Part 14

2.2K 173 3
                                    

"Sayang, pindahkan saja dia ke kamar. Kasihan dia, pasti kelelahan," ucap Dania dengan nada pelan kepada suaminya. Dia baru saja selesai memasak makan malam bersama para maid kala melihat putra sulungnya sedang tertidur bersandar di dada suaminya.

"Tapi dia belum makan malam," sahut Varen.

"Tapi aku tidak tega membangunkannya," balas Dania.

"Ya sudah kalau begitu, kau mandilah terlebih dahulu sementara aku mengantarnya ke kamar." Ucap Varen, dan diangguki oleh sang istri.

Dengan penuh kehati-hatian dia mengangkat tubuh besar putra sulungnya agar anak itu tidak terbangun.

Dia sempat melihat kearah Erland yang berjalan mendekati ruang keluarga dengan buah apel ditangannya.

"Papa ke atas sebentar, ya? Nggak lama kok, cuman mau antar kakak kamu saja," Erland membalas ucapan sang Papa dengan anggukan kecil, sambil menggigit apel ditangannya.


(●'⌓'●)


Makan malam berjalan hening, tanpa ada yang bersuara dari ketiganya. Makan malam mereka kali ini tanpa kehadiran Alden yang sudah tertidur dikamarnya.

Hingga kurang lebih lima belas menit mereka pun selesai memakan makan malam mereka.

"Ini obatnya, sayang..." Erland tersenyum tipis sambil menerima sebuah pill yang selalu dia konsumsi setelah makan.

"Kamu akhir-akhir ini sudah tidak lagi merasa pusing, kan?" Varen bertanya sambil mengusap lembut punggung putra bungsunya.

"Enggak kok, pa!" Jawab Erland sambil menggeleng pelan.

"Sayang, kalo semisal kamu merasa pusing, atau nggak enak badan, kamu langsung kasi tau Mama, Papa, dan kakak ya! Jangan ada yang boleh kamu sembunyikan dari kami, okay?" Ucap Dania, kemarin malam sebelum mereka tidur, suaminya bercerita tentang putra bungsu mereka yang bertingkah seperti orang yang sedang menyembunyikan sesuatu.

"Iya, Ma..." Jawab Erland sambil tersenyum.

"Janji sama Mama?" Dania mengangkat jari kelingking nya didepan sang putra, membuat Erland menjadi sedikit bingung, tapi...

"Aku janji..." Erland menautkan jari kelingking nya dengan jari kelingking milik sang Mama. Untung saja dia pernah melihat adegan seperti ini di drama yang dia, dan Mama nya tonton di TV.

'Aku tidak akan menyembunyikan semuanya, kecuali tentang siapa aku sebenarnya. Maaf, mungkin aku sedikit egois, tapi takdir sudah melempar ku kemari, dan aku harus menjalani takdir baru ku.'

"Anak Mama pinter, deh!" Dania mengusak gemas rambut putranya.

"Anak aku juga, dong!" Timpal Varen dengan sedikit tawanya.

"Iya iya... Anak kita!" Balas Dania, sambil sedikit terkekeh.

Sederhana, tapi mampu membuat hati Erland menghangat.


(●'3)♡(ε'●)



Erand tidak bisa tertidur, entah mengapa hatinya menjadi gelisah seperti ini.

"Kenapa aku jadi gelisah begini?" Erland membuang nafasnya kasar, berguling kesana-kemari untuk mencari posisi ternyaman nya.

"Huuuufff..." Pemuda itu mendesah kasar, dia bangun dari tempat tidurnya dan segera berjalan menuju balkon.

"Mendung sekali, sepertinya akan segera turun hujan," monolog nya sambil melihat langit yang tidak ada bulan, maupun bintang.

Pemuda itu berpegang pada pembatas balkon, pandangannya seketika menjadi kosong, seperti ada sesuatu yang sedang dia pikirkan.

♔ Transmigration King ♔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang