-
-
-
-Benar adanya, luka yang abadi menggenang dalam hati, adalah luka kehilangan karena kematian-
-
-
-
Entah sejak kapan, mengunjungi tempat peristirahatan terakhir,
menjadi rutinitas di setiap penghujung hariku.Entah kapan terkahir kali aku bersandar kepadanya,
menceritakan hari-hariku, mengadu kepadanya, berbincang hangat sembari tawa mengudara.Tanpa aku sadari, aku telak terbiasa ditinggal nya.
Namun, alam bawah sadar ku enggan menerima,
rindu itu masih ada, tidak dapat aku elakkan,
saat tangan besarnya mengelus kepalaku, saat sakit.Rasanya diriku masih tidak siap dengan semua ini, terlalu tiba-tiba, meninggalkan ku tanpa pesan.
Seseorang yang selalu aku jadikan rumah untuk berteduh dan pulang, kini ia telah berpulang.
Aku merindukan, segalanya dari dirinya, afeksi yang ia beri padaku, saat ia menggendong ku untuk ditidurkan dikamar, agar tidur ku nyaman, tanpa terganggu bising suara bising tv, diruang tengah.
Rindu, saat suara lembut nya menenangkan ku yang sedang menangis, ia yang selalu menemaniku, kini tidak lagi bersamaku.
Ia yang selalu ada untukku, tahu sekali bahwa aku tidak suka sendirian, takut kesepian, dan ialah yang selalu ada, menemani, mendengar kan diriku.
Dan aku tersadar dengan enggan, bahwa itulah kenyataannya.
Bahwa, ia tak bisa lagi ada untukku, tak bisa lagi menemani ku, dan tak bisa lagi mendengar ku bercerita.
Yang tidak bisa aku elakkan.
Yang tidak bisa aku ubah.
Tak kuasa aku ingin meminta untuk ia lebih lama bersamaku.
Tapi hatiku terlanjur meraung, tak terbiasa tanpanya.
Ingin aku mendustai takdir, untuk meminta nya kembali padaku.Namun,
Harusnya aku sadar? Ia yang pergi bukan keinginannya.Ia pergi, karena memenuhi takdirnya.
Dan memang karena waktunya sudah habis di dunia ini.
Lantas atas hak apa aku tidak menerima?
Aku sadarkan diriku,
Bahwa ia memang sudah waktunya ia istirahat dari riuk dunia, untuk menemui ketenangan yang abadi,
waktunya sudah habis.Dan ia...
Tak akan pernah kembali...xxx
kalian pasti pernah merasakan kehilangan bukan? Entah karena keinginan, atau kematian.
Tidak bisa di elakkan bahwa setiap rasa kehilangan selalu menyakitkan, tidak bisa dibantah setiap kali perpisahan selalu mendatangkan pilu yang dalam.Namun mau bagaimana?
Kita sama sama manusia biasa, yang meninggalkan dan ditinggalkan, jika ingin berpisah sekalipun, jika takdir tidak mengizinkan, maka tidak akan ada perpisahan itu.Yang artinya, semua yang terjadi sudah menjadi kehendak-nya Sang Maha.
Kita hanyalah pion takdir, yang bisa dikendalikan, diambil kapanpun, kita boleh saja merasakan kehilangan, kerapuhan atas kehilangan.
Namun janganlah berlarut,
Karena disamping kesedihan mu itu, dunia mu masih terus berlanjut.Jangan menyiakan hidup mu, karena berlarut pada kesedihan yang mendalam. Itu akan memberatkan orang yang meninggalkan mu.
Setidaknya berusaha lah baik baik saja, cobalah biasakan dirimu, biasakan tak apa, bukan untuk melupakan. Karena untuk melupakan siapapun tidak akan pernah sanggup. Dan tanamkan pada pemikiran mu, jika ini memang takdir yang sudah seharusnya terjadi, cepat atau lambat.
Dan tidak ada hal yang perlu kamu sesali. Karena semua ada waktunya.
Aku pribadi tahu,
Ini susah, terkesan omong kosong belaka, namun apa salahnya mencoba? Selain membuat diri sendiri tenang dan lebih baik, itu juga membuat 'mereka' yang telah meninggalkan kita merasa tidak berat, dan lebih tenang.
Dan, aku hanyalah manusia biasa yang tak punya kuasa tidak berhak menahannya, untuk menemui takdirnya.
Dan nyatanya membiasakan diri dan hati jauh lebih susah dari apa yang aku duga.
TBC.....
Jangan lupa bintang nyaa >.<
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta Dengan Kisahnya
RandomLewat aksara dapat menjadi penawar, pelampiasan, pelepas. Cara manusia berbagi kesakitan diperantarai serangkaian aksara, dalam mengekspresikan, memahami, mengenal. Dari setiap cerita dalam balutan aksara, manusia selalu menemukan kesamaan nya denga...