Part 12

3.1K 233 3
                                    

Varen kini sedang berbincang-bincang dengan guru yang mengajar putra bungsunya hari ini, di ruang kerjanya yang ada di mansion.

"Putra anda bersikap sangat baik, bahkan sangat sopan. Dia juga pemuda yang pandai, dan sangat baik dalam mengerjakan tugas," ucap Bu Dini.

"Apakah tidak ada hal-hal aneh, atau semacamnya? Seperti, dia terlihat sedang menahan rasa sakit, atau yang lain?" Tanya Varen.

"Sama sekali tidak, pak! Bahkan putra bapak terlihat sangat sehat," jawab Bu Dini.

"Memangnya ada apa, pak?" Sambung guru bahasa Inggris itu dengan pertanyaan.

"Bukan apa-apa, saya hanya mengkhawatirkan putra saya. Anda tau kan, dia baru saja sembuh dari komanya," jawab Varen.

"Oh begitu, saya sarankan untuk anda tidak terlalu mengkhawatirkan anak anda, dia terlihat baik-baik saja," ucap guru itu.

'Tapi sialnya, yang terlihat baik-baik saja justru yang paling menakutkan, karena bisa menyembunyikan rasa sakitnya dari siapa saja, dan aku tidak mau anakku seperti itu,'  batin Varen.

"Baiklah kalau begitu, terimakasih Bu!" Ucap Varen sambil tersenyum tipis kepada guru itu.

"Iya, terimakasih kembali pak, kalau begitu saya izin pamit dulu, pak!" Ujar Bu Dini sambil tersenyum kepada Varen, dan dibalas anggukan oleh pria paruh baya itu.

Setelah kepergian Bu Dini, Varen kembali fokus pada pekerjaan-pekerjaannya yang dia lakukan di mansion.

Setelah dua jam, akhirnya dia berhasil menyelesaikan pekerjaannya, dia membereskan semua barang-barangnya dan diatur ke tempatnya semula.

Varen adalah tipikal orang yang tidak mudah percaya pada bawahan manapun, ada ruangan-ruangan tertentu di mansionnya yang hanya boleh dimasuki oleh dia, dan keluarganya saja, bahkan membersihkannya pun, tidak ada seorang pelayan pun yang diberi izin, termasuk ruang kerjanya.

Setelah selesai dengan aktivitasnya, Varen keluar dari dalam ruang kerja itu, dan menaiki lift untuk turun ke lantai dua, dimana kamarnya berada.

"Nak, kamu lagi ngapain?" Tepat disaat dirinya keluar dari lift, dia melihat anak bungsunya yang tengah berdiri di depan kamar, sambil memandangi pergelangan tangannya.

"Jam kamu rusak?" Tanya Varen yang semakin mendekat, karena dia melihat sang putra yang rupanya tengah memandangi sebuah arloji mewah yang terpasang ditangannya.

"Sini papa liat," Erland hanya diam saja ketika sang Papa menggenggam tangannya, dan memeriksa benda yang terpasang ditangannya itu.

"Enggak rusak, kok. Kenapa diliatin terus?" Varen memandang lekat mata sang putra.

"Ini namanya apa?" Varen mengkerutkan keningnya kala mendengar pertanyaan sang putra.

"Sudah lama aku menggunakan benda ini di tanganku, tapi aku tidak tau namanya," sambungnya lagi, dia pikir saat Alden memasangkan benda itu ditangannya dulu, itu hanyalah sebuah gelang. Tapi jika dilihat-lihat, dan diteliti lagi, ternyata itu bukanlah gelang.

Sebuah benda yang terlingkar ditangannya dengan sebuah benda bulat di tengahnya itu, ternyata memiliki tulisan angka di dalamnya, dengan tiga jarum yang bergerak.

"Ini namanya jam tangan, sayang..."  Varen tersenyum getir, dia selalu lupa jika anaknya sudah kehilangan semua ingatan di masa lalunya, dan hatinya akan terasa tersentil jika dia diingatkan tentang hal itu.

"Jam?" Erland mengerutkan keningnya, baru kali ini dia mendengar istilah jam tangan. Di zamannya dulu, mereka hanya melihat waktu dari arah matahari.

"Iya, nak..." Varen mengusap lembut rambut hitam sang putra.

♔ Transmigration King ♔ (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang