Bab 2:Penemuan dan Penyelidikan

33 15 0
                                    

Pagi itu, kabut tebal masih menyelimuti kota kecil di tepi sungai Rindau. Matahari mencoba menembus lapisan kabut, namun sinarnya redup dan terhambat oleh dingin yang menusuk tulang. Di sebuah gang sempit yang biasanya sepi, seorang pria tua yang sedang berjalan untuk membuka tokonya berhenti sejenak. Sesuatu menarik perhatiannya di antara bayangan gelap dan genangan air.

Pria tua itu berbisik kepada dirinya sendiri, "Ya Tuhan... apa itu?"

Dengan langkah hati-hati, dia mendekati bayangan itu dan menemukan tubuh Rania yang terbaring tak bernyawa,pisau masih menancap di dada kiri Rania dan berlumuran darah. Pria tua itu segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi polisi. Dalam beberapa menit, suara sirene mulai terdengar, dan kerumunan kecil mulai berkumpul di sekitar tempat kejadian.

Olah Tempat Kejadian Perkara (TKP)

Polisi tiba dengan cepat dan segera memasang garis polisi di sekitar lokasi. Beberapa petugas forensik mulai bekerja, mengambil foto dan mengumpulkan bukti. Kepala polisi, Pak Budi, mengamati dengan serius.

"Pastikan kita mendapatkan setiap detail. Ini kejahatan serius dan kita harus menemukan pelakunya," kata Pak Budi tegas.

"Tentu, Pak. Kami sudah menemukan beberapa jejak kaki dan serat kain. Kami akan menganalisisnya di lab," jawab salah satu petugas forensik.

Di rumah Rania, telepon berdering. Ibu Rania, Bu Siti, yang sedang menyiapkan sarapan, mengangkatnya.

"Halo? Ya, saya Bu Siti, ibu Rania. Apa? Tidak... tidak mungkin..."

Bu Siti menjatuhkan ponselnya, wajahnya pucat pasi. Ayah Rania, Pak Arman, yang baru saja masuk ke dapur, segera mendekati istrinya.

"Ada apa, Siti? Siapa yang menelepon?" tanya Pak Arman cemas.

"Rania... Rania ditemukan... dia..." jawab Bu Siti terisak.

Pak Arman memeluk istrinya erat-erat, berusaha menahan air matanya. Mereka segera bergegas ke lokasi penemuan tubuh Rania. Setibanya di sana, mereka langsung didekati oleh Pak Budi.

"Pak Arman, Bu Siti, saya sangat berduka atas kejadian ini. Kami akan melakukan segala upaya untuk menemukan pelakunya," kata Pak Budi dengan empati.

"Kenapa harus Rania? Dia anak yang baik, tidak pernah menyakiti siapapun..." Bu Siti terisak-isak.

"Tolong, temukan siapa yang melakukan ini. Kami harus tahu kenapa ini terjadi," kata Pak Arman dengan suara berat.

Penyelidikan Polisi

Di kantor polisi, Pak Budi dan timnya mulai memeriksa semua bukti yang telah dikumpulkan. Foto-foto TKP, jejak kaki, dan serat kain dianalisis dengan seksama. Mereka juga mulai mewawancarai saksi-saksi yang mungkin melihat sesuatu pada malam kejadian.

"Pak, ada seorang saksi yang mengatakan melihat seorang pria bertopeng di sekitar lokasi sekitar waktu kejadian," lapor seorang petugas.

"Bagus, kita perlu lebih banyak informasi tentang pria ini. Apakah ada yang mengenali atau melihat ciri-cirinya dengan jelas?" tanya Pak Budi.

"Sayangnya, tidak ada yang melihat wajahnya dengan jelas karena topengnya. Tapi, ada beberapa petunjuk lain yang bisa kita ikuti," jawab petugas tersebut.

"Lanjutkan penyelidikan. Jangan tinggalkan satu pun petunjuk. Kita harus segera menemukan pelaku ini," perintah Pak Budi.

Kesedihan yang Mendalam

Di rumah Rania, suasana duka menyelimuti. Teman-teman dan tetangga datang untuk memberikan dukungan dan belasungkawa. Foto-foto Rania, senyumnya yang ceria, dan prestasinya di sekolah menjadi pengingat akan kehilangan yang begitu besar.

Aisyah, salah satu teman dekat Rania, berkata, "Dia selalu membantu kita dengan pekerjaan rumah. Dia benar-benar teman yang baik."

Fatimah, teman lainnya, menambahkan, "Aku masih tidak percaya ini terjadi. Siapa yang tega melakukan ini padanya?"

Bu Siti duduk di ruang tamu, memegang foto Rania, air mata terus mengalir. Pak Arman berdiri di dekat jendela, menatap kosong ke luar, mencoba menahan perasaannya.

"Kita harus kuat, Siti. Demi Rania. Kita harus membantu polisi menemukan siapa yang melakukan ini," kata Pak Arman mencoba memberikan kekuatan.

"Aku tahu... tapi rasanya begitu sulit. Kehilangan Rania seperti kehilangan bagian dari diriku sendiri," jawab Bu Siti dengan suara terisak.

Pak Arman memeluk istrinya erat-erat, berusaha memberikan kekuatan. Di luar, kabut masih menyelimuti kota kecil Rindau, seolah-olah menggambarkan kesedihan dan misteri yang menyelubungi kematian Rania. Penyelidikan terus berlanjut, dan semua orang berharap kebenaran segera terungkap.

A Night In HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang