Jangan lupa vote+komen.
🕊
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, Anin sedari tadi hanya melihat Husain yang begitu khusyuk di atas sajadah degan sebuah tasbih di tangan nya. Setelah selesai salat Isya tadi, Anin izin pada Husain agar tidur lebih dulu karena rasa kantuk yang tiba-tiba menyerang, karena kebetulan tadi Husain salat di rumah dengan Anin makmum nya
Namun saat ia sudah melepaskan mukena dan membaringkan tubuh di sofa, rasa kantuk nya menghilang begitu saja, ia memperhatikan Husain yang begitu khusyuk dalam berdzikir, wajah laki-laki itu begitu tenang seperti air yang mengalir
Merasa bosan, Anin pun turun dari sofa dan keluar dari kamar untuk menuju ke dapur agar membuatkan sesuatu untuk Husain, akhirnya Anin memilih untuk membuatkan teh hangat untuk ia sajikan
Setelah selesai di buat, Anin kembali ke kamar, lalu melihat Husain yang sudah duduk di pinggir kasur dan tersenyum melihat kehadirannya “Habis dari mana?”
Anin pun memberikan memberikan secangkir teh pada Husain “Buatin kaka teh hangat” ucap Anin. Sangat lucu rasanya mendengar Anin memanggilnya dengan sebutan kaka
Husain tersenyum kecil dan menerima teh buatan Anin itu “Terimakasih, tapi kenapa cuma satu? Punya kamu mana?”
Anin terkekeh lalu duduk di sebelah Husain “Aku gak mau, buat kaka aja, coba rasain manis nggak?” di ujung pertanyaan itu Anin berikan senyuman yang membuat Husin langsung menunduk lalu menyeruput teh nya
“MashaAllah.. Pas sekali sesuai dengan takaran Ummi ketika membuatkan teh untuk saya, terimakasih yaa”
Anin hanya mengangguk, wajah perempuan itu tiba-tiba murung membuat Husain bingung “Kenapa?”
“Aku minta maaf ya, kak, dulu aku sering maksa Abah untuk menggagalkan perjodohan kita, bukan karena apa-apa tapi aku cuma ngerasa gak pantes buat kamu, yang sering aku bilang dulu”
Sebelum menjawab pertanyaan Anin, Husain menaruh teh nya terlebih dahulu lalu menjangkau tangan Anin “Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, hanya saja mereka adalah manusia yang di ciptakan dengan sebaik-baiknya. Mempunyai kekurangan dan kelebihan. Sama kaya kamu, Yang kini datang sebaik baik mungkin dalam hidup saya, untuk menyempurnakan ibadah saya”
Anin tersenyum, entah kenapa tiba-tiba pipinya terasa panas seperti terbakar dan langsung memalingkan wajahnya ke arah lain
Husain tertawa kecil melihat wajah merah padam Anin, pria itu justru memiringkan wajahnya demi melihat wajah Anin yang ia tundukkan ke bawah, ada rasa ingin mencubit pipi Anin kala itu “Saya ke bawah dulu yaa”
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDYA [Perantara Hijrah]
Teen Fiction⚠️ FOLLOW SEBELUM DIBACA ⚠️ Terimakasih pernah menjadi perantara Hijrahku, terimakasih pernah menjadi perantara kedekatanku dengan Rabbku berkat mengagumi mu. Asetya Anindya Putri, seorang mahasiswi akhir di salah satu universitas di Bandung. Pere...