Wanted

122 12 3
                                    

9:46 pm.

Aku duduk termenung memikirkan entah apa yang kupikirkan selama ini. Bahkan aku tidak bisa menamainya satu persatu.

Aku menyenderkan punggungku dan kepalaku serta dengan mata tertutup dengan tujuan menenangkan pikiranku.

Namun itu sama saja.

Aku membuka mataku dan mencoba melihat sekitar dan itu masih saja, hanya keramaian dengan kesibukan sehari-hari mereka.

Aku mendengus, tidak bisa berpikir tenang, dan juga mengapa mereka ingin aku berada disini, sementara aku duduk termenung disini? Ini yang mereka mau?

"Memikirkan sesuatu?"

Aku menoleh ke arah sumber suara itu, dengan rasa penasaran dan dia Hunnigan berdiri di depanku dan berkata. "Maaf telah lama menganggu, ikut aku."

---

"Perlindungan dan membantu?" Tanyaku, sambil menatap kertas itu dengan bingung, menunggu penjelasan.

Bibirnya sedikit terbuka saat aku bertanya lalu, menutup mulutnya saat mendapatkan jawaban untukku. "Biar ku luruskan Name, kertas itu adalah pernyataan bahwa kau setuju untuk dilindungi oleh kami dan dengan syarat, kau harus membantu kami. Jika kau bertanda tangan. Bagaimana?"

Aku mengernyitkan dahiku sembari menatap kertas itu lagi, membaca tulisan itu dengan hati hati dan otakku mulai lagi.

"K-kenapa aku harus melakukan ini?" Kataku, dengan menunjukkan kertas itu dengan mengernyitkan dahiku. Mencoba memastikan.

Wajah Hunnigan mulai serius dan menatapku seolah olah dia ingin menyampaikan sesuatu, pikirku.

"Dengar, kau sekarang orang penting bagi kami, dan kami tidak mau kau berada di genggaman mereka untuk sesuatu. Karena kami tahu, Donald ingin sesuatu darimu, walaupun kau tidak tahu apa itu."

Aku pun bingung saat mendengar penjelasan darinya, jujur, aku butuh penjelasan jelas! Aku tidak ingin menambahkan beban pikiranku. Dan soal perlindungan.....

Tanpa lama lama lagi.

"Akan ku tanda tangani." Kataku sambil mengambil pulpen dan menandatangani.

Hunnigan mengangguk dan mengambil kertas itu. "Great." Gumamnya sambil berdiri dengan tersenyum ke arahku.

"Jika ada sesuatu, jangan ragu untuk memberitahukan kami." Katanya kemudian meninggalkanku.

---

Aku memutuskan untuk meminum kopi di tempat khusus pegawai, walaupun aku datang sebagai tamu, setidaknya aku mendapatkan kopi enak dan gratis bukan?

Tapi yang menyesakkannya adalah... kopinya lebih dari satu, ya dua. Orang itu meminta bantuan ku untuk antarkan kepada seseorang tapi dia tidak memberitahukan siapa dia. Wonderful.

Jadi, aku hanya menduduki kopi itu di seberang dari tempat dudukku, siapa tahu jika ada yang menyadarinya bukan?

Tapi itu membuatku sedikit malu, karena itu terlihat seperti aku menunggu seseorang tapi itu memang fakta walaupun dianggap bukan.

Aku menghela nafasku dengan melirik ke arah jendela untuk melihat pemandangan sekalian untuk mengalihkan pikiranku, tentunya.

Pandanganku teralihkan saat Mark, Aiden dan satu wanita berambut pendek dengan baju yang berwarna biru itu sedang membicarakan hal serius di luar sana.

Love In Trouble  [Leon S Kennedy] AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang