26. I'm still here

24 2 0
                                        

Jika tidak kuat, menyerah lah.



Mozzaira Leandara. Gadis cantik dan berprestasi yang memiliki sejuta pesona miliknya sendiri. Bahkan, orang orang berebut memiliki kehidupan seperti dirinya. Namun, jika boleh diminta pun, gadis itu tidak keberatan bertukar kehidupan dengan orang lain. Bagi dirinya, kekayaan bahkan kalah akan keharmonisan keluarga.

"Bagaimana jika tidak memiliki keluarga?" ucap gadis itu dengan kekehannya.

Menghirup aroma ruangan yang lama tak Mozza rasakan, begitu menyengat di indera penciumannya. Ruangan yang mengingatkan gadis itu pada bidadari tak bersayap nya, yang begitu ia sayangi. Apakah hidupnya akan berakhir seperti bidadari cantik itu?

Kehidupan malang Chearry, yang tidak memiliki sosok pendamping sama sekali waktu itu, membesarkan putri kecil nya sendirian tanpa seorang ayah. Bagaimana bisa? mencari nafkah untuk dirinya dan putri kecilnya. Namun, bagaimana jika Tuhan mengambil dia dan meninggalkan gadis kecilnya sendirian?
Sayangnya, semua sudah terjadi. Tuhan lebih sayang kepada nya.

Mozza menutup matanya menahan semua rasa sakit yang ia rasakan. Dan kini, ada yang lebih sakit dari apapun. Apakah Leandara akan berakhir begitu saja tanpa penerus? Mozza adalah penerus terakhir. Namun bagaimana jika penerus terakhir itu, hidupnya tidak akan lama lagi?

Tangan lemah gadis itu mengambil bingkai foto yang berada di sampingnya sedari tadi. Foto dirinya dan kedua bidadari tak bersayap nya. Dimana mereka? keduanya menghilang meninggalkan Mozza sendirian. Andai waktu bisa berputar, gadis itu sangat ingin ikut dengan mereka ke alam yang berbeda itu.

Hari ini, dokter mengatakan bahwa kondisi gadis itu semakin buruk. Maka dari itu, ia akan tetap disini sampai semua membaik. Tapi gadis itu tidak percaya bahwa dirinya akan sembuh.

Cklek..
Dokter muda bernama Dina itu, membuka knop pintu ruangan itu. Melihat pasien yang sudah dianggap nya layaknya putrinya sendiri. Dina bahkan sering merasa iba kepada gadis sebatang kara itu. Disaat dirinya sudah jatuh sekali, tidak ada yang memberi semangat kepada gadis itu. Bagaimana jika kondisi gadis itu semakin down dan berujung yang tidak tidak?

"Dok, Mozza nanya sesuatu, boleh?" panggil gadis itu yang melihat sedari tadi Dina menatap dirinya.

"Eh? Iya boleh, sayang" jawab perempuan itu tersadar akan lamunannya sendiri, lalu mendudukkan dirinya di samping ranjang gadis itu.

"Kalau dokter suka sama seseorang, tapi dia ga sukain balik, apa yang dokter lakukan?"

Dina tersenyum mendengar pertanyaan gadis itu, seakan mengerti bahwa gadis itu sedang jatuh cinta sekarang.

"Hmmm, kalau dokter sih tetap nunggu dia"

"Kalau dia udah nyuruh kita jauh dari nya, apakah dokter tetap nunggu?" tanya gadis itu lagi.

Dina mengerucutkan bibirnya.
"Engga lagi deh, mundur aja"

Mozza terkekeh geli mendengar jawaban itu.
"Mozza boleh minta tolong?"

Dengan senang hati, Dina mengangguk cepat.

"Mozza mau ngirim pesan sama Arka, semacam love letters gitu. Tapi tangan Mozza susah ngetik" ucap Mozza dengan senyum tipis.

Dina mengelus surai rambut gadis itu. Dengan senang hati mengambil ponsel gadis itu dan mengirimkan pesan untuk seseorang yang disukai Mozza.

"Apa pesannya?" tanya Dina lembut.

Mozza mulai mengatakan sepatah dua kata, itu bukan dari mulut nya. Tapi perasaannya juga ikut berbicara.






Arka. Ini Mozza, maaf mengganggu waktu nya pagi pagi gini. Mozza cuma mau minta maaf sama Arka, mungkin Mozza selalu ganggu Arka. Bukan mungkin sih, memang selalu, hehe. Jadi, Mozza mau mengundurkan diri dan ga ganggu Arka lagi. Mozza udah sadar kok, Arka ga perlu lagi nampar Mozza dengan perkataan perkataan pedih yang bisa buat Mozza tau kalau Arka ga bakal suka balik sama Mozza. Tapi, Arka harus tau kalau Mozza tetap disini dengan perasaan yang sama. Mozza nunggu sebisa mungkin, tapi maafkan Mozza ya, kalau Mozza terlanjur gaada dan ga nunggu Arka lagi. I love you, Arka. Gausah dibales pesan dari Mozza, cukup Arka baca aja. Itu udah buat Mozza senang.

"Segitu aja?" tanya Dina yang ikutan terbawa suasana.

"Iya dok, hehe. Maaf kalau lebay"

"Engga lebay, za. Ini opsional kok" kekeh dokter

Dina lalu menekan tombol send pada room chat yang terlihat sepi itu. Hanya pesan Mozza yang selalu panjang, dan dibalas oleh Arka sehari setelah gadis itu mengirim pesan. Begitu malang. Bahkan, ada chat yang tidak pernah dibalas oleh cowok itu.

"Move on, za. Lagian hidup lo juga gaakan lama lagi"

Dada gadis itu terasa sesak. Darah nya berdesir hebat. Setelah ini, gadis itu selama nya akan berada di ruangan ini. Dan kejadian kemarin, hari terakhir nya melihat Arka, mengobrol dengan cowok itu. Kemarin juga adalah hari pertama dan terakhir Arka menggenggam tangan gadis itu.

"Setelah ini gue gatau ar, bisa ketemu lo lagi atau engga"


***

Disisi lain, Arka yang sedang berkumpul dengan teman teman nya, mengabaikan notifikasi lingkaran yang masuk di ponselnya.

"Banyak amat tu notif" celetuk Calvin.

"Biasa, seleb" balas Aris meminum minuman soda miliknya.

Arka memutar bola matanya malas, dan mengambil alih ponselnya. Dari banyak nya notif, mengapa matanya tertuju kepada pesan dari gadis yang selama ini tidak dia perdulikan keberadaan nya?

Membaca setiap pesan gadis itu. Entah kenapa perasaannya begitu tak enak. Raut wajah cowok itu berubah drastis. Hatinya terasa sakit, seakan ditimpa oleh benda yang sangat tajam. Mengerutkan keningnya dan menggertakkan gigi nya. Kenapa seperti ini, ya Tuhan? Apa maksud pesan gadis itu? Apakah dia baik baik saja?




Shey. .Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang