.
"Buset nama gue bagus bagus argavi malah di ubah jadi agar agar. Lo pikir badan gue lembek lembek apa? Liat ni kekar berotot." Sombong Arga dengan menekuk nekuk kan kedua tangannya.
"He elehh, tinggal tulang kulit dan kentut doang badan Lo. Gausah sok pamer. Jijay gue." Balas meyra santai lalu menarik hp nya dari tangan Arga yang terdiam kaku mendengar kalimat pedas meyra.
Setelah sadar ia berteriak. "Ehh pucuk ubi, sialan Lo. Apanya yang tulang kulit dan kentut. Lo ga liat nii hahh badan gue." Ia berlari mengejar meyra yang sudah berlari sambil tertawa.
Keduanya akhirnya pulang bersama setelah melewati perdebatan yang jauh dari kata normal.
Bahkan di jalan mereka masih saja berdebat. "Ra Lo tau ga kenapa langit biru?" Tanya Arga dengan suara agak memekik karena mereka menggunakan motor.
"Gak tau. Kenapa?" Tanya meyra serius
"Itu karena bokap gue yang cat." Kepala Arga langsung saja di toyor meyra.
"Dewa bokap Lo?" BalasnyaArga terkekeh mendengar balasan meyra.
"Gimana Lo sama jevan?"
"Hah?"
"HUBUNGAN LO SAMA JEVAN, OTTOKE?"
"HAH TEOPOKKI?
"CONGEK LO." saking kesalnya Arga mengatai meyra.
Meyra tertawa karena puas melihat raut kesal Arga.
Sebenarnya ia mendengar pertanyaan Arga, namun ia hanya malas membahasnya.
Jika teringat dengan jevan, ia langsung merasa bersalah karena sudah mencueki cowok itu.Seakan akan persahabatan mereka selama ini tidak lah berarti.
"Bisa apa gue, kalau nyokap nya nentang? Gue bukan orang yang serakah yang mementingkan kesenangan sendiri dengan membahayakan orangtua."batinnya.
Sementara ditempat lain.
"Makasih ya kak udah nganterin aku. Hati hati." Ujar meyra mesem mesem usai turun dari mobil jevan.Jevan hanya mengangguk singkat lalu melaju pergi.
Inilah jika punya hati tidak tegaan, siapapun yang kesusahan walaupun jahat sekalipun tetap dibantu.
Ia berhenti di lampu merah dan atensi nya teralih ke persimpangan sebelah kiri terdapat meyra dan teman cowonya yang beberapa kali dilihat bersama dengan meyra sedang berdiri di warung seblak.
Mereka terlihat sedang berdebat terlihat dari meyra yang berkacak pinggang dan Arga yang menatap sinis.
Tangan jevan terkepal di setir. Ia kira meyra telah pulang ternyata berduaan dengan cowok lain.
"Meyra, segitunya kamu ngehindar. Sebenarnya kenapa? Aku salah apa?" Gumamnya
Wajahnya yang tadinya mengeras karena kesal mendadak sendu.
Sampai sekarang ia tak tau dimana letak kesalahannya.
Semenjak ia bisa melihat, meyra tak mengunjunginya.
Sempat tertipu dengan meyra palsu. Tapi meyra asli tidak mau mengaku meskipun ia sering berseliweran di sekitar Jevan saat awal awal masuk sekolah. Ia membiarkan meyra palsu berada di samping jevan. Setelah semuanya terungkap ia seperti menghindari jevan."Hahh, meyra." Cicitnya menatap wajah meyra yang tampaknya menahan kesal karena diusili Arga.
"

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
Teen Fiction"tunggu aku bisa ngelihat lagi, kita tukeran posisi, aku yang bakal ngelindungin kamu dan selalu jadi garda terdepan kamu Ra." "dia lebih pantas buat jevan,bukan gue. tugas gue udah selesai Disini."