TIGA BELAS

216 59 21
                                    

Jangan lupa vote sebelum baca!

Jangan lupa vote sebelum baca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🕊

Pagi ini nampak basah sebab hujan telah berjam-jam turun membasahi, matahari pun belum mau memancarkan sinarnya karena masih tertutup oleh awan hitam. Anin terduduk di balkon dengan beberapa cemilan yang tergeletak di meja.

Awan kelabu yang sadari tadi menutupi, sekarang tak terlihat lagi. Langit mendung tadi berganti dengan langit biru cerah, namun tanah bumi belum menyerap air hujan sepenuhnya

Karena banyak melamun, Anin sampai tak sadar ada seseorang di sebelahnya yang menatap dengan tersenyum “Udah bengong nya? Jalan-jalan yuk.”

“Kemana?”

“Ke tempat yang seharusnya kita kunjungin kemarin, Ayo.” mengeluarkan tangannya

“Sekarang?”

“Yaiya, mumpung hujan nya udah reda”

Anin menerima uluran tangan husain yang terlihat menunggu untuk digenggam “Yuk, tapi aku siap-siap dulu”

Anin menoleh ke arah Husain yang berdiri tak jauh darinya, membiarkan Husain menilai tentang penampilan nya kali ini, matanya menyapu setiap inci dari penampilan Anin

“Kamu selalu cantik, Anindya.”

Pernyataan itu berhasil membuat Anin langsung memutarkan tubuhnya menghadap belakang, ia tersenyum kecil lalu mengambil tas kemudian balik badan lagi “Ayo, nanti keburu siang”

Anin menggandeng lengan Husain dari belakang. Sembari memberikan senyum lebar yang membuat hati Husain menghangat. Husain menunduk untuk melihat wajah Anin karena posisi perempuan itu lebih rendah. Semburat senyum terpancar dari wajah Husain, satu hal yang laki-laki itu yakini bahwa saat ini Anin tengah bahagia. Syukurlah..

Anin sengaja membuka kaca mobilnya demi menghirup aroma tanah yang masih basah karena air hujan, ia juga meminta pada Husain agar membawa kendaraan itu melaju dengan kecepatan sedang

Anin memejamkan mata, angin berdesir-desir menyapu tiap sudut wajahnya menciptakan rasa sejuk yang menembus lapisan kulit.

“Kak, nanti di sana becek nggak sih?”

Husain menggeleng  “Nggak, kamu tenang aja”

Kendaraan Husain akhirnya terparkir di sebuah pelataran yang tak jauh dari danau, sehingga mereka perlu berjalan beberapa meter lagi. Begitu danau sudah terpampang di pelupuk mata, Husain menangkap raut wajah Anin yang bahagia, perempuan itu berkali-kali melebarkan senyuman nya membuat laki-laki di sebelah nya itu berpikir, Apakah saya menjadi salah satu penyebab kamu bahagia, Anindya?

ANINDYA [Perantara Hijrah]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang