16 : |[Teror Mimpi Buruk]|

1.6K 206 23
                                    

"Jadi maksud kamu, aku harus bergabung dengan kalian dalam tim heisei–"

"Heizas," ralat Jason. Melemparkan tatapan sinis pada gadis itu seraya bersedekap dada, bersandar pada pohon besar nan rindang.

Di atas sana, Lynn duduk sambil mengayunkan kakinya, menikmati angin sepoi-sepoi yang berhasil membuatnya tenang di sore ini.

"Iya, Heizas." Sempat berdecak dan meralat perkataannya, Lynn kembali menunduk dan melihat Jason yang kini terdiam dengan pikirannya, atau tampak menunggu jawaban dari Lynn.

Jason sudah berdiri di sini selama 20 menit hanya untuk mengajak gadis alien itu bergabung ke dalam tim.

"Kalau aku nggak disuruh, aku nggak bakal datang ke sini. Mohon-mohon sama kamu untuk bergabung ke inti Heizas." Pembeberan tersebut membuat Lynn pada akhirnya tertawa menanggapi kalimat Jason.

"Anggaplah nggak ada yang nyuruh kamu, Jason." Lynn melompat dan mendarat tepat di sebelah Jason. Lelaki itu membetulkan posisinya berdiri menjadi tegak. Di kala gadis itu berjalan menjauhi Jason, Jason melangkah mendekat kemudian menyeru padanya. "Lynn, aku serius. Bergabunglah dengan Heizas!"

Langkah kaki Lynn diurung, perempuan itu membalikkan tubuhnya kemudian memiringkan kepalanya sedikit ke kanan, lalu dengan hati-hati menyipitkan matanya ke arah Jason. "Apa keuntungan yang bisa aku dapat kalau aku bergabung dengan Heizas?" tanya Lynn.

Baik, untuk pertanyaan satu ini, Jason sama sekali tidak punya persiapan untuk menjawabnya.

Jemarinya dikepal, Jason buntu dan kehilangan kata-kata.

Melihat reaksi bungkamnya Jason, Lynn memiringkan senyumnya dan hendak berbalik badan, meninggalkan Jason. Tapi tidak secepat itu, Jason berlari mendahuluinya, kemudian menahan pergelangan tangan Lynn.

"Lyn, ayolah. Kamu dan kami punya kesamaan. Permata sama sama memilih kita, itu artinya kamu sejenis dengan kami," tandasnya lepas. Mengenai hal itu, respon Lynn masih sama, ia bergeming sebelum akhirnya menertawai Jason dengan tampang lucu.

"Aku dan kalian? Sama?" Lagi dan lagi, gadis itu tertawa lepas. Sampai-sampai tangannya bertengger di perut, memproses rasa nyeri pada perutnya akibat merasa terlalu gemas dengan kalimat yang dilontarkan Jason barusan.

"Kamu lupa kalau aku ini alien?" sambungnya seraya mengusap setitik air mata yang muncul di ekor mata.

Jason menghela kasar. Tangannya yang semula terkepal ia lepas begitu saja. Menyerah.

Dengan itu, Lynn dibuat gembira. Bibirnya tersungging membentuk senyuman angkuh yang sama sekali tidak Jason sukai. Lelaki berusia 16 tahun tersebut kini membiarkan Lyn berjalan meninggalkannya, perlahan tubuhnya memudar diikuti dengan cahaya kehijauan.

Memang ciri khas seorang alien.

Jason mengacak rambutnya frustrasi kemudian menggeram keras. Ia gagal membujuk Lynn. Kini, ia tidak tahu apa yang harus dikatakan pada Shani dan Gracia yang telah memberikannya tugas ini.

"Alien jadi-jadian itu. Padahal fisik dan tingkahnya persis manusia, kenapa dia nggak ngerasa akan kesamaan itu? Nyebelin banget," tuntas Jason. Berbalik badan dan melangkahkan kakinya menjauh dari lokasi tersebut.

Berencana langsung menuju markas Hevta dan mengadukan apa yang telah ia perbincangkan dengan gadis alien itu pada Shani dan juga Gracia.

"Gagal, ya?"

Jason mengangguk lesu. Duduk lemas di atas bangku markas dengan menyesap sekotak susu cokelat yang baru ia dapatkan dari Reo. Lelaki itu seringkali membeli banyak makanan dan minuman untuk ia bawa ke markas, entah apa tujuannya. Tapi, Jason merasa cukup puas dengan Reo.

HEIZAS [Hevta Ranger New Generations]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang